Festival Lumbung Mataraman Yogyakarta, Ketahui Pola Bertani di Masa Sultan Agung

Rabu, 24 November 2021 20:45 WIB

Wakil Gubernur DI Yogyakarta Paku Alam X membuka Festival Lumbung Mataraman Yogyakarta yang diikuti para petani dari lima kabupaten/kota selama dua hari, Rabu-Kamis, 24-25 November 2021. Dok. Pemda DI Yogyakarta

TEMPO.CO, Yogyakarta - Wisatawan yang datang ke seluruh wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta masih mendapati area persawahan, baik di kota maupun kabupaten. Penataan area persawahan di Yogyakarta yang kini dikombinasikan dengan budidaya ternak ternyata tak lepas dari sejarah.

Wakil Gubernur DI Yogyakarta, Paku Alam X mengatakan, wilayah Kerajaan Mataram, yang kini salah satunya termasuk DI Yogyakarta, pada masa lalu menerapkan konsep pola pertanian Crop Livestock System atau CLS. "Pola pertanian ini mengintegrasikan kegiatan bercocok tanam dengan beternak seperti yang terjadi pada abad ke-17," kata Paku Alam saat membuka Festival Lumbung Mataraman di halaman kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DI Yogyakarta, pada Rabu 24 November 2021.

Paku Alam menjelaslan, Sultan Agung yang memerintah pada 1613-1645 telah menerapkan konsep food estate atau ketahanan pangan. Nilai ini mendorong sistem pertanian berpijak pada pengembangan komoditas lokal, seperti pala kesampar, pala baruwah, pala gumanthung, dan pala kependhem.

Termasuk komoditas padi, dengan melakukan rekayasa dalam intensifikasi tanaman padi. Kerja sama di antara para petani melalui kelompok tani saat itu, menurut Paku Alam, amat kuat, baik, dan tertib dalam pola tanam, penggunaan air irigasi, pengendalian hama dan penyakit, penggunaan peralatan, maupun dalam acara panen.

Wakil Gubernur DI Yogyakarta Paku Alam X membuka Festival Lumbung Mataraman Yogyakarta yang diikuti para petani dari lima kabupaten/kota selama dua hari, Rabu-Kamis, 24-25 November 2021. Dok. Pemda DI Yogyakarta

Pada masa itu, Paku Alam melanjutkan, juga sudah mengenal "dwifungsi" petani. Pertama, peran petani sebagai prajurit kerajaan, dan kedua, peran petani sebagai motor intensifikasi padi. "Festival Lumbung Mataraman ini bertujuan mempromosikan usaha dan produk yang dihasilkan oleh kelompok Lumbung Mataraman dan mengedukasi masyarakat agar memanfaatkan pekarangannya melalui budidaya dan diversifikasi konsumsi pangan," ujarnya.

Advertising
Advertising

Dalam Festival Lumbung Mataraman yang berlangsung sampai Kamis, 25 November 2021, Paku Alam berharap masyarakat memahami filosofi 'nandur opo sing dipangan, mangan opo sing ditandur' atau menanam apa yang bisa dimakan, makan apa yang ditanam. "Lumbung Mataraman menjadi ikon pertanian agar masyarakat memanfaatkan pekarangan," katanya.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DI Yogyakarta, Sugeng Purwanto mentatakan, Festival Lumbung Mataraman merupakan lumbung pangan hidup yang berbasis rumah tangga. "Dalam pengembangannya, kami berharap ini menjadi lumbung desa yang dapat mendukung ketahanan pangan, kemandirian pangan, dan kedaulatan pangan," kata dia.

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DI Yogyakarta selama 2017 sampai 2019 telah menumbuhkan Lumbung Mataraman di 36 lokasi yang tersebar di empat kabupaten dan satu kota di DI Yogyakarta. Mulai 2020 dan seterusnya, penumbuhan Lumbung Mataraman dilakukan melalui pemerintah kabupaten/kota. "Selama dua tahun ini terdapat 51 lokasi Lumbung Mataraman," kata dia.

Baca juga:
Yogyakarta Menggelar Promosi Wisata Jogja International Travel Mart

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Berita terkait

Mengenang Penyair Joko Pinurbo dan Karya-karyanya

11 jam lalu

Mengenang Penyair Joko Pinurbo dan Karya-karyanya

Penyair Joko Pinurboatau Jokpin identik dengan sajak yang berbalut humor dan satir, kumpulan sajak yang identik dengan dirinya berjudul Celana.

Baca Selengkapnya

Gempa Garut, Wisatawan Panik Pantai Selatan Jabar Sempat Sepi

16 jam lalu

Gempa Garut, Wisatawan Panik Pantai Selatan Jabar Sempat Sepi

Dinas Pariwisata Kabupaten Pangandaran mengatakan pantai Pangandaran pasca terjadinya gempa Garut dalam situasi aman.

Baca Selengkapnya

Alasan Jepang Bangun Penghalang di Tempat Foto Gunung Fuji

23 jam lalu

Alasan Jepang Bangun Penghalang di Tempat Foto Gunung Fuji

Foto Gunung Fuji yang berdiri megah di delakang toko Lawson itu menarik bagi wisatawan asing

Baca Selengkapnya

Tutup Sampai Juni 2024, Benteng Vredeburg Yogya Direvitalisasi dan Bakal Ada Wisata Malam

1 hari lalu

Tutup Sampai Juni 2024, Benteng Vredeburg Yogya Direvitalisasi dan Bakal Ada Wisata Malam

Museum Benteng Vredeburg tak hanya dikenal sebagai pusat kajian sejarah perjuangan Indonesia tetapi juga destinasi ikonik di kota Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Hong Kong Meluncurkan Tiket Bus Khusus untuk Wisatawan

1 hari lalu

Hong Kong Meluncurkan Tiket Bus Khusus untuk Wisatawan

Mulai Sabtu, 27 Juli 2024, salah satu operator bus di Hong Kong menerapkan tiket satu hari tanpa batas untuk wisatawan

Baca Selengkapnya

8 Hotel Murah Dekat Stasiun Lempuyangan, Harga Mulai 100 Ribuan

3 hari lalu

8 Hotel Murah Dekat Stasiun Lempuyangan, Harga Mulai 100 Ribuan

Jika Anda melancong di Yogyakarta, Anda bisa memilih menginap di hotel dekat Stasiun Lempuyangan yang murah. Ini rekomendasinya.

Baca Selengkapnya

Mahkamah Agung Bebaskan Dua Petani Desa Pakel Banyuwangi, Permohonan Kasasi Dikabulkan

3 hari lalu

Mahkamah Agung Bebaskan Dua Petani Desa Pakel Banyuwangi, Permohonan Kasasi Dikabulkan

Tim advokasi akan menunggu pemberitahuan resmi dari MA untuk mengeluarkan dua petani Desa Pakel yang permohonan kasasinya dikabulkan.

Baca Selengkapnya

Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat: Tidak Semua Penumpang Wisatawan

3 hari lalu

Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat: Tidak Semua Penumpang Wisatawan

Anggota Komisi V DPR RI Sigit Sosiantomo menolak rencana iuran pariwisata di tiket pesawat.

Baca Selengkapnya

Alasan Sumpah Jabatan Presiden Indonesia Pertama Dilakukan di Keraton Yogyakarta

3 hari lalu

Alasan Sumpah Jabatan Presiden Indonesia Pertama Dilakukan di Keraton Yogyakarta

Di Indonesia sumpah jabatan presiden pertama kali dilaksanakan pada tahun 1949. Yogyakarta dipilih karena Jakarta tidak aman.

Baca Selengkapnya

Depo Sampah Tutup, Warga Yogyakarta Berebut Buang Sampah ke Bak Truk yang Melintas

4 hari lalu

Depo Sampah Tutup, Warga Yogyakarta Berebut Buang Sampah ke Bak Truk yang Melintas

Pascalibur Lebaran, sejumlah depo sampah di Kota Yogyakarta memang belum dibuka. Tumpukan sampah masih tampak menggunung.

Baca Selengkapnya