Indonesia Tampil di World Barista Championship
Editor
Cornila Desyana
Jumat, 22 Maret 2013 15:34 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Vicky Arya Wicaksono membutuhkan waktu hingga 16 menit 24 detik untuk membuat empat cangkir espresso, empat cangkir cappuccino, dan empat signature drink. Waktu yang melebihi ketentuan juri seleksi awal Indonesian Barista Competition 2013. Sebab, juri hanya memberikan jatah 15 menit bagi tiap peserta barista untuk menghidangkan seluruh sajian kopi.
"Saya agak nervous," ujar Vicky, Kamis, 21 Maret 2013.
Barista yang memilih tiga jenis kopi Sumatera ini adalah peserta pertama untuk seleksi regional di Jakarta. Pemuda berambut keriting ini pun lupa membereskan cangkir terakhir, sisa pembuatan signature drink. Padahal, selain rasa dan teknik penyajian, kebersihan termasuk dalam penilaian juri.
Sebelum sampai ke Jakarta, ajang ini telah menyaring lima barista dari Bandung, Bali, Surabaya, dan Yogyakarta. "Kami ambil kota-kota dengan jumlah kafe dan pelaku industri kopi yang besar di Indonesia," kata Ketua Panitia Indonesian Barista Competition 2013, Veronical Herlina.
Ajang yang sudah berlangsung sejak 2004 di Indonesia ini, pada 2013, memberikan kabar menggembirakan. Untuk pertama kalinya, Indonesia berhak mengirimkan wakil ke World Barista Championship 2013. "Nanti pemenang pertama akan kami kirim ke Australia untuk ikut WBC, gratis," ujar Ketua Asosiasi Kopi Spesial Indonesia, Leman Pahlevi.
Pemenang kedua berhak mengikut lomba serupa di tingkat Asia Pasifik, sementara pemenang ketiga di level Asia Tenggara. Prestasi tertinggi yang ditorehkan jebolan ajang ini adalah juara kedua tingkat Asia Pasifik (2012) yang digelar di Singapura.
Leman menuturkan, barista adalah tokoh di balik mesin espresso. Profesi ini tak hanya diharapkan bisa menyajikan kopi yang cantik, tapi juga berasa enak dan mengetahui sejarah dari sajian itu. Dengan menjamurnya kafe, maka kepiawaian para pembuat kopi ini pun perlu diasah.
Apalagi, Tuti melanjutkan, Indonesia sudah diizinkan mengirimkan wakil ke tingkat dunia. Jadi, standar kompetisi pun dibuat serupa, ada tujuh juri: empat juri sensor, dua juri teknis, dan satu juri kepala. Jenis minuman yang diracik juga berstandar lomba internasional: kopi espresso dan cappuccino. "Espresso sesuai dengan profesi mereka," kata juri kepala ini. "Dan cappuccino adalah jenis minuman dengan konsumsi tertinggi pada saat ini."
Cappuccino, ia melanjutkan, juga memiliki proses yang tidak sederhana, seperti sebatas mencampur susu dan kopi. "Harus ada perpaduan antara susu dan kopi dalam suhu yang tepat dengan ketebalan yang pas."
DIANING SARI
Berita kuliner lain:
Festival Jajan Pasar Diselenggarakan di Semarang
Gurihnya Wedang Kacang Khas Magelang
Royal Dinner Ala Keraton Kasepuhan