Kebijakan tersebut mendorong warga Libya yang berada di Tripoli, bergegas belanja untuk persediaan Ramadan sehari sebelum pembatasan jam malam itu berlaku, sebagaimana dilaporkan Asharq al-Awsat.
Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) mengurangi tekanan pada sistem kesehatan termasuk Tripoli. Namun, pemberlakuan jam malam itu menyebabkan ketergesa-gesaan. Warga segera antre mengambil uang tunai di bank untuk membeli makanan.
Menurut perkiraan, Ramadan akan dimulai pada 24 April. Namun pembatasan jam malam menimbulkan tanggapan. Penetapan jam malam itu dianggap tidak tepat karena sampai memasuki pekan pertama Ramadan, sebagaimana dilaporkan Libya Herald. Pembatasan jam malam menimbulkan kekhawatiran bila diperpanjang.
Aktivitas harian berjalan kaki masih diizinkan untuk perorangan mulai pukul 8 pagi hingga 2 siang, waktu setempat. Namun aktivitas di luar rumah tidak boleh menggunakan mobil. Saat keluar rumah harus memakai masker.
Semua pertemuan telah dilarang oleh Kementerian Dalam Negeri Libya. Pembatasan jam malam pernah dicoba oleh Pemerintah Tripoli, kali pertama pada 22 Maret, dimulai pukul 6 sore hingga 6 pagi. Pada 29 Maret, pembatasan waktu diperpanjang dari pukul 2 siang hingga 7 pagi. Langkah terbaru juga melarang perjalanan antar kota, kecuali untuk urusan sangat penting.
Namun situasi itu pun masih dibayangi konflik. Perang saudara oleh Tentara Nasional Libya (LNA) yang dipimpin Khalifa Haftar untuk membebaskan Tripoli dari wajib militer, yang mendukung Perdana Menteri Libya Fayez al-Sarraj.
ASHARQ AL-AWSAT | LIBYA HERALD