TEMPO.CO, Mataram - Puluhan warga Senggigi, Lombok, di antaranya anggota komunitas lari Running is Ourt Therapy (RIOT) Chapter Lombok berpartisipasi dalam Senggigi Plogging.
Perhelatan itu diselenggarakan pada Ahad, 26 Januari 2020. Sambil berlari mereka memungut sampah yang ditemukan di sepanjang pantai sejauh 3,8 kilometer pulang pergi.
Mereka yang diajak oleh manajemen Sheraton Senggigi Beach Resort (SSBR) mengenal plogging (Picking up and jogging) tersebut mulai memungut sampah yang berserakan di pinggir pantai utara hingga ujung selatan Senggigi.
Mereka melalui deretan 100-an perahu nelayan yang telah diparkir sepulang menangkap ikan. Sebanyak 70 kantong nonplastik berisi sampah dikumpulkan. Bersama kantong sampah hotel yang sudah dipilah jenisnya, sampah tersebut kemudian diangkut ke tempat pembuangan sampah.
Ini adalah kegiatan baru yang hendak dijadwalkan dua bulan sekali oleh hotel berbintang lima di Senggigi tersebut. Sebagai bukti nyata untuk terus menggerakkan gaya hidup sehat, serta memberikan kontribusi terhadap lingkungan.
Plogging merupakan aktivitas yang populer pertama kali di Swedia tersebut, digunakan oleh SSBR sebagaisalah satu program corporate social responsibility (CSR) sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan. Senggigi Plogging adalah wadah yang tepat untuk menyalurkan minat berolahraga sembari terlibat dalam misi untuk menjaga lingkungan.
Director Sales & Marketting SSBR Yuna Adiwijaya menyebutkan bahwa sebelumnya sudah melakukan sosialisasi kebersihan lingkungan dimulai dari anak-anak Sekolah Dasar No 1 Senggigi. Setiap hari Sabtu, sampah dari rumah mereka dikumpulkan dan mendapatkan kompensasi buku tulis.
Kegiatan Plogging ditujukan untuk membersihkan kawasan Senggigi dari sampah. TEMPO/Supriyantho Khafid
Memasuki 2020 ini SSBR sudah tidak menggunakan botol plastik air minum di kamar, dan menyiapkan thumbler yang bisa dibeli tamu untuk diisi ulang di beberapa titik dalam hotel yang disiapkan. "Bebas refill semaunya," kata Yuna.
Humas RIOT Chapter Lombok Lalu Budi Ody Rahman mengaku senang terlibat dalam kegiatan plogging ini. "Bagus untuk mendukung terjaganya obyek wisata," ujar Ody kepada Tempo sambil berjalan di tepi pantai Senggigi. Sebelum RIOT, peserta berlari bersama sejauh lima kilometer di sekitar kawasan Senggigi.
Peserta tidak bisa melakukan jogging karena situasi kawasan yang ramai dengan pengunjung pada hari Ahad yang ramai dipenuhi anak-anak dan juga perahu-perahu yang berasal dari Ampenan yang relokasi di Senggigi akibat gelombang musim barat.
Sebagai tambahan atraksi, pengunjung dapat melihat setiap perahu nelayan yang pulang dari perairan Gili Trawangan. Mereka membawa ratusan ekor ikan tongkol segar.
Peserta memungut sampah usai berlari sejauh 5 kilometer secara bersama-sama. TEMPO/Supriyantho Khafid
Ody mengatakan kegiatan lari disukai masyarakat. Lombok sudah dikenal pecinta lari selama beberapa tahun terakhir, melalui kegiatan Lombok Marathon dan kemudian TNI International Marathon untuk pemulihan bencana gempa bumi. "Terakhir setengah dari 8.000 peserta TNI Marathon berasal dari luar daerah," ujar Ody.
Plogging mendorong kesadaran masyarakat di Lombok, untuk tidak membuang sampah sembarangan di Senggigi.
SUPRIYANTHO KHAFID