TEMPO.CO, Jakarta - Musim pendakian Gunung Everest berada di bawah ancaman wabah Covid-19 di antara para pendaki. Tetapi para pejabat di negara yang kekurangan uang itu menolak untuk mengakui ada yang tidak beres.
Setidaknya 17 pendaki dinyatakan positif mengidap Covid-19 setelah dievakuasi dari gunung, kata seorang pejabat Asosiasi Penyelamat Himalaya kepada BBC. Health Risk Assessment mengoperasikan klinik resmi pemerintah di base camp Gunung Everest, yang disebut Everest ER. Jumlah pasti kasus aktif di base camp tidak diketahui karena pendaki tidak diharuskan menjalani pengujian rutin dan pemerintah Nepal berulang kali menyatakan bahwa tidak ada kasus apa pun.
Departemen Pariwisata Nepal belum menanggapi email Insider untuk memberikan komentar.
Seorang dokter yang tidak disebutkan namanya di klinik base camp mengatakan kepada Explorers Web pada akhir pekan bahwa pemerintah Nepal telah menolak permintaan mereka untuk melakukan pengujian PCR terhadap pendaki. Wabah virus korona di Everest bisa menjadi berita buruk bagi Nepal, yang ekonominya sangat bergantung pada pariwisata dan musim pendakian.
Nepal adalah salah satu negara termiskin di dunia dan keputusannya untuk menutup gunung karena kekhawatiran Covid-19 tahun lalu membuat ribuan orang dalam kesulitan keuangan dan industri pariwisatanya berjuang keras. Everest adalah ekonomi tersendiri, dengan Nepal memungut biaya US$ 11 ribu kepada pendaki untuk izin mendaki gunung tertinggi di dunia itu.
Tahun ini, pemerintah mengeluarkan 408 izin pendakian, terbanyak sejak puncak pertama kali didaki pada 1953, menurut The New York Times. Itu juga 15 lebih banyak dari musim pendakian terakhir pada 2019, ketika pemerintah Nepal dikritik karena kondisi di puncak yang 'penuh' hingga menyebabkan banyak kematian.
Untuk mencegah penyebaran Covid-19, pendaki tahun ini diharuskan melakukan karantina setelah tiba di Nepal dan tidak diperbolehkan bersosialisasi di luar tim ekspedisi masing-masing. Langkah itu tampaknya berhasil untuk beberapa tim, seperti yang disampaikan pendaki dan blogger Alan Arnette bahwa dia telah mendengar dari banyak tim yang belum mengalami satu kasus pun. Tapi itu tidak menghentikan kasus bermunculan.
Salah satu pendaki tahun ini, Matt Dawson, mengatakan kepada Insider akhir bulan lalu bahwa ada pembicaraan tentang beberapa kasus yang terjadi. Salah satu yang pertama dilaporkan sakit adalah pendaki Inggris Steve Harris, yang mengatakan kepada MailOnline bahwa ia awalnya dibawa ke kota pegunungan Namche Bazaar dan didiagnosis dengan high-altitude pulmonary adema (HAPE), penyakit yang dipicu oleh ketinggian yang menyebabkan paru-paru terisi dengan cairan.
"Saya tidak ditanyai atau ditawari tes Covid-19. Setelah empat hari di Namche, saya dibawa dengan helikopter ke rumah sakit di Kathmandu, di mana saya dites dan dipastikan positif Covid-19 dan pneumonia dan menghabiskan waktu seminggu dalam perawatan intensif, " kata Harris.
Sementara itu, wabah Covid-19 semakin parah di Nepal. Ibukota Kathmandu diisolasi bulan lalu di tengah rekor jumlah kematian dan kasus harian. Wabah Covid-19 di negara tetangga India telah lepas kendali dalam beberapa pekan terakhir dan para ahli khawatir bahwa krisis dapat meluas ke Nepal. Sementara sudah ada laporan rumah sakit kehabisan tempat tidur dan menolak pasien karena kekurangan pasokan oksigen.
INSIDER
Baca juga: Cina dan Nepal Akhirnya Sepakati Ketinggian Gunung Everest