TEMPO.CO, Jakarta - Taj Mahal yang berartikan "Istana Mahkota" sebenarnya merupakan makam dari istri Mughul Shah Jahan. Selain terpelihara dengan baik, arsitektue komplek makam ini menjadi yang terindah di dunia. Tak heran bila Taj Mahal termasuk salah satu dari keajaiban dunia.
Shah Jahan membangun Taj Mahal di Agra, India untuk mengenang kepergian istri ketiganya dan yang paling ia disayangi, Mumtaz Mahal yang merupakan seorang muslim Persia. Mumtaz meninggal saat menemani suaminya di Burhanpur dalam kampanye untuk menumpas pemberontakan setelah melahirkan anak ke-13 mereka.
Dilansir dari tajmahal.gov.in, kematian istrinya begitu menghancurkan Shah Jahan sehingga semua rambut dan janggutnya telah menjadi putih seperti salju dalam beberapa bulan.
Kisah Cinta di Taj Mahal India
Kisah cinta mereka bermula saat Pangeran Khurram, panggilan Shah Jahan kala itu, bertemu dengan Mumtaz pada 1607. Pangeran Khurram yang berusia 16 tahun, berkeliaran di sekitar bazar kerajaan untuk menggoda gadis-gadis dari keluarga bangsawan yang mengelola stan.
Di salah satu stan tersebut, Pangeran Khurram bertemu dengan Mumtaz Mahal yang nama aslinya Arjumand Banu Begum. Saat itu Mumtaz merupakan seorang gadis muda berusia 15 tahun yang ayahnya akan segera menjadi perdana menteri. Bibinya menikah dengan ayah Pangeran Khurram.
Dikutip dari thoughtco.com, meski cinta pada pandangan pertama, keduanya tak langsung diizinkan menikah. Pangeran Khurram terlebih dahulu harus menikahi Kandahari Begum. Barulah kemudian ia mempersunting Mumtaz untuk dijadikan istri ketiga.
Pada 27 Maret 1612, Pangeran Khurram dan Mumtaz Mahal menikah. Mumtaz Mahal yang cantik, cerdas, berhati lembut dan peduli pada rakyat segera memikat publik. Ia rajin membuat daftar janda dan anak yatim untuk memastikan bahwa mereka diberi makanan dan uang.
Pada 1631, tiga tahun setelah pemerintahan Shah Jahan, pemberontakan yang dipimpin oleh Khan Jahan Lodi sedang berlangsung. Shah Jahan membawa militernya ke Deccan, yang jauhnya sekitar 400 mil dari Agra untuk menghancurkan perampas kekuasaan.
Seperti biasa, Mumtaz Mahal yang tengah hamil besar tetap menemani di sisi Shah Jahan. Pada 16 Juni 1631, ia melahirkan seorang bayi perempuan yang sehat di tenda yang dihias di tengah perkemahan. Pada awalnya, semua tampak baik-baik saja, namun tiba-tiba Mumtaz Mahal sekarat.
Saat Shah Jahan mengetahui hal tersebut, dia bergegas ke sisinya. Sehari setelah kelahiran putri mereka, Mumtaz Mahal meninggal dalam pelukan suaminya. Dia dimakamkan segera menurut tradisi Islam di dekat perkemahan di Burbanpur. Namun tubuhnya tidak akan lama di sana.
Disebutkan akibat amat terpukul ditinggal belahan jiwanya, Shah Jahan pergi ke tendanya sendiri dan menangis selama delapan hari tanpa henti. Ketika dia muncul, dia dikatakan terlihat sudah sangat tua dan berambut putih.
Setelah menang melawan Khan Jahan Lodi, Shah Jahan meminta tubuh Mumtaz Mahal digali dan dibawa sejauh 700 kilometer ke Agra. Kepulangannya adalah prosesi besar dengan ribuan tentara mengiringi dan pelayat berbaris di sepanjang rute.
Mumtaz Mahal kembali dimakamkan sementara di tanah yang disumbangkan oleh bangsawan Raja Jai Singh, di dekat tempat Taj Mahal akan dibangun. Sebagai bentuk cintanya yang teramat besar, Shah Jahan mencurahkan mencurahkan emosinya untuk merancang sebuah komplek makam yang indah dan rumit.
Komplek makam yang dinamai Taj Mahal ini dibangun selama 22 tahun dengan tenaga 20 ribu orang. Begitulah terbentuknya mausoleum besar pertama yang didedikasikan untuk seorang wanita.
ANNISA FIRDAUSI
Baca: Usia Taj Mahal di India 369 Tahun, Istana atau Makam?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.