Yogyakarta Punya Omah Wayang, Ini Fungsinya

Senin, 22 Agustus 2022 23:47 WIB

Gubernur DIY Sri Sultan HB X saat menyambangi Omah Wayang yang baru diresmikan pada Senin, 22 Agustus 2022. Dok. Pemda DIY

TEMPO.CO, Yogyakarta - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X meresmikan Omah Wayang yang berlokasi di Jalan Langenastran Kidul, Kalurahan Panembahan, Kecamatan Kraton, Yogyakarta, Senin, 22 Agustus 2022. "Omah Wayang ini juga menjadi satu pusat untuk mewadahi berbagai aktivitas seperti menari dan pentas wayang untuk masyarakat," kata Sultan.

Dalam Omah Wayang yang peluncurannya bersamaan dengan peluncuran Grha Keris itu, terdapat sejumlah koleksi ragam wayang yang bisa dipelajari masyarakat luas juga wisatawan. Seperti Wayang Ukur, Wayang Hip-hop, Wayang Babad, Wayang Republik, Wayang Kancil, hingga Wayang Wacinwa alias Wayang Cina-Jawa.

Soal nama Omah Wayang, Sultan membeberkan, karena wayang bagi orang Jawa adalah penggambaran integritas karakter baik dalam pola pikir maupun apa yang dirasakan secara utuh pencerminan kehidupan wayang itu sendiri. "Hal yang direpresentasikan tak melulu hal baik dan buruk, melainkan juga karakter-karakter yang mewarnai dalam kehidupan setiap manusia," kata Raja Keraton Yogyakarta itu.

Sultan menuturkan, dari Omah Wayang itu, masyarakat diajak kembali nuladha (berkaca), pada leluhur yang sudah menciptakan pertunjukan yang begitu luar biasa di masa lampau. Baik dalam aspek pertunjukan filosofi, tradisi, dengan nilai filosofi yang melatarbelakanginya.

"Dari Omah Wayang ini kami berharap aktivitas kebudayaan yang terjari di dalamnya akan tinggi," kata dia. Baik dalam bentuk dialog dan diskusi, untuk sarana bertukar pikiran yang nantinya bisa ditularkan ke generasi muda. “Memang betul wayang itu, seperti Mahabarata dan Ramayana bukan sekadar tontonan, melainkan juga tuntunan. Biarpun dalam perkembangannya, tuntunan hanya sedikit dan lebih banyak dagelannya. Seperti halnya hidup, juga banyak dagelannya,” ujarnya.

Advertising
Advertising

Salah seorang tim kurator, Sumaryono mengatakan Omah Wayang didirikan untuk memelihara dan mengembangkan dunia pewayangan di DIY. Dampaknya diharapkan dapat menjangkau nasional maupun internasional. “Dunia wayang di Yogya itu perlu diopeni (dirawat) agar nilai nilainya bisa terus menjadi sumber inspirasi," kata dia.

Dari Omah Wayang ini, cita-cita yang ingin dicapai menjadikan Yogya sebagai ibu kota wayang dunia. “Prinsipnya, Omah Wayang ini sebagai tempat workshop, menggelar diskusi, seminar dan pementasan dalam rangka meningkatkan eksplorasi atau penemuan baru,” kata Sumaryono yang sehari-hari berprofesi sebagai Dosen ISI Yogyakarta Prodi Seni Pertunjukan itu.

Omah Wayang ini bisa memfasilitasi mulai wayang-wayang tradisional hingga wayang modern atau ciptaan baru seperti wayang republik, wayang lukis, wayang ukur, atau wayang seng. “Wayang itu sudah bias, tidak hanya di pertunjukannya, tapi juga wayang komik seperti Kosasih yang bercerita tentang Ramayana dan Mahabarata," kata dia.

Meski demikian, wayang-wayang langka, seperti wayang purwa dengan kisah populernya yakni Ramayana dan Mahabharata memang tak bisa dipungkiri. “Kita juga punya wayang Wacinwa (Wayang Cina Jawa) lalu wayang Beber," ujarnya.

Wayang Beber bahkan hanya tinggal dua yakni yang dibuat zaman Mataram-Kartasura. Pertama ada di Pacitan (Joko Kembang Kuning) dan Gunungkidul (Remeng Mangunjaya).

"Dari usianya sudah sejak zaman Mataram-kartasura, itu kan perlu peremajaan dan bisa jadi sumber kreasi,” kata dia.

Adapun Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakshmi Pratiwi menuturkan hadirnya Omah Wayang juga Grha Keris menjadi penyokong tempat persemaian budaya wayang dan pelestarian budaya keris sesuai dengan perkembangan zaman. “Dari dua tempat ini, menjadi ajang penggalian dan pengkajian potensi ekosistem pewayangan di DIY juga melakukan pengembangan budaya wayang yang sudah ada," kata Dian.

Dian bertutur baik Ghra Keris dan Omah Wayang disiapkan sebagai wahana untuk mencari referensi soal keris dan wayang. “Nantinya dari dua tempat ini akan kami kembangkan fasilitasnya, tak hanya aktivitas fisik namun juga pengajaran seperti tatah sunggih atau tata cara mendalang juga event rutinnya," kata dia.

PRIBADI WICAKSONO

Baca juga: Tur Virtual, Kenali Koleksi Wayang di Museum Wayang dari Rumah

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek Gelar Syawalan, Hadirkan Budaya Yogyakarta

1 hari lalu

Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek Gelar Syawalan, Hadirkan Budaya Yogyakarta

Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek menggelar syawalan, hadirkan Budaya Yogyakarta antara lain sendratari dan prajurit keraton Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

13 hari lalu

Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

Sultan Hamengku Buwono X meminta agar Kulon Progo memilah investor agar tidak menimbulkan masalah baru seperti kawasan kumuh.

Baca Selengkapnya

Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

20 hari lalu

Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

Sultan Hamengku Buwono X dan Paku Alam X absen gelar open house selama empat tahun karena pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

21 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

23 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.

Baca Selengkapnya

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

32 hari lalu

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.

Baca Selengkapnya

Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

47 hari lalu

Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

Sultan Hamengku Buwono X mengaku heran karena kembali muncul kasus antraks di Sleman dan Gunungkidul Yogyakarta. Diduga karena ini.

Baca Selengkapnya

Dian Sastro dan Nicholas Saputra Berpasangan dalam 5 Film, Bukan Cuma Ada Apa dengan Cinta

47 hari lalu

Dian Sastro dan Nicholas Saputra Berpasangan dalam 5 Film, Bukan Cuma Ada Apa dengan Cinta

Dian Sastro dan Nicholas Saputra kerap dipasangkan dalam sebuah produksi film. Setelah Ada Apa dengan Cinta, berikut film lainnya mereka berdua.

Baca Selengkapnya

60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

52 hari lalu

60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

Penetapan Hari Jadi DI Yogyakarta merujuk rangkaian histori berdirinya Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat

Baca Selengkapnya

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

53 hari lalu

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.

Baca Selengkapnya