TEMPO.CO, Jakarta - Tumpukan sampah memenuhi objek wisata Pantai Kota Padang dekat kawasan Masjid Al Hakim. Berat sampah tersebut diperkirakan lebih dari 3 ton.
Dari pantauan Tempo, sampah yang menumpuk itu berada tepat di bawah tempok penangkal abrasi. Sampah-sampah itu terdiri dari kayu, sendal jepit, popok bayi, daun, pakaian, dan limbah industri.
Tumpukan tersebut menganggu keindahan pantai Padang. Salah satu pengunjung, Ahmad Romi mengatakan sangat menyangkan kondisi kebersihan di Pantai Padang. Keindahan pantai tersebut seolah hilang ditutupi tumpukan sampah.
"Sayang sekali, jika melihat pantai seindah ini, tapi sampah berserakan," kata Romi.
Romi pun berharap ada upaya yang konkret dari pemerintah terhadap kebersihan pantai tersebut. Kesadaran dari masyarakat dalam menjaga kebersihan juga ia nilai perlu untuk mempertahankan keindahan pantai.
"Ya harapan saya, agar pemerintah lebih memperhatikan lagi dan mensosialisasikan kepada masyarakat tentang penggunaan sampah," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Padang Marizon mengatakan sampah yang berada di Pantai Padang merupakan sampah yang berasal dari hulu sungai yang sudah bertahun-tahun. Sampah itu berkumpul di palung-palung laut dan saat cuaca buruk dimuntahkan ke pantai.
"Itu sampah yang dibuang di hulu sungai hingga sampai ke laut, saat hujan deras sampah tersebut dimuntahkan lagi ke pantai," kata Marizon.
Menurut dia, Pemerintah Kota Padang sudah melakukan upaya pembersihan secara manual. Namun hal itu kurang efektif lantaran tumpukan sampah tersebut sangat banyak.
"Mungkin siang ini akan ada alat berat dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Padang yang datang untuk mengangkat sampah tersebut. Ini memang harus dengan alat berat, jika mengandalkan tenaga manusia saja tidak akan selesai," kata Marizon saat memantau lokasi tumpukan sampah.
Menurut Marizon, Pemko Padang sudah melakukan beberapa upaya untuk mengantisipasi tumpukan sampah agar tidak terbuang ke laut. Salah satunya dengan memasang jaring apung di sungai.
"Kami sudah memasang beberapa jaring apung, agar sampah yang berasal dari hulu itu tidak terbuang ke laut," kata Marizon.
Selain itu, wacana untuk memanfaatkan becak motor yang berada di kelurahan-kelurahan untuk menjemput limbah rumah tangga. Sehingga limbah-limbah rumah tangga yang selama dibuang ke sungai berkurang.
"Kami punya rencana untuk menggunakan becak motor yang ada di kelurahan untuk dimanfaatkan kembali. Tetapi semua itu kembalikan lagi kepada masyarakat, apakah mau," kata Marizon.
Program diet sampah
Tidak hanya itu, jauh-jauh hari Pemko Padang sudah mengeluarkan surat edaran terkait penggunaan plastik. Tetapi hal itu juga tidak efektif karena mengubah kebiasan masyarakat dalam penggunaan sampah tidak mudah. “Mengubah kebiasaan itu tidak semudah yang kita pikirkan," kata Marizon.
Selain kepada masyarakat, Pemko Padang sudah mensosialisasikan diet plastik kepada pemilik rumah makan, swalayan dan usaha kuliner lainya. Namun sampai saat ini belum ada juga kemajuannya.
“Kami di Pemko juga sudah menyampaikan kepada organisasi perangkat daerah agar saat rapat tidak menggunakan botol mineral sekali pakai lagi,” kata Marizon.
Marizon pun mengungkap bahwa perihal permasalahan sampah ini tidak hanya dibebankan kepada pemerintah. Sebab, kesadaran masyarakat juga sangat penting. "Sebagus apapun program kami terkait persoalan sampah, kalau tidak ada kesadaraan masyarakat percuma saja," ujarnya.
Marizon berharap masyarakat lebih peduli lagi untuk tentang lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan. “Tolonglah masyarakat, mari saling menjaga lingkungan,” kata dia.
Pilihan Editor: Libur Lebaran, Sampah di Kota Yogyakarta Bertambah 28 Ton Per Hari
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.