TEMPO.CO, Jakarta - Berada di pedalaman Siberia, Desa Oymyakon memiliki tantangan tersendiri. Suhu dingin yang luar biasa menjadi hal yang permanen di desa itu. Lokasinya hanya beberapa ratus mil dari Lingkaran Arktik dan mencapai rekor suhu terendah -71,2 °C.
Wisatawan yang bertandang ke desa itu, dipastikan bakal merenungi keberadaannya di tempat tersebut, namun juga bakal terheran-heran melihat warga desa hidup di sana.
Sinar matahari merupakan barang yang mewah di Desa Oymyakon. Pada saat musim panas, siang hari hanya tiga jam. Sementara pada musim panas, siang bisa sepanjang 21 jam. Di desa ini tanah membeku secara permanen karena iklim subarctic yang ekstrem. Sekitar 500 penduduk Oymyakon kebanyakan tidak dapat bercocok tanam, oleh karena itu makanan mereka pada dasarnya terdiri dari daging rusa dan kuda.
Sementara anak-anak di belahan bumi selatan keluar dari sekolah selama hari-hari bersalju, anak-anak Oymyakon terjebak di dalam kelas. Mereka baru meninggalkan ruang-ruang kelas atau rumah saat suhu di kisaran -52 °C . Seperti apa reaksi tubuh pada suhu ekstrem tersebut? Begini ilustrasinya: bila Anda keluar rumah dengan buka baju di Oymyakon, dalam semenit bisa dipastikan bakal mati kedinginan.
Sebuah bangunan toko di desa Oymyakon ini merupakan satu-satunya toko yang berdiri di desa bersuhu ekstrem tersebut. Toko ini menyediakan kebutuhan mendasar bagi para penduduk di seluruh penjuru desa. boredpanda.com
Selain masalah keterpencilan yang nyata, hawa dingin itu memaksa warga desa hidup di tempat sederhana dengan sedikit kenyamanan. Bisa dibayangkan, mobil pun sulit dihidupkan. Pelumas dan bahan bakar, beku dalam waktu 5 jam. Aki cepat menjadi soak. Pendek kata, sesuatu yang tak berbulu bakal gagal menahan dingin. Barang elektronik pun semuanya tidak berguna.
Mungkin salah satu tantangan paling sulit yang dihadapi di wilayah yang disebut "Cincin Kematian Stalin" adalah menguburkan orang mati. Dengan tanah dalam kondisi permafrost, dibutuhkan beberapa hari untuk menggali kuburan.
Mula-mula warga membuat api unggun untuk membakar batu. Lalu, batu yang membara dibiarkan di atas tanah hingga bisa dicangkul atau dilubangi. Setelah itu diletakkan batu yang membara, setelah tanah melunak, penggalian diteruskan. Begitu berulang-ulang, sampai tanah cukup luas untuk meletakkan peti mati.
Sejumlah warga berjalan kaki di kota Oymyakon saat suhu mencapai -50 Celcius. Untuk mencegah mesin kendaraan membeku, mobil disimpan di garasi khusus Dailymail.co.uk/REX
Walaupun daya tarik wisatanya berupa kebaruan lingkungan, karena berada dalam iklim yang begitu aneh — sangat sedikit yang dapat dilakukan di Oymyakon — ia memiliki pasar pariwisata yang relatif sukses. Kegiatan khusus kawasan tersebut seperti berburu rusa, memancing di sungsi es dan mandi di mata air panas, ketika suhu -50-an derajat Celcius – hal yang berlawanan dengan keadaan di negara-negara tropis.
Sebagian besar wisatawan ke Oymyakon untuk wisata petualangan, sekaligus mengagumi Pilar Lena, penjara gulag, atau desa Tomtor, yang menyelenggarakan Festival Kutub tahunan, yang menampilkan budaya dan masakan Yakut dan Evenk.
Meskipun jadi destinasi wisata di Siberia, Oymyakon tidak memiliki hotel atau restoran. Pengunjung yang menginap harus memesan layanan homestay kepada penduduk setempat.