TEMPO.CO, Jakarta - Pelatih Senegal, Aliou Cisse pasti senang. Tim nasional sepakbola yang dipimpinnya berhasil meraih kemenangan atas Polandia dalam pertandingan Grup H Piala Dunia yang digelar di Otkritie Arena (Stadion Spartak), Moskow, Rusia, Selasa malam WIB, 19 Juni 2018. Senegal mengungguli Polandia dengan raihan skor 2-1.
Kemenangan di Piala Dunia ini tak lepas dari peran sang pelatih Senegal, Aliou Cisse. Nama Aliou Cisse tak asing lagi bagi skuad Singa dari Teranga. Sebelum terjun sebagai pelatih, ia adalah bagian dari timnas juga sebapai pemain.
Dengan rambut gondrong dan kacamata khasnya, Pelatih Senegal itu dikenal tampil eksentrik. Setidaknya jika dibanding penampilan pelatih tim lain yang kebanyakan rapi dan klimis.
Siapakah Cisse? Dia lahir dan tumbuh dewasa di kota kedua terbesar di Senegal, yakni Ziguinchor. Kota berdenyut nadi tropis dengan tingkat kesibukan tinggi ini berhasil membentuk karakter Cisse menjadi seorang yang tangguh.
Bicara soal kota tempat lahir Cisse, Ziguinchor, tempat ini memiliki bentang yang unik; khas perkotaan tua Afrika Barat. Wilayah Ziguinchor yang termasuk kawasan Casamance, pernah diperebutkan oleh Prancis dan Portugis. Namun Portugis kehilangan kendali atas kota itu setelah ditetapkan batas wilayah permanen.
Meski demikian, Portugis masih meninggalkan warisan berupa bahasa Kreol Guinea Hulu atau Kreol Ziguinchor. Bahasa itu sampai sekarang masih dipakai oleh sejumlah besar penduduk di Ziguinchor. Selain itu, sebagian masyarakat masih mempertahankan nama belakang Portugis. Semisal Da Silva atau Fonseca.
Letak Ziguinchor berhadap-hadapan dengan Sungai Casamance, yakni sungai yang alirannya langsung ke arah barat Samudra Atlantik. Sungai itu menjadi daya tarik utama Ziguinchor bagi wisatawan.
Di sekitar sungai ditumbuhi pepohonan bakau yang rindang. Sejumlah turis datang biasanya khusus untuk menikmati sungai sengan panjang mencapai 200 mil atau 320 kilometer itu.
Casamance dapat dilayari menggunakan perahu-perahu kayu. Favorit wisatawan menyusuri sungai itu adalah saat senja. Matahari akan membuat permukaan sungai berwarna keemasan. Tumbuhan-tumbuhan bakau di sekitarnya pun akan terpantul di permukaan air, yang membuat sungai itu tampak seperti cermin emas.
Namun menghabiskan waktu di Ziguinchor menurut para pe-review di laman travel internasional, TripAdvisor, hanya perlu dua sampai tiga malam. Sebab, meski merupakan kota terbesar, tak banyak hal yang bisa dilakukan.
Ziguinchor dapat dijangkau dengan pesawat, feri, dan bus. Setiap hari, tersedia penerbangan dari Dakar menuju Ziguinchor, yang kadang-kadang pesawatnya akan berlanjut ke Cap Skirring. Cap Skirring adalah sebuah wilayah di tepi pantai yang menjadi tempatnya resor-resor mewah.
Sedangkan dengan feri, wisatawan bisa menunggang Aline Sitoe Diatta Ferry menghubungkan Dakar dengan Ziguinchor. Perjalanannya semalaman dan memakan waktu sekitar 16 jam.
Bila dengan bus atau mobil pribadi, wisatawan harus melewati Jalan Raya Transgambian dan menyeberangi Sungai Gambia dengan feri Farafenni. Perjalanan ditempuh sejauh 280 mil (450 kilometer) dalam waktu satu hari.
TRIPADVISOR | LONELYPLANET | WIKITRAVEL