Jelang Natal di Brussel, Manneken Pis Berkostum Sinterklas
Editor
Nunuy nurhayatiTNR
Kamis, 24 Desember 2015 15:37 WIB
TEMPO.CO, Brussel -Suasana Natal di Brussel sudah terasa sejak awal Desember lalu. Semarak Natal sudah saya rasakan sejak berada di hotel NH Grand Sablon, tempat saya menginap selama berada di ibukota Belgia itu.
Selain pohon Natal, di lobi hotel berbintang itu dihiasi patung Sinterklas dengan aneka bingkisan yang dibawanya. Ada pula berbagai hiasan bernuansa Natal lainnya yang dikumpulkan di sebuah ruangan di sebelah lobi hotel itu, di antaranya vas bunga, aneka boneka, parcel, serta bingkisan.
Sore saat keluar dari Grand Sablon, yang terletak di Rue Bodenbroek, suasana Natal menyergap langkah saya. Sejumlah restoran dan kafe yang berada di kawasan itu berhias pohon Natal dengan lampu warna-warninya serta oranamen lainnya. Sebuah toko cokelat cukup terkenal di Brussel, Leonidas, yang berada di seberang hotel, menjual cokelat edisi khusus Natal dalam berbagai bentuk dan kemasan.
Dari hotel saya berjalan kaki menuju ke La Grand Place atawa de Grote Markt, alun-alun utama di jantung Brussel, yang berjarak sekitar setengah kilometer. Grand Place menjadi salah satu tujuan utama wisata saat kita melancong ke Brussel. Boleh dibilang, belum lengkap ke Brussel bila tak bertandang ke alun-alun utama yang dikelilingi bangunan-baungan kuno nan megah tersebut.
Menurut sejumlah literatur sejarah, awalnya kawasan Grand Place merupakan bekas rawa-rawa yang dikeringkan. Grand Place dibangun di tepi Sungai Senne, yang berada di timur Castellum. Ini merupakan benteng pertahanan yang dibangun oleh Charles of France pada sekitar 977 Masehi.
Alun-alun itu merupakan simpul dari tujuh jalan di pusat kota Brussel. Pada abad 15, sejumlah bangunan bekas pasar besar di kompleks alun-alun itu dibongkar. Lalu, di sisi timur dan barat dibangun balai kota atau Hotel de Ville (bahasa Prancis) atau Stadhuis (Belanda), dan menara lonceng.
Pada sekitar 1405, sebuah Bread Hall atau Broodhuis (bahas Belanda) dibangun di sisi utara. Disebut juga Breadhouse karena bangunan ini adalah rumah kayu untuk berdagang roti pada awal abad 13. Kemudian pada abad ke 15 dibongkar menjadi bangunan megah dari batu.
Memasuki abad 16, Bread Hall dibongkar dan digantikan dengan istana raja, yang dinamakan La Maison du Roi (bahasa Prancis). Dinamakan istana raja karena La Maison du Roi ini pernah menjadi tempat tinggal raja. Istana ini sekarang dialihfungsikan menjadi museum.
Menilik riwayatnya, saya pun begitu antusias ingin segera sampai di Grand Place. Hawa dingin yang menggigit sore itu, suhu sekitar 5 derajat Celcius, tak mengurangi antusiasme saya untuk bertandang ke kawasan yang kini menjadi salah satu situs bersejarah dunia yang dilindungi UNESCO tersebut.
Saya tiba di Grand Place ketika hari mulai meremang. Saat itu, suasana Grand Place begitu ramai. Ratusan pengunjung memenuhi alun-alun tersebut. Banyak di antara mereka yang berfoto-foto dan ber-selfie ria bersama rekan-rekan atawa pasangannya. Begitu riuh dan meriah.
Boleh dibilang, suasana kompleks alun-alun itu juga terasa menggetarkan. Seluruh bangunan di kompleks alun-alun itu bergaya arsitektur Eropa klasik. Begitu pula dengan ukiran-ukiran yang berada di fasad bangunan, seluruhnya bergaya klasik dan dicat dengan sepuhan warna keemasan. Sore itu, lampu-lampu dari gedung-gedung utama di sana mulai menyala. Hal itu menambah pemandangan kompleks bangunan di Grand Place kian memukau.
Seperti halnya di sudut-sudut lain Brussel, suasana Natal juga menyemarakkan Grand Place. Di tengah alun-alun itu berdiri pohon Natal besar setinggi sekitar sepuluh meter dengan hiasan lampu yang menawan. Pohon Natal yang menjulang itu menyita perhatian para pengunjung di sana.
Suasana Natal juga terasa di areal Manneken Pis, salah satu ikon kota Brussel yang sangat terkenal. Ini sebuah patung anak laki-laki kecil telanjang yang sedang kencing. Patung perunggu setinggi 61 sentimeter yang bertengger di atas sebuah kolam kecil itu dibuat oleh Hieronymus Duquesnoy pada sekitar 1618.
Biasanya, Manneken Pis yang berada di sudut pertemuan jalan Rue de Chene dan Rue de l’Etuve itu, sekitar 300 meter barat daya Grand Place, dalam keadaan telanjang. Namun, menjelang Natal pada Ahad awal Desember lalu, patung berwarna hitam itu mengenakan kostum Sinterklas. Sekeliling patung itu dihiasi untaian daun hijau dengan lampu-lampu kecil. Sungguh menarik.
NURDIN KALIM (BRUSSEL)