Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta 2024 Diundur Maret, Cek Kebijakan Perjalanan Libur Panjang

Jumat, 2 Februari 2024 16:51 WIB

Pertunjukan di acara puncak Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta, Malioboro Imlek Carnival di Yogyakarta, Sabtu 16 Februari 2019. TEMPO | Pribadi Wicaksono

TEMPO.CO, Yogyakarta - Sebentar lagi, masyarakat Tionghoa akan merayakan Imlek yang menurut kalender tahun 2024 ini jatuh pada 10 Februari. Seperti sebelumnya, untuk menyambut Imlek ada festival Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) yang tahun ini sudah menginjak ke-19 atau PBTY XIX.

Namun, khusus tahun ini, festival PBTY XIX yang masuk Tahun Naga Kayu bukan digelar menjelang atau bareng Imlek pada Februari. Penyelenggaraannya diundur menjadi 4-10 Maret 2024 dengan lokasi baru di Hoo Hap Hwe, Jalan Bintaran Wetan Gunungketur, Pakualaman, Kota Yogyakarta. Tahun-tahun sebelumnya, acara digelar di Kampung Pecinan Ketandan Jalan Malioboro.

Pertimbangan keamanan

"PBTY 2024 memang sedianya digelar tanggal 18-24 Februari, namun tanggal itu bertepatan pesta demokrasi atau hanya selisih 4 hari setelah Pemilu, jadi diundur Maret," kata Ketua Panitia PBTY XIX Ernest Lianggar Kurniawan didampingi Panitia Acara PBTY XIX Subekti Saputro, Jumat, 2 Februari 2024.

Acara yang digagas komunitas Jogja Chinese Art and Culture Centre (JCACC) itu diundur mempertimbangkan dari segala aspek, terutama keamanan.

"Meskipun pemerintah Provinsi DIY mengimbau seluruh kegiatan event agar tetap dilaksanakan sesuai dengan agenda, tetapi kami tetap sepakat untuk tanggal pelaksanaan PBTY XIX diundur," kata Subekti.

Advertising
Advertising

Aspek lain adalah dari segi pendanaan, pelaksanaan PBTY sendiri jika dilaksanakan dengan konsep seperti biasa akan membutuhkan pendanaan sangat besar.

Dalam masa pemilu ini, banyak pengusaha yang merupakan sponsor dan donatur sedikit mengalami penurunan secara finansial, tentunya akan membuat panitia kawatir.

Soal konsep yang berbeda, kata Subekti, sebenarnya juga tidak terlalu berbeda. Hanya beda tanggal dan tempat saja.

"Mungkin beberapa sub-kegiatan di PBTY kali ini akan ditiadakan dahulu, menyesuaikan dengan lokasi yang kami gunakan saat ini. Tetapi secara makna, tujuan, dan konten acara tetap sama," kata dia.

Lokasi unik

Lokasi baru PBTY XIX memilih Hoo Hap Hwee Yogyakarta atau Perkumpulan Budi Abadi merupakan tempat yang unik dan representatif untuk menggelar pertunjukan
seni dan budaya selama ini.

Aula yang luas dengan hiasan ornamen Tionghoa itu merupakan tempat ideal untuk menggelar pertunjukan seni. Ruangan Museum dan Pameran juga tersedia untuk diwujudkan menjadi tempat wisata edukasi tentang kebudayaan etnis Tionghoa dan budaya akulturasi.

PBTY sendiri telah diselenggarakan selama 19 tahun berturut-turut sejak 2006. Festival ini akan diselenggarakan selama tujuh hari, dengan acara penuh setiap hari.
Terdiri dari 7 sub-acara berbeda tiap hari dan mewadahi lebih dari 150 UMKM.

Libur panjang

Adapun Libur Imlek tahun ini masuk dalam rangkaian libur panjang nasional bersamaan dengan Peringatan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada 8 Februari.

Yogyakarta pun diprediksi mengalami lonjakan kunjungan wisatawan signifikan yang berimbas pada kepadatan lalu lintas, terlebih dengan telah difungsikannya jalur tol Yogya-Solo.

Wisatawan yang memasuki Yogya melalui jalur tol dan jalan utama perlu memperhatikan sejumlah ketentuan. Hal ini menyusul Surat Keputusan Bersama (SKB) tentang Pengaturan Lalu Lintas Jalan serta Penyeberangan Selama Masa Libur Panjang Memperingati Isra Miraj Nabi Muhammad SAW dan Tahun Baru Imlek 2575 Kongzili Tahun 2024 yang berlaku mulai 7 hingga 11 Februari 2024.

"Perjalanan libur panjang Isra Mikraj dan Imlek nanti akan mengalami pengaturan juga pembatasan demi keselamatan, keamanan, kenyamanan serta ketertiban bersama," kata Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Hendro Sugiatno.

Antara lain terkait pembatasan operasional angkutan barang di jalan tol dan jalan non tol, sistem jalur dan lajur pasang surut/ tidal flow (contra flow). Juga terdapat pengaturan penundaan perjalanan (delaying system) dan sebagai buffer zone untuk operasional kendaraan angkutan barang. Terutama di lintas Merak, Bakauheni, Ketapang, Gilimanuk, Jangkar, dan Lembar.

Pembatasan kendaraan angkutan barang dilakukan pada mobil barang dengan berat lebih dari 14 ton, mobil barang dengan sumbu 3 atau lebih. Kemudian mobil barang dengan kereta tempelan, kereta gandengan, serta mobil barang yang mengangkut hasil galian, hasil tambang dan bahan bangunan.

"Sama dengan libur Nataru sebelumnya, mengingat kali ini juga liburnya cukup panjang perlu dilakukan pengaturan agar meningkatkan kelancaran lalu lintas mengingat jumlah volume kendaraan diprediksi akan bertambah, baik di jalan tol maupun non tol," ungkap Hendro.

PRIBADI WICAKSONO

Pilihan Editor: 4 Destinasi Wisata Thailand untuk Liburan Imlek 2024

Berita terkait

Catat, UGM Yogyakarta Gelar Festival Anggrek Akhir Pekan ini di Sleman

2 jam lalu

Catat, UGM Yogyakarta Gelar Festival Anggrek Akhir Pekan ini di Sleman

Penggemar tanaman anggrek yang berencana melancong ke Yogyakarta akhir pekan ini, ada festival menarik yang bisa disaksikan.

Baca Selengkapnya

Dongkrak Kunjungan Museum dan Cagar Budaya, Begini Langkah Kemendikbudristek

2 jam lalu

Dongkrak Kunjungan Museum dan Cagar Budaya, Begini Langkah Kemendikbudristek

Indonesian Heritage Agency (IHA) yang bertugas menangani pengelolaan museum dan cagar budaya nasional sejak September 2023.

Baca Selengkapnya

Sleman Luncurkan Prangko Buk Renteng, Ini Peran Saluran Irigasi Bersejarah Itu di Yogyakarta

4 jam lalu

Sleman Luncurkan Prangko Buk Renteng, Ini Peran Saluran Irigasi Bersejarah Itu di Yogyakarta

Selokan yang menghubungkan wilayah Sleman Yogyakarta dan Magelang Jawa Tengah itu dibangun pada masa Hindia Belanda 1909. Kini jadi prangko.

Baca Selengkapnya

Sampah Menyebar di Beberapa Titik Jalan usai Libur Panjang, Begini Pengolahan Limbah di Yogyakarta

1 hari lalu

Sampah Menyebar di Beberapa Titik Jalan usai Libur Panjang, Begini Pengolahan Limbah di Yogyakarta

Sampah yang masuk ke TPS 3R Nitikan Yogyakarta akan diolah menjadi bahan bakar alternatif Refused Derived Fuel (RDF).

Baca Selengkapnya

Daftar Aset TPPU Eks Kepala Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto: Rumah, BMW, Apartemen, Motor Harley Davidson, hingga Tas Hermes

2 hari lalu

Daftar Aset TPPU Eks Kepala Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto: Rumah, BMW, Apartemen, Motor Harley Davidson, hingga Tas Hermes

Ini daftar aset eks Kepala Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto yang masuk dalam radar dakwaan KPK.

Baca Selengkapnya

Waspadai Ubur-ubur yang Muncul Lebih Awal di Pantai Selatan Yogyakarta

2 hari lalu

Waspadai Ubur-ubur yang Muncul Lebih Awal di Pantai Selatan Yogyakarta

Kemunculan ubur-ubur biasanya terjadi saat puncak kemarau atau saat udara laut dingin pada Juli hingga September.

Baca Selengkapnya

Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Kritik dari Walhi

2 hari lalu

Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Kritik dari Walhi

Walhi menyoroti kebijakan layanan persampahan dari Pemerintah Kabupaten Sleman yang tak lagi melakukan layanan angkut sampah organik untuk masyarakat.

Baca Selengkapnya

Pura Pakualaman Yogyakarta Berusia 212 Tahun, Ada 21 Event Dipersiapkan

3 hari lalu

Pura Pakualaman Yogyakarta Berusia 212 Tahun, Ada 21 Event Dipersiapkan

Peringatan ulang tahun Pura Pakualaman dikemas dalam tema besar Karti Widyastuti Sampurnaning Bekti, ads 21 acara dari 13 Mei hingga 23 Juni.

Baca Selengkapnya

Tragedi SMK Lingga Kencana, Pemkot Yogyakarta Ungkap Syarat Ketat Study Tour

3 hari lalu

Tragedi SMK Lingga Kencana, Pemkot Yogyakarta Ungkap Syarat Ketat Study Tour

Salah satu syarat study tour adalah pemilihan bus atau kendaraan, usianya tak boleh lebih dari enam tahun dan harus lolos uji KIR.

Baca Selengkapnya

Menengok Pameran Karya Seniman Difabel di Taman Budaya Yogyakarta

3 hari lalu

Menengok Pameran Karya Seniman Difabel di Taman Budaya Yogyakarta

Suluh Sumurup Art Festival 2024 dengan tema Jumangkah ini wujud ruang inklusi bagi difabel untuk bergerak melalui seni rupa.

Baca Selengkapnya