Belajar ke Lumbung Pangan Nol Pestisida

Reporter

Editor

Sunu Dyantoro

Rabu, 31 Desember 2014 15:55 WIB

Joglo Tani, Godean Sleman Yogyakarta. (TEMPO/Shinta Maharani)

TEMPO.CO, Yogyakarta - Kawananan bebek berjalan keluar dari petak kandang menuju kolam air. Suara mereka riuh. Kandang bebek berada di antara persawahan. Setidaknya 600 bebek mengisi 12 kandang itik. Tak hanya bebek, di kandang itu juga dipelihara kalkun dan entok. (Baca: Balik ke Beras Lokal, Sehat dan Berdaulat)

Ternak ini berlokasi di kampung pertanian terpadu Joglo Tani di Dusun Mandungan, Desa Margoluwih, Kecamatan Seyegan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kampung pertanian terpadu ini menempati lahan seluas 5 ribu meter persegi. Perempuan kelompok ternak itik bernama Kambangan Laras Mandiri atau Kalam yang mengelolanya. Saban hari, pada subuh, mereka memanen telur bebek. (Baca: Kuliner Sehat Berbahan Pangan Lokal 'Ndeso' )

Telur itu diambil untuk diolah menjadi telur asin. Sebagian mereka jual ke sejumlah pasar tradisional. Peternak memberi makan bebek dengan adonan bekatul. “Kami juga kasih makan karak atau nasi yang telah dijemur,” kata Sekretaris kelompok ternak itik Kambangan Laras Mandiri, Suhartini, 45 tahun, Rabu , 30 Desember 2014. (Baca: (Baca: Cerita Keraton Yogya Kecoh Belanda Lewat Kuliner)

Dari 600-an bebek di Joglo Tani, 35 ekor di antaranya adalah milik Suhartini. Semula, Suhartini punya 100 ekor bebek. Beberapa hari lalu, ia menjual 65 ekor bebek yang sudah tidak produktif miliknya, ke pedagang untuk selanjutnya dijual dalam bentuk daging bebek.

Setiap hari, dari 35 ekor bebek milik Suhartini, menghasilkan 25 telur butir. Pedagang secara rutin membelinya dengan harga Rp 1.200 per butir. Keuntungan dari menjual telur Rp 10 ribu per hari. Kelompok ternak itik itu punya sepuluh anggota. Tapi, dari sepuluh itu tinggal dua yang menitipkan bebeknya di Joglo Tani. Sebagian besar dari mereka telah beternak itik di rumah masing-masing.

Selain menjual telur, Suhartini juga menjual bebek miliknya ke pedagang. Harga per ekor bebek berbeda, tergantung umur. Dia mencontohkan untuk bebek yang masih produktif bertelur berharga Rp 75 ribu. Sedangkan, bebek yang berumur tua dan sudah tak menghasilkan telur dihargai Rp 50 ribu-Rp 60 ribu. Ia mendapat keuntungan Rp 40 ribu per ekor bebek yang terjual. (Baca: Bir Jawa Berkhasiat Melangsingkan Tubuh)

Bagi Suhartini, beternak bebek membantunya secara ekonomi. Suhartini merupakan petani yang punya lahan sawah di sekitar Joglo Tani. Dari beternak bebek itu, ia mendapatkan tambahan penghasilan. “Uang yang masuk sebagian saya gunakan untuk tambahan biaya sekolah dan kuliah anak,” kata Suhartini.

<!--more-->
Kelompok ternak itik Kambangan Laras Mandiri ada di sana sejak Joglo Tani berdiri pada tahun 2008. Anggota kelompok tani ini setiap dua hari sekali mengolah telur asin dan menjualnya ke pedagang nasi gudeg dan pedagang telur asin.

Penggagas pertanian terpadu Joglo Tani, To Suprapto menyatakan berdasarkan hitungannya, rata-rata terdapat 40 telur dalam satu kandang bebek di kawasan itu per hari. Dari penjualan telur itu, petani masih untung. Mereka hanya perlu menyiapkan uang untuk membeli pakan bebek.

Setiap pagi hari, kegiatan di kandang bebek adalah mengambil telur, menimbang telur, mengolah telur untuk dijadikan telur asin, dan menjual telur ke pedagang yang datang ke kampung. Dua anggota kelompok ternak bebek itu dibantu oleh mahasiswa yang belajar pertanian terpadu di sana. “Mereka juga memastikan bebek, kandang, dan pakan bebek dalam kondisi baik,” kata Suprapto.

To Suprapto merupakan petani yang sukses menerapkan model pertanian terpadu di Joglo Tani . Dia mencatat ada 200-an kelompok tani yang di Indonesia yang mengadopsi contoh pertanian terpadu ini. Misalnya di Riau, Aceh, Sumatera Utara, dan Lampung.

Di kawasan ini tak hanya ternak itik yang dikembangkan. Ada pula ternak sapi, kambing, dan kelinci. Pohon jati, sengon, padi, sayuran, buah-buahan, umbi-umbian, dan empon-empon juga tumbuh subur di kawasan ini. Ikan tawar hidup di kolam yang mengapit rumah utama berbentuk joglo untuk pertemuan kegiatan pertanian di Joglo Tani.

Di kanan-kiri sawah Joglo Tani terdapat perkampungan penduduk. Onggokan jerami menyebarkan bau segar. Bau kotoran bebek dan ayam menyengat. Kandang sapi penuh jerami ada di belakang rumah Joglo. “Kami mengolah kotoran ternak sebagai bahan pupuk organik,” kata Ketua Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia ini.

Sistem pertanian terpadu Joglo Tani telah ada sejak tahun 2008. To Suprapto menamainya Joglo Tani yang punya singkatan ojo gelo dadi wong tani. Ia membuat sistem itu untuk menunjukkan petani bisa berdaulat dan mandiri terhadap pangan. “Kami ingin meruntuhkan petani sebagai pekerjaan yang tidak menjanjikan,” kata dia.

Sistem pertanian Joglo Tani mengambil ide dari sebatang pohon yang tumbuh. Pohon yang punya akar, batang, daun, bunga, biji, dan buah. Ini sama halnya dengan pertanian terpadu. Tanaman umbi-umbian, dan padi menggambarkan akar.

Pohon jati menggambarkan batang, daun menggambarkan sayuran, bunga melati dan mawar menggambarkan bunga, dan aneka buah yang menggantung di pohon menggambarkan buahnya. Sedangkan, hewan ternak unggas, sapi, dan kambing merupakan bagian tak terpisahkan dari kesuburan tanah. “Ini bagian dari model lumbung pangan. Tak ada cerita petani kekurangan pangan di sini,” kata Suprapto.

Setiap bulan Joglo Tani juga menampung petani, calon petani, dan pekerja yang telah pensiun untuk belajar sistem pertanian terpadu. Mereka belajar tentang mengolah tanah, pemilihan bibit, dan pengolahan pupuk organik dari kotoran ternak itik, kambing, dan sapi. Selain bertani, mereka juga belajar beternak ikan dan unggas. Minat orang untuk tahu tentang Joglo Tani juga tinggi, per bulan jumlah pengunjung sebanyak seribu orang dari berbagai daerah di Indonesia.

<!--more-->
Model pertanian organik di sini berkelanjutan. Dia mencontohkan limbah pertanian dan peternakan semuanya tidak ada yang terbuang. Misalnya kulit padi bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Jerami padi juga digunakan untuk pupuk. Sedangkan, limbah dari beternak bisa dimanfaatkan untuk pupuk dan energi listrik. Misalnya air kencing sapi untuk pupuk cair.

Ia mengatakan produk pertanian dan peternakan Joglo Tani bebas pestisida. Kolam ikan Joglo Tani memanfaatkan air dari Sungai Konteng yang berhulu di Gunung Merapi. Aliran air itu masuk ke perkampungan menuju kolam ikan. “Kami nol pestisida. Kalau tidak pasti meracuni ikan dan unggas,” kata Suprapto.

Kampung ini juga menjadi tempat kuliah bagi mahasiswa dari Aceh hingga Papua. Joglo Tani bekerja sama dengan Institut Pertanian Yogyakarta. Mereka belajar selama empat tahun sama seperti mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi pada umumnya. Saat ini ada 500 mahasiswa yang belajar di sana. Mahasiswa yang lulus biasanya menerapkan praktek sistem pertanian terpadu model Joglo Tani di tempat lain.

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Edhi Martono mengapresiasi usaha kelompok tani maupun individu yang mendorong orang untuk bergairah terhadap pertanian. Ia prihatin selama ini di sejumlah tempat banyak kalangan muda yang tak tertarik menjadi petani.

Mereka lebih tertarik menjadi buruh pabrik di kota. Selain itu, luas lahan pertanian semakin berkurang akibat alih fungsi lahan untuk gedung, toko, perumahan, dan bangunan lainnya. “Padahal pertanian ini vital untuk menjaga ketersediaan pangan Indonesia,” kata dia.

Organisasi non-pemerintah, Aliansi Desa Sejahtera merujuk pada data Badan Pusat Statistik tahun 2013, menyebutkan Indonesia kehilangan petani sebanyak 5 juta orang. Selain itu, jumlah lahan pertanian semakin menyusut akibat alih fungsi lahan. Laju kehilangan sumber pangan mencapai 6,4 persen atau setara dengan 100 ribu hektare lahan hilang per tahun pada kurun 2003-2013.

SHINTA MAHARANI

Baca berita lainnya:
40 Jasad Korban Air Asia Ditemukan KRI Bung Tomo
3 Jasad Korban Air Asia Bergandengan Tangan

Korban AirAsia, Tim SAR Sempat Sentuh Tangan Jasad

Body Air Asia Tampak di Bawah Permukaan Laut

Berita terkait

Mentan Amran Genjot Produksi di NTB Melalui Pompanisasi

7 jam lalu

Mentan Amran Genjot Produksi di NTB Melalui Pompanisasi

Kekeringan El Nino sudah overlap dan harus waspada.

Baca Selengkapnya

Program Electrifying Agriculture PLN, Mampu Tingkatkan Produktivitas Pertanian

3 hari lalu

Program Electrifying Agriculture PLN, Mampu Tingkatkan Produktivitas Pertanian

Program Electrifying Agriculture (EA) dari PT PLN (Persero), terus memberikan dampak positif bagi pertanian di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

7 hari lalu

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

Menteri Pertanian Ukraina Mykola Solsky ditahan setelah ditetapkan sebagai tersangka resmi dalam penyelidikan korupsi bernilai jutaan dolar

Baca Selengkapnya

Pengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia

9 hari lalu

Pengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia

Pengamat Pertanian Khudori meragukan sistem usaha tani dari Cina yang akan diterapkan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Cerita dari Kampung Arab Kini

12 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Pupuk Subsidi Sudah Bisa Ditebus, Hanya di Kios Resmi

12 hari lalu

Pupuk Subsidi Sudah Bisa Ditebus, Hanya di Kios Resmi

PT Pupuk Indonesia mengumumkan pupuk subsidi sudah bisa ditebus di kios pupuk lengkap resmi wilayah masing-masing.

Baca Selengkapnya

Kemendag Dorong Produk Pertanian Indonesia Masuk Pasar Australia, Manggis Paling Diminati

12 hari lalu

Kemendag Dorong Produk Pertanian Indonesia Masuk Pasar Australia, Manggis Paling Diminati

Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Atase Perdagangan RI di Canberra berupaya mendorong para pelaku usaha produk pertanian Indonesia memasuki pasar Australia.

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

15 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Erupsi Marapi Rusak Ribuan Hektare Lahan Pertanian

23 hari lalu

Erupsi Marapi Rusak Ribuan Hektare Lahan Pertanian

Erupsi Gunung Marapi di Sumatera Barat telah merusak hingga ribuan hektare lahan pertanian di sekitar wilayah tersebut.

Baca Selengkapnya

Google Manfaatkan AI untuk Dukung Produktivitas Pertanian, Diklaim Sukses di India

34 hari lalu

Google Manfaatkan AI untuk Dukung Produktivitas Pertanian, Diklaim Sukses di India

Google berupaya untuk mengimplementasikan teknologi Google AI AnthroKrishi ini untuk skala global, termasuk Indonesia.

Baca Selengkapnya