TEMPO.CO, Banyuwangi - Di bawah rimbun hutan pinus, patung Buddha dan patung Dewi Kwan In berdiri berdampingan. Gemericik sumber mata air menambah hening suasana ketika Tempo mendatangi tempat itu pada Rabu, 21 Desember 2022. Selain dua patung dari dua agama berbeda, berdiri pula patung bunda Maria, bangunan pura, musala dan patung Ratu Segara Selatan. Nama tempat itu adalah Beji Antaboga atau Ananta Boga.
Lokasinya di kaki Gunung Raung, tepatnya Dusun Gunungsari Desa Sumbergondo Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi.
Seorang juru kunci Beji Antaboga, Supoyo mengatakan lokasi wisata religi Beji Antaboga atau Ananta Boga bermula dari saran umat Hindu asal Bali agar menjadikan Antaboga sebagai tempat suci. Semula, kata dia, umat Hindu asal Bali bersemedi lebih dahulu dan mengambil air dari sumber mata air di Antaboga pada 2010.
“Setelah semedi, kalau bisa ini dibikin tempat suci. Tempat suci itu nyebutnya wisata religi. Awalnya Hindu, tapi Hindu tidak memikirkan sendiri, akhirnya memikirkan teman-teman. Jadi semua umat kalau ke sini enggak bingung lagi mau salat atau sembahyang atau doa,” ucap Supoyo, Rabu 21 Desember 2022.
Penyebutan Antaboga, kata Supoyo, mengambil makna dari Ananta yang berarti tidak pernah habis dan Boga berarti makanan. Oleh karena itu, menurut Supoyo, mata air tidak pernah surut di Antaboga.
Adapun soal khasiat mata air Antaboga tergantung dari keyakinan setiap orang. Supoyo enggan memastikan khasiat dari sumber mata air Beji Antaboga.
“Kadang-kadang saya tanya untuk apa? Biar satu keluarga sehat, banyak. Saya punya toko biar lancar, banyak. Saya enggak berani mengatakan mata air ini untuk ini pak, ini untuk ini pak. Maaf, tinggal orangnya,” kata Supoyo.
Antaboga dipercaya sebagai petilasan Rsi Markandeya, penyebar agama Hindu di Bali. Sebab, menirit Supoyo, ada candi Gumuk Payung di Desa Jambewangi Kecamatan Sempu. Menurut dia, umat Hindu meyakini Antaboga sebagai penglukatan.
Supoyo mengingatkan setiap pengunjung Antaboga agar punya tujuan yang benar dan larangan bagi wanita yang sedang haid. Ia pernah mendapati dampak dari pengunjung perempuan yang haid tapi tetap nekad masuk kawasan Beji Antaboga.
“Dulu pernah anak-anak SMA ditanya ‘mbak maaf bagi yang perempuan yang masih halangan ada apa enggak?’ ‘Ndak pak, ndak pak.’ Setelah masuk pintu di situ, sudah tertawa sampai pulang. Kita tidak bisa menyingkirkan roh halus,” kata Supoyo.
Beji Antaboga dapat ditempuh dua jam perjalanan dari pusat Kota Banyuwangi. Lokasinya masuk kawasan pengelolaan KPH Banyuwangi Barat. Pengunjung dianjurkan tidak menumpang mobil setipe sedan. Sebab, satu kilometer sebelum ke titik Beji Antaboga, pengunjung mesti melintasi jalanan makadam bebatuan milik Perhutani.
Baca juga: KA Blambangan Ekspres Diharapkan Dongkrak Kunjungan Wisata ke Banyuwangi
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu