Gunungan Setengah Ton Ludes dalam Lima Menit

Reporter

Kamis, 24 Januari 2013 14:34 WIB

Sejumlah Gunungan Grebeg dibawa dalam Upacara Grebeg untuk menyambut Maulud Nabi Muhammad SAW di Masjid Agung Gedhe Kauman, Yogyakarta, (24/1). Upacara Grebeg adalah simbol komunikasi kultural raja dan rakyatnya. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Yogyakarta - Sebuah gunungan hasil bumi yang diarak dalam peringatan Grebeg Maulid dari Keraton Yogyakarta menuju kompleks Kepatihan dalam waktu lima menit ludes diserbu ribuan warga, Kamis, 24 Januari 2013. Gunungan jenis Kakung yang sudah didoakan para abdi dalem dan diberikan secara simbolis bagi jajaran pegawai negeri sipil Yogyakarta itu langsung diserbu begitu diarak ke Kepatihan.

"Padahal beratnya setengah ton lebih. Berat sekali membawanya," kata Ponimin, 34 tahun, koordinator abdi dalem Keraton dari Paguyuban Nolokaryo Sleman, kepada Tempo. Gunungan itu memiliki tinggi sekitar 2 meter dengan diameter 1,5 meter. Isinya berbagai hasil bumi, seperti kacang panjang, telur asin, kentang, dan wortel.

Setiap tahun, kabupaten/kota DIY bergiliran mendapat jatah membawa gunungan grebeg. Pada Paguyuban Nolokaryo Sleman tahun ini ditunjuk Keraton Yogyakarta sebagai pembawa tujuh gunungan yang dikeluarkan dalam peringatan Grebeg Maulud. Beratnya rata-rata hampir sama.

Ponimin mengatakan, untuk mengarak satu gunungan Kakung ke Kepatihan saja, butuh 52 orang karena beratnya. Terlebih jarak yang ditempuh dari keraton ke kepatihan lumayan jauh, sekitar 1 kilometer. "Kami bergantian membawanya menjadi empat sif, setiap jalan sekitar 250 meter, ganti orang bertahap tanpa perlu meletakkan gunungan," kata dia.

Satu tim pembawa gunungan ini terdiri dari 16 orang. Yang lain berada di sekitar sambil berjaga-jaga untuk menggantikan anggota yang tak kuat menahan beban. "Untung tidak ada yang tak kuat," kata abdi yang kesehariannya berprofesi sebagai sopir truk lintas provinsi ini. Untuk membawa gunungan itu, Ponimin mengaku tidak ada abdi dalem yang dibayar. Hanya uang transportasi masing-masing Rp 10 ribu. "Niatnya memang ikhlas. Kalau tidak rela enggak usah jadi abdi dalem," katanya.

Gunungan Kakung yang dibawa ada tiga buah, diarak ke Masjid Gedhe, Kadipaten Pakualaman, dan Kepatihan. Pemberian gunungan ke Kepatihan sebagai pesan agar PNS mampu menjadi abdi yang melayani dengan sebenarnya bagi masyarakat.

Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Sekretaris DIY, Sarjuni, mengatakan Grebeg Maulud ini sebagai syukuran tahun pertama disahkannya Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta. Karena itu, acara dibuat berbeda dengan tahun sebelumnya. "Para PNS diwajibkan masuk kerja dan berpakaian Jawa," kata dia.

Sejumlah pejabat didapuk menerima gunungan dan mengambil hasil bumi pertama di Kepatihan ini. Dimulai dari Sekretaris Daerah DIY Ichsanuri, dilanjutkan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DIY Tavip Agus Rayanto, dan pejabat lainnya.

PRIBADI WICAKSONO

Berita terkait

Cerita dari Kampung Arab Kini

10 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

14 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

50 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

55 hari lalu

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram

Baca Selengkapnya

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

58 hari lalu

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

4 Januari 2024

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.

Baca Selengkapnya

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

8 Desember 2023

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.

Baca Selengkapnya

Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

8 Desember 2023

Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

Politikus PSI Ade Armando dipolisikan karena sebut politik dinasti di Yogyakarta. Ia dituduh langgar Pasal 28 UU ITE. Begini bunyi dan ancaman hukuman

Baca Selengkapnya

Begini Sejarah Panjang Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa

8 Desember 2023

Begini Sejarah Panjang Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki sejarah panjang hingga memiliki otonomi khusus. Berikut penjelasannya.

Baca Selengkapnya