Matahari tenggelam di Pantai Parangtritis, Yogyakarta. Tempo/Panca Syurkani
TEMPO.CO , YOGYA:-– Jika melihat perkembangan tren gaya hidup sehat, pemerintah pusat menilai sektor pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta sangat potensial bila dikembangkan ke arah yang lebih spesifik, misalnya, wisata berbasis kesehatan (health tourism).
Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Pembiayaan dan Pemberdayaan Masyarakat Untung Suseno Sutarjo, menuturkan pengembangan ke arah health tourism cukup memungkinkan bagi Yogyakarta, yang memiliki banyak setra wisata, infrastruktur perhotelan yang tersebar, sentra pengobatan tradisional, dan rumah sakit tipe A.
“Ini akan menjadi daya dukung bidang ekonomi kreatif Yogyakarta karena didukung program kerja sama Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pariwisata serta Ekonomi Kreatif sebagai satu kesatuan,” kata Sutarjo dalam kegiatan "Identifikasi Sarana dan Prasarana" dalam rangka pengembangan health tourism di RSUP Dr Sardjito, Sabtu lalu.
Konsep health tourism diarahkan menjadi satu core pemerintah dalam mempromosikan Indonesia. Dengan health tourism, wisatawan bisa berobat, merawat kesehatan, sekaligus mendapatkan relaksasi perjalanan wisata sebagai pendukung kesembuhan.
Selain di Yogyakarta, spa Indonesia di Bali terkenal sebagai spa terbesar di dunia. “Sejumlah negara Asia, seperti India dan Thailand, sudah memberi dukungan penuh terhadap program Health Tourism ini,” kata dia.
Asisten Sekretaris Daerah Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemerintah DIY Andung Prihadi menuturkan sektor pariwisata menjadi penyumbang utama pendapatan daerah di Yogyakarta, mencapai 48 persen. Pariwisata terintegrasi, kata dia, tentu akan menambah daya dongkrak pendapatan daerah.