Harmoni Kampung Muslim di Bali, Kampung Gelgel sampai Candi Kuning

Rabu, 6 Maret 2024 15:05 WIB

Suasana kampung muslim di Gelgel, Klungkung, Bali. Masjid berdiri tidak jauh dari pura, kehidupan warga yang berbeda agama terjalin harmonis. (Tempo/Charisma Adristy)

TEMPO.CO, Jakarta - Masuknya agama Islam sekitar abad ke-14 turut mewarnai sejarah kebudayaan Bali dan membentuk perpaduan antara kebudayaan, agama, peradaban dengan nilai-nilai solidaritas di tengah masyarakatnya.

Keterbukaan Bali terhadap budaya luar turut membuka ruang bagi masuknya agama Islam ke Pulau Dewata, sejak awal kedatangannya kini masyarakat muslim telah bertambah tidak hanya kuantitas namun juga aktivitas hidupnya. Berikut adalah 4 kampung muslim yang hidup harmonis dengan kultur dan budaya umat Hindu di Bali:

1. Desa Kampung Gelgel

Desa Kampung Gelgel merupakan salah satu pemungkiman Islam tertua di Bali yang terbentuk sejak abad ke-14 pada masa pemerintahan Raja Dalem Ketut Ngulesir atau Raja Gelgel I (1380-1460 M). Masjid Nurul Huda yang berdiri kokoh menjelaskan adanya peradaban Islam di tengah-tengah daerah yang di kenal sebagai pusat Kerajaan Bali itu.

Melansir dari kampunggelgel.desa.id keberadaan umat muslim di Kampung Gelgel berawal dari kedatangan 40 orang prajurit ketika pulang dari Jawa setelah menghadiri pertemuan dengan raja-raja Nusantara.

Advertising
Advertising

Para prajuri itu adalah pengawal Raja Dalem Ketut Ngulesir yang berasal dari Majapahit. Para prajurit tersebut bertugas mengawal kepulangan Raja Gelgel dari Jawa ke Bali. Sebagi bentuk terima kasih, Raja Gelgel memberikan tempat tinggal di Desa Kampung Gelgel yang letaknya tidak jauh dari Kerajaan Gelgel.

Berada dekat dengan kebudayaan masyarakt Hindu memicu interaksi antar agama yang turut mendorong terjadinya alkuturasi kebudayaan Islam dan Hindu di Desa Gelgel. Salah satunya tercermin dari adanya tradisi Ngaminang yaitu tradisi Megibung yang diislamkan, hanya ada perbedaan tipis antara menu yang disajikan di atas sagi (tempat makan, di bali disebut dengan dulang) menu-menu yang disajikan juga merupakan adopsi dari masakan khas Bali.

2. Kampung Kepaon

Kampung Kepaon adalah salah satu pemukiman masyarakat Islam yang terletak di Desa Pemogan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar. Secara historis Kampung Kepaon berkembang sejak tahun 1891 dan erat kaitannya Puri Pemecutan

Hubungan harmonis antara masyarakat muslim dengan Puri Pemecutan terjalin dengan baik. Bahkan, pada setiap upacara kerajaan, masyarakat Kampung Kepaon mendapatkan undangan dan tempat khusus. Sedangkan sewaktu hari besar Islam di Kampung Kepaon, pihak Puri Pemecutan juga turut menghadiri.

Di kampung Kepaon alkuturasi dibangun secara geanologis dan kultural yang akhirnya membentuk hubungan harmonis antara masyarakat Islam dan Hindu. Misalnya, mempraktikan tradisi “Ngejot” (memberikan makanan) kepada satu sama lain, inilah yang menjadi tonggak kokohnya toleransi masyarakat Islam dan Hindu di Bali termasuk Kampung Kepaon.

3. Kampung Muslim Candi Kuning

Pada masa Kolonial Belanda, Pemerintah Hindia Belanda mengembalikan fungsi hutan yang ada di Bali timur. Langkah tersebut dilakukan dengan cara memindahkan sebagian penduduk untuk tinggal dan diizinkan membuka lahan hutan di kawasan Bedugul sebagai ganti tanah mereka di Bali timur.

Peristiwa ini sekaligus menjadi asal mula nama Bedugul yang terdiri dari kata Bedug dan Kulkul. Kedua kata tersebut adalah perpaduan antara budaya Islam dan Hindu yang ada di Desa Candi Kuning. Masyarakat Islam yang menghuni Desa Candi Kuning hidup berdampingan dengan masyarakat Hindu, bahkan komunitas generasi pertama Islam Candi Kuning mengamai dirinya sebagai Marga Bali Islam Candi Kuning atau BICK. Penyebutan tersebut digunakan sebagai penanda bahwa mereka adalah warga Desa Candi Kuning.

4. Kampung Islam Pegayaman

Pegayaman adalah salah satu desa yang terletak di kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali. Secara historis, terbentuknya komunitas Islam di desa ini bermula dari zaman Kerajaan Buleleng yakni pada pemerintahan Ki Barak Panji Sakti yang pada masa pemerintahannya pernah membantu Kerajaan Mataram. Karenanya, beliau diberikan 100 prajurit dan seekor gajah, 100 orang ini adalah kelompok Islam pertama di Bali utara dan menjadi cikal bakal berkembangnya peradaban muslim di Pegayaman.

Interaksi yang tercipta mendorong adanya alkulturasi budaya, salah satunya tercermin dari pemakaian nama Bali seperti Wayan, Made, Nyoman, Ketut pada awal nama masyarakat Islam Pegayaman. Selain itu, pada hari raya besar Hindu, masyarakat muslim akan bahu membahu membantu proses persiapannya, seperti membuat ogoh-ogoh. Sementara pada hari raya Galungan dan Kuningan masyarakat Hindu akan menghantarkan makanan ke masyarakat muslim yang tentunya halal. Begitulah cara kedua umat beragama ini merawat rasa toleransi di tengah keberagaman.

Pilihan Editor: Berkunjung ke Kampung Gelgel, Kampung Muslim di Bali Sejak Zaman Majapahit

Berita terkait

Kendaraan Listrik Disiapkan untuk Pengawalan VIP dan VVIP di KTT WWF Bali

21 jam lalu

Kendaraan Listrik Disiapkan untuk Pengawalan VIP dan VVIP di KTT WWF Bali

Pengawalan VVIP dan VIP Konferensi Tingkat Tinggi World Water Forum (KTT WWF) ke-10 di Bali nanti menggunakan kendaraan listrik. Acara itu akan digelar pada 18-25 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

World Water Forum, Garuda Indonesia Tambah Kapasitas Penerbangan

1 hari lalu

World Water Forum, Garuda Indonesia Tambah Kapasitas Penerbangan

PT Garuda Indonesia menambah kapasitas penerbangan untuk mendukung acara World Water Forum (WWF) di Bali.

Baca Selengkapnya

Buronan Jaringan Narkoba Fredy Pratama Ditangkap dalam Kamar Kos di Bali, Polisi Temukan 6 Kilogram Sabu

1 hari lalu

Buronan Jaringan Narkoba Fredy Pratama Ditangkap dalam Kamar Kos di Bali, Polisi Temukan 6 Kilogram Sabu

Dit Narkoba Bareskrim Polri menangkap 1 buronan kasus clandestine laboratorium Sunter, Jakarta Utara, yang dikendalikan oleh tersangka Fredy Pratama.

Baca Selengkapnya

7 Dampak Buruk Overtourism Bagi Daerah Wisata

3 hari lalu

7 Dampak Buruk Overtourism Bagi Daerah Wisata

Di satu sisi, overtourism bisa meningkatkan ekonomi suatu daerah dan penduduk setempat, namun di sisi lain, dampak buruk berpotensi terjadi.

Baca Selengkapnya

Digelar Akhir Pekan Depan, Masyarakat Bali Jamin Kelancaran World Water Forum ke-10

4 hari lalu

Digelar Akhir Pekan Depan, Masyarakat Bali Jamin Kelancaran World Water Forum ke-10

Masyarakat Bali turut mendukung ketertiban dan kelancaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) World Water Forum ke-10 pada 18-25 Mei nanti.

Baca Selengkapnya

World Water Forum, BIN dan PLN Pastikan Pasokan Listrik di Bali Aman

4 hari lalu

World Water Forum, BIN dan PLN Pastikan Pasokan Listrik di Bali Aman

World Water Forum (WWF) akan digelar di Bali. BIN dan PLN memastikan pasokan listrik aman.

Baca Selengkapnya

Polri Kirim 2.446 Personel dan 310 Kendaraan untuk World Water Forum ke-10 di Bali

4 hari lalu

Polri Kirim 2.446 Personel dan 310 Kendaraan untuk World Water Forum ke-10 di Bali

Bali akan menjadi tuan rumah acara World Water Forum pada 18-25 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Hari Pertama Libur Panjang, Penumpang Kapal ke Bali Melonjak

4 hari lalu

Hari Pertama Libur Panjang, Penumpang Kapal ke Bali Melonjak

PT ASDP mencatat kenaikan jumlah penumpang kapal dari Jawa ke Bali di masa libur panjang.

Baca Selengkapnya

Bali Selatan Jadi Kawasan Sentral Pariwisata Pulau Dewata, Membuatnya Overtourism?

4 hari lalu

Bali Selatan Jadi Kawasan Sentral Pariwisata Pulau Dewata, Membuatnya Overtourism?

Limpahan turis di Bali Selatan antara lain di Denpasar, Gianyar, Badung tak imbang dengan yang terjadi di Bali Utara. Ini membuat overtourism?

Baca Selengkapnya

Polri Kirim 310 Kendaraan ke Bali, Tamu VVIP World Water Forum akan Dikawal dengan Kendaraan Listrik

5 hari lalu

Polri Kirim 310 Kendaraan ke Bali, Tamu VVIP World Water Forum akan Dikawal dengan Kendaraan Listrik

Korlantas Polri akan mengerahkan 2.446 personel untuk membantu pengamanan World Water Forum di Bali

Baca Selengkapnya