Cerita Wayang Kulit Indonesia yang Digemari di Luar Negeri

Sabtu, 20 November 2021 12:07 WIB

Konvensi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Pedalangan dan Pewayangan di Yogyakarta, Jumat, 19 November 2021. Tempo/Pribadi Wicaksono

TEMPO.CO, Yogyakarta - Tradisi wayang kulit yang sangat digemari wisatawan mancanegara hingga saat ini mendapatkan penghargaan luar biasa ketika diboyong ke luar negeri.

Suyanto, pakar yang juga Dosen Filsafat Wayang yang mengajar di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta membeberkan soal fakta terkait tradisi wayang kulit itu di Yogyakarta, Jumat, 19 November 2021.

“Mereka yang di luar negeri itu tak hanya mengundang wayang untuk tampil, tapi juga menulis, meneliti, bahkan di Amerika pertunjukan nya di dalam gedung dan di-karciskan (dibanderol tiket masuk) Rp 800 ribu per orang,” kata Suyanto di sela menghadiri Konvensi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Pedalangan dan Pewayangan di Yogyakarta, Jumat.

Dalam konvensi yang dihelat Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan dipusatkan di Beteng Vredeburg itu, Suyanto menuturkan respons publik dalam negeri pada tradisi wayang sendiri dinilai masih sangat kurang. “Ketika pertunjukan wayang di sini digratiskan saja, orang belum tentu mau menontonnya,” kata Suyanto yang selama ini juga berprofesi sebagai salah satu juri World Puppet Carnival atau festival wayang Asean itu.

Namun di sisi lain, publik dalam negeri khususnya warganet Indonesia, sangat responsif ketika wayang kulit ini diklaim pihak luar. Seperti kasus belakangan yang heboh, ketika akun Instagram Adidas Singapura menyebut wayang kulit berasal dari Malaysia. Unggahan itu menuai kecaman dari warganet Indonesia.

Advertising
Advertising

“Padahal dalam sejarahnya, wayang ini memang tersebar banyak di benua Asia, termasuk Malaysia, Thailand, bahkan Vietnam memiliki sejarah wayang sendiri,” kata Suyanto.

Dalang Ki Agus Sunarto, mempersembahkan pagelaran wayang kulit dengan lakon Jumenengan Parikesit, dalam rangka memperingati HUT RI Ke-75 dan malam Tahun Baru Islam di Padukuhan Kwarasan, Nglipar, Gunung Kidul, Yogyakarta, Sabtu, 15 Agustus 2020. Kini Wayang Kulit telah diakui oleh UNESCO, dan dinobatkan sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity. TEMPO/Imam Sukamto

Yang membedakan, menurut Suyanto, wayang khususnya di Pulau Jawa sudah dikenal pertunjukannya sejak abad 11 silam atau sejak Maharaja Jayabhaya menjadi Raja Kediri yang memerintah sekitar tahun 1135-1157. “Informasi tentang cerita wayang memang sejak abad 4 sudah ada, misalnya Ramayana kalau Mahabarata masuk abad 7, tapi kalau pertunjukannya memang paling cepat di Jawa pada abad 11 itu,” kata Suyanto. Hal itu bisa diketahui melalui Serat Kekawin Arjunawiwaha.

Suyanto menuturkan Indonesia dengan tradisi wayangnya semestinya bisa lebih menghargai keberadaannya. Sebab, berbagai negara juga mempromosikan wayang sebagai bagian budaya dan wisatanya.

Misalnya Vietnam dengan wayang air, lalu Myanmar dan Thailand yang juga memiliki banyak wayang kulit dan wayang golek. Malaysia juga memiliki wayang dengan sejarahnya sendiri.

“Saat ini pemerintah tengah menggarap panduan sertifikasi untuk para pelaku pedalangan dan pewayangan, agar bisa semakin dihargai, salah satunya melalui konvensi ini,” kata Suyanto.

Dalam konvensi yang diikuti 62 peserta dari berbagai daerah itu, Suyanto yang juga Ketua Tim Perumus dokumen Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Pedalangan dan Pewayangan mengatakan proses standarisasi itu sudah digarap sejak 2019 silam. “Tahun 2022 targetnya Indonesia sudah memiliki standirisasi bidang pedalangan dan pewayangan dengan rampungnya dokumen ini,” kata dia.

Dengan adanya pedoman itu, maka segala proses tak hanya profesi dalang, namun juga pertunjukan hingga pembuatan wayang akan terstandarisasi. “Standarisasi ini membuat kelak profesi pedalangan lebih dihargai di manapun dan wayang bisa lebih lestari,” kata Suyanto.

Wayang kulit merupakan salah satu karya adiluhung bangsa Indonesia telah diakui oleh UNESCO melalui penetapan resmi pada 2003 sebagai salah satu warisan budaya dunia non-benda (intangible cultural heritage of humanity) asal Indonesia. Penyusunan SKKNI dan juga Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) bidang pedalangan dan pewayangan ini sendiri dihelat Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dengan Kementerian Ketenagakerjaan RI dan asosiasi pedalangan maupun sanggar.

Baca juga: Kisah UNESCO Mengakui Wayang Kulit sebagai Warisan Dunia Asal Indonesia

Berita terkait

Pekan ini, Venesia Mulai Menerapkan Biaya Masuk untuk Wisatawan Harian

5 hari lalu

Pekan ini, Venesia Mulai Menerapkan Biaya Masuk untuk Wisatawan Harian

Kamis ini, yang merupakan hari libur di Italia, pengunjung Venesia diharuskan membeli tiket masuk seharga Rp87 ribu. Tidak berlaku untuk tamu hotel.

Baca Selengkapnya

10 Geopark di Indonesia yang Masuk Jejaring UNESCO, Geopark Kebumen Menyusul?

5 hari lalu

10 Geopark di Indonesia yang Masuk Jejaring UNESCO, Geopark Kebumen Menyusul?

Indonesia berpotensi menambah daftar geopark yang masuk jejaring UNESCO

Baca Selengkapnya

Hari Buku Sedunia Diperingati Setiap 23 April, Apa Saja Hari Penting Tentang Buku dan Literasi?

7 hari lalu

Hari Buku Sedunia Diperingati Setiap 23 April, Apa Saja Hari Penting Tentang Buku dan Literasi?

Ada sejumlah hati penting tentang buku dan literasi. Di tingkat internasional, ada hari buku sedunia setiap 23 April

Baca Selengkapnya

11 Fakta Unik Isfahan Iran, Kota Terbaik di Timur Tengah yang Dijuluki "Separuh Dunia"

7 hari lalu

11 Fakta Unik Isfahan Iran, Kota Terbaik di Timur Tengah yang Dijuluki "Separuh Dunia"

Isfahan merupakan salah satu tujuan wisata utama dan salah satu kota bersejarah terbesar di Iran.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Geopark Kebumen yang Diusulkan Masuk dalam Jejaring UNESCO

8 hari lalu

5 Fakta Geopark Kebumen yang Diusulkan Masuk dalam Jejaring UNESCO

Geopark Kebumen diajukan untuk mendapat pengakuan dari UNESCO Global Geopark. Ini 5 keunikannya.

Baca Selengkapnya

Melihat Alek Bakajang, Tradisi yang Mempererat Persaudaraan di Kabupaten Lima Puluh Kota

9 hari lalu

Melihat Alek Bakajang, Tradisi yang Mempererat Persaudaraan di Kabupaten Lima Puluh Kota

Alek Bakajang diyakini masyarakat sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu, biasanya dilaksanakan tiga hari setelah Idulfitri.

Baca Selengkapnya

Puluhan Mahasiswa Berkumpul di Yogyakarta Peringati Hari Warisan Dunia

11 hari lalu

Puluhan Mahasiswa Berkumpul di Yogyakarta Peringati Hari Warisan Dunia

Tak kurang 80 mahasiswa dari tiga kampus yakni Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada dan Universitas Tidar Magelang berkumpul di Yogyakarta pada Kamis 18 April 2024.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

11 hari lalu

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Digelar Tujuh Hari, Tradisi Seblang Olehsari di Banyuwangi Dipadati Pengunjung

12 hari lalu

Digelar Tujuh Hari, Tradisi Seblang Olehsari di Banyuwangi Dipadati Pengunjung

Seblang merupakan salah satu tradisi adat suku Osing di Banyuwangi dalam mengejawantahkan rasa syukurnya.

Baca Selengkapnya

Mengintip Bakdo Sapi di Boyolali, Tradisi Nenek Moyang yang Digelar setiap Akhir Lebaran

12 hari lalu

Mengintip Bakdo Sapi di Boyolali, Tradisi Nenek Moyang yang Digelar setiap Akhir Lebaran

Tradisi Bakdo Sapi digelar di akhir perayaan Lebaran, bertepatan dengan kupatan atau syawalan

Baca Selengkapnya