TEMPO.CO, Yogyakarta - Pemerintah Kota Yogyakarta menjadikan masa pandemi Covid-19 sebagai momentum untuk meningkatkan kesadaran para pelaku usaha informal yang bergerak di setor pariwisata agar 'naik kelas'. Jika sebelumnya mereka menjual produk secara langsung kepada wisatawan, kini harus ada terobosan agar roda perekonomian tetap berjalan.
Dan bicara soal 'naik kelas', pemerintah membuat kelas berjalan dengan menggandeng perusahaan bus pariwisata agar aktivitas mereka tetap berdenyut di masa pandemi Covid-19. Bus yang biasanya mengangkut wisatawan berkeliling kota atau menuju destinasi wisata tertentu kini menjadi bus sekolah. Bus Semar namanya. Singkatan dari Smart Traditional Market.
Bus Semar mengantarkan relawan menuju pasar tertentu. Pada Selasa, 22 September 2020, Bus Semar mampir ke Pasar Beringharjo di Malioboro. Sampai di sana, para relawan memberikan pelatihan kepada pedagang untuk mengetahui cara menjual barang dagangan lewat daring.
Interior bus sudah disulap menjadi seperti kelas. Di situ relawan mendata produk, mengkurasi foto produk, desain grafis, desain produk, kemasan digital marketing, digital branding, hingga manajemen rantai pasokan supaya para pedagang punya jejaring online yang kuat.
Bus pariwisata disulap jadi bus sekolah untuk pedagang pasar tradisional di Yogyakarta. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Ketua Yayasan Beringharjo Inisiatif, Zaki Sirraj mengatakan program ini bertujuan mengantarkan para pedagang tradisional menuju pasar daring. "Dari sekitar 5.000 pedagang di Pasar Beringharjo, baru sepuluh persen yang melek digital," kata Zaki di Yogyakarta. Yang sudah melek peluang usaha online itu sebagian besar pedagang produk tekstil, seperti batik, kain, dan busana lainnya.
Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti mengatakan ada hikmah di balik pandemi Covid-19 ini. "Muncul kreativitas baru untuk pengembangan pedagang pasar," kata dia. Setelah Pasar Beringharjo, rencananya Bus Semar akan menuju pasar-pasar tradisional lain di Kota Yogyakarta.
Direktur Utama Bank Pembangunan Daerah DI Yogyakarta, Santoso Rohmad mengatakan pasar daring adalah salah satu cara yang potensial untuk dikembangkan dalam masa pandemi Covid-19. "Kami mendukung dalam hal pendanaan, pelayanan, hingga pembukaan akun untuk bertransaksi online," katanya.
Direktur Bank Indonesia DI Yogyakarta, Hilman Tisnawan mengatakan nilai capaian elektronifikasi atau transaksi digital di wilayah Yogyakarta saat ini sebesar 3,52 poin, dari maksimal 5 poin. Artinya, menurut dia, pencapaian transaksi elektronik telah mencapai tahap ketiga, yakni ekspansi.