Tak Hanya Ganggu Wisata dan Lingkungan, Penanganan Sampah Yogya Sudah Habiskan Puluhan Miliar

Jumat, 9 Agustus 2024 06:44 WIB

Tumpukam sampah di tengah pembatas jalan Affandi atau Gejayan Kota Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono

TEMPO.CO, Yogyakarta - Sudah beberapa bulan terakhir masyarakat maupun wisatawan yang berkunjung ke Kota Yogyakarta mungkin sering melihat tumpukan sampah di pinggir-pinggir jalan yang cukup mengganggu mata. Tumpukan-tumpukan sampah itu seperti sudah lama tak terangkut dan menimbulkan bau tak sedap.

Situasi darurat sampah di Kota Yogyakarta dan juga di kabupaten sekitarnya seperti Sleman dan Bantul memang belum sepenuhnya berakhir. Pasca penutupan Tempat Pengolahan Akhir atau TPA Piyungan ditutup Mei 2024 lalu. Penutupan ini membuat sampah sampah banyak tak terangkut karena depo depo penuh sesak tak bisa menampung luapannya.

Tak hanya menggangu lingkungan dan juga citra sebagai Kota Wisata, penanganan sampah yang dilakukan Pemerintah Kota Yogyakarta pun telah menghabiskan anggaran hingga puluhan miliar rupiah pasca penanganan dilakukan secara terdesentralisasi.

"Sekarang untuk menangani sampah butuh anggaran lebih besar," kata Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta, Aman Yuriadijaya, Kamis, 8 Agustus 2024.

Aman merinci, untuk pengelolaan 200 ton sampah kini biaya pengelolaan yang harus dikeluarkan sudah mencapai sekitar Rp 20 miliar dari sebelummya hanya sekitar Rp 4 miliar.

Advertising
Advertising

Hal ini disebabkan naiknya harga pengelolaan sampah yang dulu dilakukan di TPA Piyungan dengan sistem open dumping berkisar Rp 78 ribu per ton lalu melonjak menjadi Rp 450 ribu per ton.

Perlu diketahui, meski ditutup permanen, sebagian area TPA Piyungan sementara kembali difungsikan untuk melakukan pengolahan sampah sembari rampungnya infrastruktur baru pengolahan sampah di kabupaten/kota di Yogyakarta.

Padahal, kata Aman, bengkaknya biaya pengolahan sampah itu tak sebanding dengan pemasukan anggaran dari retribusi sampah Kota Yogyakarta yang hanya Rp 3 miliar per ton. “Target retribusi dengan sistem desentralisasi sampah hanya Rp. 6 miliar, tetapi belanja untuk sampah mencapai Rp 20 miliar,” ujar Aman.

Dengan besarnya ongkos operasional pengolahan sampah itu, Pemerintah Kota Yogyakarta mendorong agar masyarakat dan wisatawan ikut berperan aktif terutama dalam upaya mengurangi produksi sampah. Agar kebutugan anggaran pengelolaan sampah yang mencapai puluhan miliar itu bisa ditekan.

Aman mencontohkan upaya yang bisa dilakukan masyarakat dengan mengolah sampah dari rumah tangga. Selain itu juga dapat memaksimalkan sampah anorganik melalui 678 bank sampah di Kota Yogyakarta, sehingga volume sampah bisa berkurang.

“Pengurangan itu sebagai kunci, agar anggaran pengelolaan sampah bisa dialokasikan ke kebutuhan masyarakat lain terutama peningkatan ekonomi,” katanya.

Anggota Komisi C DPRD Kota Yogyakarta, Sigit Wicaksono, menuturkan meski sudah dialokasikan anggaran puluhan miliar rupiah, pihaknya masih belum melihat ujung selesainya permasalahan sampah di Kota Yogyakarta itu. "Saat ini depo-depo masih penuh, pembuangan sampah liar masih marak, anggaran yang ada bisa dioptimalkan ke situ," kata dia.

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X pada akhir Juli 2024 telah memanggil seluruh kepala daerah di kabupaten/kota untuk membahas persoalan sampah di wilayah masing masing.

Dalam pertemuan tersebut, Sultan meminta agar Intermediate Treatment Facility (ITF) yang berada di Bawuran Pleret Kabupaten Bantul sebagai pengganti TPA Piyungan dapat segera beroperasi dan berjalan.

Sultan menyebut ITF Bawuran selain mengolah sampah, nantinya disana juga akan dilakukan pengolahan hasil sampah. Untuk itu pihaknya meminta kepada masyarakat untuk tetap mengolah sampahnya.

"Sampah yang diolah oleh masyarakat di tingkat desa dan kelurahan ini juga dapat digunakan sebagai bahan baku pengolahan sampah di ITF Bawuran, sehingga sampah yang masuk memiliki nilai ekonomi bagi warga," kata dia.

Sampah pilahan yang ada ITF Bawuran tersebut, kata Sultan, setiap satu tonnya dihargai sebesar Rp 450.000. "Jadi tetap ada nilai ekonominya untuk masyarakat," ungkapnya.

Pilihan editor: Atasi Darurat Sampah, Yogyakarta Terbitkan Regulasi tentang Limbah Plastik

Berita terkait

Menurut Studi Traveling dapat Membuat Orang Tampak Lebih Muda

11 jam lalu

Menurut Studi Traveling dapat Membuat Orang Tampak Lebih Muda

Para peneliti menemukan bahwa traveling tidak hanya bermanfaat untuk mental dan fisik tapi juga dapat memuat seseorang tampak lebih muda

Baca Selengkapnya

Bus Wisata Tabrak Pengedara Motor di Yogya Hingga Tewas, Aktivis Sentil Wacana Larangan Bus Masuk Kota

21 jam lalu

Bus Wisata Tabrak Pengedara Motor di Yogya Hingga Tewas, Aktivis Sentil Wacana Larangan Bus Masuk Kota

Sebuah bus wisata menabrak pengendara motor hingga tewas, saat libur panjang Maulid Nabi di Kota Yogyakarta, Minggu 15 September 2024.

Baca Selengkapnya

Wisatawan Padati Prosesi Grebeg Maulud Keraton Yogyakarta

1 hari lalu

Wisatawan Padati Prosesi Grebeg Maulud Keraton Yogyakarta

Ribuan wisatawan memadati jalannya prosesi Garebeg atau Grebeg Maulud yang digelar Keraton Yogyakarta Senin 16 September 2024.

Baca Selengkapnya

Libur Panjang Maulid Nabi, Arus Lalu Lintas ke Destinasi Kota Yogyakarta Dipadati Wisatawan

2 hari lalu

Libur Panjang Maulid Nabi, Arus Lalu Lintas ke Destinasi Kota Yogyakarta Dipadati Wisatawan

Libur panjang akhir pekan Maulid Nabi berhasil mendongkrak kunjungan wisatawan ke Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Long Weekend Maulid Nabi, Okupansi Hotel Baru di Yogyakarta Turut Melonjak

2 hari lalu

Long Weekend Maulid Nabi, Okupansi Hotel Baru di Yogyakarta Turut Melonjak

Para pelaku perhotelan Yogyakarta berharap bisa menaikkan okupansi mereka setelah pada Agustus lalu sempat drop di bawah target.

Baca Selengkapnya

Besok Keraton Yogyakarta Gelar Grebeg Maulud, Begini Prosesi dan Aturannya

2 hari lalu

Besok Keraton Yogyakarta Gelar Grebeg Maulud, Begini Prosesi dan Aturannya

Sebelum Grebeg Maulud ini digelar, Keraton Yogyakarta menggelar prosesi awalan mulai dari Miyos Gangsa, Numplak Wajik, dan Kondur Gangsa.

Baca Selengkapnya

Alasan Gunung Merapi Belum Dibuka untuk Pendakian, Sepekan 3 Kali Awan Panas

3 hari lalu

Alasan Gunung Merapi Belum Dibuka untuk Pendakian, Sepekan 3 Kali Awan Panas

Meski masih aktif meluncurkan awan panas dan lava pijar, cuaca di sekitar Gunung Merapi umumnya cerah pada pagi dan malam hari.

Baca Selengkapnya

Menebus Dosa Kepada Laut

3 hari lalu

Menebus Dosa Kepada Laut

Kelompok nelayan di Karawang menggunakan rangkaian ban bekas untuk menjebak sampah plastik di laut.

Baca Selengkapnya

Polda Sulawesi Tenggara Selidiki Dugaan Korupsi Proyek Gerbang Kendari-Toronipa

3 hari lalu

Polda Sulawesi Tenggara Selidiki Dugaan Korupsi Proyek Gerbang Kendari-Toronipa

Gerbang wisata Kendari-Toronipa menjadi perhatian karena kondisinya sudah rusak meski baru diresmikan Februari tahun ini.

Baca Selengkapnya

Akhir Pekan, Ada Simfoni Gumuk Pasir di Pantai Selatan Bantul

4 hari lalu

Akhir Pekan, Ada Simfoni Gumuk Pasir di Pantai Selatan Bantul

Simfoni Gumuk Pasir bukan hanya sekadar festival musik, tetapi juga perayaan seni, alam dan budaya.

Baca Selengkapnya