Mengunjungi Jasad Suku Toraja yang Diawetkan

Senin, 21 Agustus 2023 12:06 WIB

Erong atau kuburan yang menggantung di sela-sela gua tebing di desa adat Kete Kesu Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan, Rabu, 16 Agustus 2023. Foto: TEMPO | Shinta Maharani.

TEMPO.CO, Toraja Utara - Bertha terbaring tak bergerak di sudut Tongkonan, rumah adat suku Toraja malam itu. Kulit wajahnya terlihat kasar dan sebagian menghitam. Dia mengenakan kalung dan baju berkelir cokelat motif sulur-sulur dan dedaunan. Aroma formalin tercium kuat di ruangan.

Nenek berusia 80 tahun itu meninggal tiga bulan yang lalu. Tapi, keluarganya memperlakukan seakan dia masih hidup. Segelas kopi menemani Bertha di samping peti. “Nenek masih sakit,” ujar cucunya, Bangkit Tiku Senobua’ ditemui di rumahnya di Kecamatan Kesu, Toraja Utara, Sulawesi Selatan, Kamis, 17 Agustus 2023.

Rumah Tongkonan milik keluarga Bangkit terletak di perbukitan. Anjing melolong tak henti-hentinya ketika gerimis datang. Saya datang bersama pegiat Serikat Jurnais untuk Keberagaman (SEJUK), Tantowi Anwari melihat jenazah yang disimpan di rumah atau orang Toraja mengenalnya sebagai tomakula’.

Tradisi Simpan Jasad Bagi Orang Toraja

Menyimpan dan memperlihatkan jasad seseorang di dalam rumah bagi orang Toraja merupakan tradisi yang berjalan selama berabad-abad. Saat orang meninggal, jasadnya tidak langsung dimakamkan, tapi disemayamkan terlebih dulu selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Keluarga menjaga dan merawat jenazah.

Mereka memperlakukan jenazah itu layaknya orang yang sedang sakit. Keluarga membawakan makanan, minuman, memandikan, dan dan memakaikan baju. Mereka punya kepercayaan jika tidak merawat mendiang dengan baik, maka keluarga akan mendapatkan kesialan atau kesukaran dalam hidup.

Advertising
Advertising

To makula atau jenazah yang diawetkan dan disimpan di rumah di Desa Kete Kesu, Sanggalangi, Toraja Utara, Sulawesi Selatan, Kamis, 17 Agustus 2023 (TEMPO/Shinta Maharani)

Bangkit mengatakan Bertha meninggal pada 20 Mei tahun ini karena sakit. Keluarga menunggu hingga siap mengucapkan selamat berpisah dan menyiapkan finansial untuk upacara pemakaman atau dikenal sebagai rambu solo. “Kami tunggu kesepakatan keluarga,” kata Bangkit.

Dalam tradisi agama lokal suku Toraja, Aluk Todolo, jasad diawetkan dengan akar-akar tanaman dan rempah-rempah yang digosokkan ke sekujur tubuh. Namun, sekarang keluarga menyuntikkan formalin ke jenazah.

Ritual Rambu Tuka Diikuti dengan Penyembelihan Kerbau

Kerabat dan tetangga mengunjungi mendiang sebagai bentuk menjaga hubungan emosional. Mereka percaya mendiang berada di sekitar mereka dan bisa mendengar. Jenazah Bertha akan menjalani upacara pemakaman di desanya. Orang Toraja meyakini pemakaman sebagai peristiwa penting karena jiwa seseorang memulai perjalanan panjang hingga ke akhirat dan jiwa akan bereinkarnasi.

Ritual rambu tuka diikuti dengan penyembelihan kerbau yang diyakini sebagai jalan untuk memudahkan perjalanan mendiang ke alam baka. Daging kerbau itu dibagikan kepada para tamu.

Orang Toraja menghabiskan sebagian harta mereka untuk menggelar ritual rambu tuka yang mewah. Setelah keluarga merasa tabungannya cukup, mereka mengundang kerabat dan tetangga untuk datang saat prosesi rambu tuka. Semakin kaya keluarga mendiang, maka upacara kematian semakin mewah.

Umat Kristen dan Aluk Todolo Hidup Berdampingan di Toraja

Ketua Barisan Pemuda Adat Nusantara Toraja, Aldio menyebutkan penganut agama Kristen atau agama mayoritas di Toraja hidup berdampingan dengan ritual Aluk Todolo. Ritualnya tetap menggunakan Aluk Todolo, hanya ada tambahan kebaktian pada umat Kristen. Memang ada sebagian aliran di Kristen Protestan yang melarang ritual Aluk Todolo saat pemakaman. Tapi, jumlahnya sangat sedikit.

Erong atau kuburan yang menggantung di sela-sela gua tebing di desa adat Kete Kesu Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan, Rabu, 16 Agustus 2023 (TEMPO/Shinta Maharani)

Aldio mencontohkan tradisi potong 24 ekor kerbau dan prosesi lainnya dalam pemakaman merupakan bagian dari ritual Aluk Todolo yang bertahan di Toraja. Jumlah kerbau yang dipotong sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarga mendiang. Dahulu hanya golongan bangsawan yang bisa menyembelih 24 ekor kerbau. Namun, kini terjadi pergeseran.

Di zaman modern seiring dengan perbaikan kondisi perekonomian, semua kalangan apabila punya kemampuan ekonomi yang cukup bisa menyembelih 24 ekor kerbau, bahkan lebih. “Keluarga mendiang bisa memberi makan masyarakat kalau banyak potong kerbau,” kata dia.

Kini, memotong kerbau menjadi sesuatu yang prestise bagi keluarga orang yang mati. Semakin banyak kerbau yang dipotong, maka membuat keluarga tersebut dihormati warga kampung.

Menurut Aldio, jumlah kerbau tak menentukan status sosial keluarga yang ditinggalkan mendiang. Kelas sosial, seperti bangsawan, kelompok menengah, dan kelompok bawah akan terlihat saat prosesi pemakaman. Bila saat prosesi pemakaman terlihat lima keris ditempatkan di lakean’ atau tempat menaruh jenazah, maka keluarga yang bersangkutan tergolong sebagai bangsawan.

Setelah prosesi pemakaman selesai, keluarga mengantarkan jenazah ke tempat peristirahatan terakhir. Jasad dikebumikan di makam keluarga atau mirip rumah mini di tepi jalan yang disebut patane. Ada juga yang dimakamkan di gua maupun tebing yang dikenal sebagai erong dan di gua-gua sekitar pegunungan. Gua menjadi penghubung dunia orang hidup dan alam baka.

Pilihan Editor: Tren Pariwisata Dark Tourism, Apakah itu?

Berita terkait

Kampanye Politik di Mimbar Akademik

23 Agustus 2023

Kampanye Politik di Mimbar Akademik

Putusan Mahkamah Konstitusi yang membolehkan kampanye politik di kampus dan sekolah membuat para pegiat pendidikan waswas.

Baca Selengkapnya

Ziarah ke Negeri Orang Mati Toraja

21 Agustus 2023

Ziarah ke Negeri Orang Mati Toraja

Jasad tidak dikebumikan di tanah karena nenek moyang suku Toraja berpikir panjang untuk masa depan.

Baca Selengkapnya

5 Tradisi Pemakaman Unik di Indonesia, Mulai dari Ngaben Hingga Waruga

7 Juli 2023

5 Tradisi Pemakaman Unik di Indonesia, Mulai dari Ngaben Hingga Waruga

Tradisi pemakaman di setiap budaya tentu berbeda-beda, dan umumnya tradisi tersebut dilaksanakan untuk menghormati dan menjunjung nilai-nilai leluhur. Bahkan di tengah era yang penuh dengan teknologi seperti sekarang, masih banyak masyarakat yang tetap berpegang teguh pada tradisi pemakaman.

Baca Selengkapnya

Mengenal Jenis-jenis Cabai di Indonesia: Cabai Katokon Toraja yang Terpedas

4 Januari 2023

Mengenal Jenis-jenis Cabai di Indonesia: Cabai Katokon Toraja yang Terpedas

Memiliki banyak makanan khas dengan cita rasa pedas, berikut adalah jenis cabai yang ada di Indonesia beserta tingkat pedasnya.

Baca Selengkapnya

Baju Adat Khas Sulawesi Selatan: Baju Bodo Hingga Seppa Tallung

20 Mei 2022

Baju Adat Khas Sulawesi Selatan: Baju Bodo Hingga Seppa Tallung

Setiap suku di Sulawesi Selatan seperti suku Toraja, suku Bugis memiliki baju adat masing-masing. Nah apa saja baju adatnya? Simak ulasan dibawah ini.

Baca Selengkapnya

Tren Pariwisata Dark Tourism, Apakah itu?

28 Desember 2021

Tren Pariwisata Dark Tourism, Apakah itu?

Istilah dark tourism sedang santer dibicarakan. Dark tourism menawarkan wisata yang tidak biasa, apakah itu?

Baca Selengkapnya

Ini Ucapan Natal dalam Beragam Bahasa Daerah

25 Desember 2021

Ini Ucapan Natal dalam Beragam Bahasa Daerah

Penganut agama lain banyak yang mengucapkan selamat Natal sebagai bentuk toleransi. Berikut sejumlah ucapan Hari Natal dalam beragam bahasa daerah.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan: Pameran Toraja di Stasiun MRT Agar Dikenal Dunia

30 September 2021

Anies Baswedan: Pameran Toraja di Stasiun MRT Agar Dikenal Dunia

Kegiatan semacam ini, ujar Anies Baswedan, bisa memunculkan lebih banyak pameran serupa.

Baca Selengkapnya

5 Masakan Daging Babi Khas Nusantara

17 September 2021

5 Masakan Daging Babi Khas Nusantara

Berdasarkan data FAO 2014, sekitar 36 persen dari produksi daging di dunia adalah daging babi.

Baca Selengkapnya

Perempuan Asal Toraja Christina Rantetana, Jenderal Wanita Pertama AL se-ASEAN

24 Juli 2021

Perempuan Asal Toraja Christina Rantetana, Jenderal Wanita Pertama AL se-ASEAN

Christina Rantetana, perempuan asal Toraja ini bukan hanya jenderal pertama di TNI AL tapi juga laksamana wanita pertama angkatan laut se-ASEAN.

Baca Selengkapnya