Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

7 Kebiasaan Orang Jepang yang Bikin Umur Panjang, Apa Rahasianya?

Reporter

image-gnews
Orang-orang bersulang bersama saat mereka berpiknik di bawah pohon sakura di taman Ueno di Tokyo, Jepang, 21 Maret 2023. Piknik bersama di bawah pohon sakura yang sedang mekar merupakan tradisi di Jepang. REUTERS/Androniki Christodoulou
Orang-orang bersulang bersama saat mereka berpiknik di bawah pohon sakura di taman Ueno di Tokyo, Jepang, 21 Maret 2023. Piknik bersama di bawah pohon sakura yang sedang mekar merupakan tradisi di Jepang. REUTERS/Androniki Christodoulou
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Walau Jepang sempat memiliki angka kematian terbesar setelah periode Perang Dunia II, mereka kini konsisten memuncaki daftar negara dengan penduduk berumur paling panjang. Banyak orang Jepang hidup sampai usia 100 tahun setelah menjalani hidup yang lebih sehat dibandingkan orang-orang di negara lain.

Mungkin ada beberapa faktor genetik yang berperan, tetapi praktik diet dan gaya hidup masyarakat Jepang memang mengarah pada upaya menghindari penyakit kronis seperti jantung koroner dan diabetes tipe 2. Lantas, apa saja kebiasaan sehat orang Jepang yang membuat umur panjang?

1. Konsumsi Sayur dan Ikan Segar

Orang Jepang, tidak seperti negara-negara di Barat, kerap memenuhi asupan sayuran segar seperti rumput laut serta nabati bergizi seperti kedelai fermentasi. Selain itu, diet mereka juga fokus pada makanan laut lainnya, termasuk ikan dan kerang. Ini memastikan mineral, vitamin, yodium, zat besi, hingga serat yang memadai sehingga kadar kolesterol terjaga di tingkat rendah.

Menu sehari-hari masyarakat Jepang mencakup sekitar 3 ons makanan laut yang mengandung tinggi protein dan omega-3, sementara lemak jenuhnya cenderung rendah. Tak hanya baik bagi kesehatan jantung, pola makan seperti itu juga bermanfaat untuk kesehatan otak dan emosional. Makanan segar secara keseluruhan memang membantu tubuh menghasilkan lebih banyak energi untuk aktif sepanjang hari.

Temaki berupa nasi, ikan, dan sayuran yang dibungkus nori. Foto: Taste Atlas

2. Cara Masak yang Berbeda

Pembuatan masakan Jepang lebih banyak melibatkan teknik kukus, fermentasi, slow-cooking, panggang, dan tumis. Hidangan pendamping seperti semangkuk sup juga disiapkan sebelum makan besar. Ketika sayuran dalam jumlah kecil bersama dengan nasi dan ikan dikonsumsi setiap hari, orang Jepang mendapatkan serat yang cukup.

3. Budaya Teh Hijau

Budaya minum teh Jepang sangat membantu dalam memerangi penyakit karena sifat anti-bakterinya. Dibanding kopi, varietas teh seperti matcha jauh lebih bermanfaat bagi tubuh.

Teh hijau adalah salah satu minuman paling sehat yang kaya akan antioksidan polifenol guna mengurangi peradangan, melindungi sel dari penyakit kronis, serta memberi makan bakteri baik pada usus—organ di mana sebagian besar sel imun dan neurokimia diproduksi untuk meningkatkan suasana hati. Sempurna tanpa pemanis, teh hijau juga bisa dicampur ke dalam smoothie, oatmeal, nasi merah, atau quinoa (sejenis biji-bijian).

Ilustrasi bubuk teh hijau. Foto: Pixabay.com/Matcha & CO

4. Porsi Makan Kecil

Kontrol porsi dan etiket makan juga termasuk bagian besar dari budaya Jepang. Mereka makan dari panci kecil, menggunakan sumpit, mengambil makanan sedikit demi sedikit, dan menyajikannya pada piring kecil. Kebanyakan orang Jepang tidak pernah makan sampai terlalu kenyang, sesuai nasihat lokal “hara hachi bu” yang berarti “makan hanya sampai 80 persen kenyang”. Ini tentu memperlancar pencernaan serta lebih gesit dalam bergerak.

Makan dengan perlahan juga sangat penting. Matikan gadget dan batasi gangguan yang tidak perlu saat sedang makan. Teknik-teknik seperti itu dapat membantu seseorang memenuhi kebutuhan kalori tubuh serta mendapatkan lebih banyak kenikmatan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

5. Banyak Aktivitas Fisik dan Sosial

Orang Jepang lebih suka bepergian dengan transportasi umum. Pasalnya, mengendarai mobil di negara itu sering kali dianggap sebagai sebuah kemewahan. Mereka lebih memilih pergi ke stasiun terdekat, menunggu kereta, berdiri di dalamnya, kemudian berjalan ke tempat kerja.

Rutinitas olahraga pagi itu menghasilkan tubuh bugar serta energi yang meningkat, membuat orang Jepang lebih fokus di tempat kerja. Dengan begitu, mereka dapat membangun hubungan sosial yang efektif. Itu kemudian juga berhubungan dengan integrasi yang lebih erat seperti membangun rumah tangga multigenerasi, bekerja melewati usia pensiun, serta melanggengkan persahabatan satu sama lain (tradisi moai atau kelompok dukungan sosial di Okinawa).

Orang-orang berjalan dan berfoto di bawah pohon sakura di taman Ueno di Tokyo, Jepang, 21 Maret 2023. REUTERS/Androniki Christodoulou

6. Forest Bathing

“Mandi hutan”, atau shinrin-yoku dalam bahasa Jepang, adalah bentuk terapi alam dengan menikmati suasana hutan. Forest bathing dapat memusatkan perhatian dan menyesuaikan diri seseorang dengan lingkungan alami.

Saat berada di alam, setiap indra melaksanakan fungsinya—mulai dari merasakan desiran angin atau hangat matahari, melihat warna hijau rumput dan pepohonan, serta mendengar gemerisik daun. Ketika indra digunakan untuk menyesuaikan diri dengan alam, pikiran dan tubuh bakal rileks seperti sedang meditasi.

Sebuah studi mengungkap bahwa berada di hutan dikaitkan dengan penstabilan tekanan darah, penurunan kadar hormon stres (kortisol), serta peningkatan aktivitas sistem saraf parasimpatis yang berujung pada perasaan tenang.

7. Kemudahan Akses Layanan Kesehatan

Masyarakat Jepang memiliki asuransi kesehatan lengkap sejak 1960. Mereka mengunjungi dokter lebih dari belasan kali dalam setahun. Menariknya, biaya yang dikeluarkan Pemerintah Jepang untuk itu hanya 8 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Dengan rutin melakukan pemeriksaan kesehatan, orang Jepang dapat mengetahui potensi penyakit yang mungkin mereka hadapi jauh sebelum kerusakan fatal terjadi.

NIA HEPPY | SYAHDI MUHARRAM | LYBRATE| TODAY

Pilihan Editor: 10 Tempat Wisata di Jepang Menarik, Mulai dari Taman Hiburan Hingga Museum

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Sensasi Menyantap Daging Yakiniku dalam Jyubako

15 jam lalu

Karubi Maru menghadirkan konsep open kitchen. (dok. Istimewa)
Sensasi Menyantap Daging Yakiniku dalam Jyubako

Yakiniku yang disajikan dalam Jyubako atau bento box memberikan kesan menarik dengan makanan yang bervariasi, kaya nutrisi, dan terkontrol porsinya.


Ujung Perang Dunia II Eropa: Eva Braun, Istri Adolf Hitler yang Tewas Sehari Setelah Pernikahan

19 jam lalu

Eva Braun makan malam dengan Hitler. Sampel DNA dari rambut memperlihatkan wanita pasangan Hitler ini memiliki darah Yahudi dari garis ibu. dailymail.co.uk
Ujung Perang Dunia II Eropa: Eva Braun, Istri Adolf Hitler yang Tewas Sehari Setelah Pernikahan

Bernama lengkap Eva Anna Paula Braun, Braun adalah simpanan yang lalu menjadi istri Adolf Hitler, pemimpin Nazi Jerman di Perang Dunia II.


Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

21 jam lalu

Pasien penyakit Minamata bawaan Yuji Kaneko di Oruge-Noa, menyantap makanan di sebuah kelompok perawatan untuk orang-orang cacat di Minamata, Prefektur Kumamoto, Jepang, 13 September 2017. Kaneko lahir di Minamata pada tahun 1955 dan semua dari anggota keluarganya penderita penyakit Minamata. REUTERS/Kim Kyung-Hoon
Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?


Perang Dunia II: Kilas Balik Kematian Adolf Hitler 79 Tahun Silam

22 jam lalu

Adolf Hitler dan Eva Braun. Mereka menikah pada 29 April 1945, dan bunuh diri bersama 40 jam kemudian. Eva Braun menelan kapsul sianida, sementara Hitler menembak kepalanya. dailymail.co.uk
Perang Dunia II: Kilas Balik Kematian Adolf Hitler 79 Tahun Silam

Setelah kematian Adolf Hitler, Ibukota Jerman, Berlin, jatuh ke tangan Sekutu pada 7 Mei 1945. Itu menandai akhir dari Perang Dunia II di Eropa.


68 Tahun Lalu Penemuan Penyakit Minamata di Jepang Pertama Kali

22 jam lalu

Pasien penyakit Minamata kongenital Shinobu Sakamoto, bersama  ibunya Fujie duduk di sebuah mobil saat mereka menuju sebuah rumah sakit di Minamata, Prefektur Kumamoto, Jepang, 14 September 2017.Sakamoto adalah salah satu korban dari bencana industri tahun 1950 dimana puluhan ribu orang terkena racun air limbah dari pabrik kimia di teluk Minamata. REUTERS/Kim Kyung-Hoon
68 Tahun Lalu Penemuan Penyakit Minamata di Jepang Pertama Kali

Hari ini, 68 tahun lalu, Jepang menemukan penyakit epidemi yang disebut Minamata. Apa penyebabnya?


Kasus Terbaru Peretasan Game Pokemon, Jual Monster 4 Bulan Raup Jutaan Yen

1 hari lalu

Pokmon Scarlet dan Violet, entri terbaru dalam franchise Nintendo yang sudah berjalan lama. (Nintendo)
Kasus Terbaru Peretasan Game Pokemon, Jual Monster 4 Bulan Raup Jutaan Yen

Faktanya, ini bukan kasus pertama karena peretasan data dalam game-game Pokemon merajalela di antara pemain curang.


Masjid Indonesia Nagoya di Jepang Mulai Dibangun, Selesai 2025

1 hari lalu

Ilustrasi toa masjid. Twitter
Masjid Indonesia Nagoya di Jepang Mulai Dibangun, Selesai 2025

Masjid Indonesia Nagoya sudah memasuki tahap pembangunan. Nilai proyek masjid Indonesia ini sekitar Rp 9,9 miliar.


2 WNI Dapat Penghargaan Bintang Jasa Musim Semi 2024 dari Jepang

1 hari lalu

Bendera Jepang dan Indonesia. Shutterstock
2 WNI Dapat Penghargaan Bintang Jasa Musim Semi 2024 dari Jepang

2 WNI mendapat penganugerahan bintang jasa musim semi 2024 karena jasa-jasa mereka dalam memperkokoh hubungan Jepang dan Indonesia


Yen Merosot, Kunjungan Wisatawan Asing ke Jepang Makin Tinggi

1 hari lalu

Wisatawan mengambil gambar Istana Kekaisaran saat mengunjunginya di Tokyo, Jepang, 30 April 2019. Prosesi turun takhta Akihito akan dimulai di Aula Pinus, ruangan paling mewah di Istana Kekaisaran Jepang. REUTERS/Kim Kyung-hoon
Yen Merosot, Kunjungan Wisatawan Asing ke Jepang Makin Tinggi

Pemerintah Jepang pun optimistis bakal bisa melampaui target 2025 yaitu 32 juta pengunjung asing pada tahun ini.


Preview Timnas U-23 Jepang vs Irak di Semifinal Piala Asia U-23 2024

2 hari lalu

Duel Jepang vs Irak di Piala Asia U-23 2024. Doc. AFC.
Preview Timnas U-23 Jepang vs Irak di Semifinal Piala Asia U-23 2024

Duel Timnas U-23 Jepang vs Irak akan tersaji pada babak semifinal Piala Asia U-23 2024 di Stadion Jassim Bin Hamad, Doha, Qatar pada Selasa dinihari.