Pelestarian Terumbu Karang di NTB, Komunitas Usulkan Penenggelaman Pesawat Bekas

Sabtu, 5 Juni 2021 22:43 WIB

Wisatawan melakukan olahraga snorkeling di kawasan wisata Pulau Gili Air, Nusa Tenggara Barat, 21 APril 2017. Kepulauan Gili Meno yang menawarkan keindahan bawah laut itu menjadi salah satu destinasi wisata alam yang banyak diminati para wisatawan. ANTARA/Andreas Fitri Atmoko

TEMPO.CO, Mataram - Kawasan wisata Gili Indah yang meliputi pulau-pulau kecil Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air merupakan destinasi unggulan di Nusa Tenggara Barat untuk menikmati terumbu karang. Gili Indah menjadi pilihan wisatawan mancanegara yang kebanyakan datang dari Bali langsung menggunakan kapal cepat.

Sebelum adanya pandemi Covid-19, rata-rata setiap harinya ada 35 trip penyeberangan kapal cepat dari Bali ke Gili Indah. Jumlah penumpangnya mencapai 2.000-3.000 orang.

Mereka biasanya berlibur di sana sambil menikmati diving dan snorkling. Di kawasan Taman Wisata Perairan (TWP) Gili Matra yang meliputi Gili Meno, Gili Air dan Gili Trawangan, terdapat sekitar 58 spot objek wisata bawah air yang diminati wisatawan mancanegara.

Kordinator Satuan Kerja TWP Gili Matra Lalu Adrajatun mengatakan ada sejumlah spit yang menjadi favorit para wisatawan seperti shark point, turtle heaven point dan berbagai bentuk taman terumbu karang buatan. Misalnya patung eksotis pasangan pria dan wanita di spot Bounty Gili Meno, patung Garuda dan sebuah kapal laut dan 20 badan skuter yang sengaja ditenggelamkan untuk rumpun terumbu karang.

Ya, sebagai upaya untuk melestarikan terumbu karang, sejumlah pihak membuat taman terumbu karang buatan dengan menggunakan alat transportasi bekas. Pada 23 Februari 2016, para pelaku usaha di bawah naungan Gili Eco Trust di Gili Trawangan menenggelamkan sebuah badan kapal tug boat seharga Rp 400 juta.

Advertising
Advertising

Kapal dengan panjang 28 meter dan lebar 8 meter, itu ditenggelamkan di perairan barat laut Gili Trawangan. Kapal itu ditempatkan di kedalaman sekitar 25 meter dekat lokasi penyelaman Halik Point yang dikenal sebagai sarang kima, sejenis keong laut berukuran besar.

Pada 25 Maret 2017, dilakukan langkah serupa. Skuter-skuter yang merupakan sumbangan pengguna skuter ditenggelamkan untuk rumpon terumbu karang.

Peletakan badan skuter itu dilakukan oleh 18 penyelam di kedalaman 10 meter. ''Kegiatan pemulihan lingkungan ini didukung banyak pihak,'' kata Anggota klub skuter di Lombok, Green Army Independent Scooter, Acok Zani Baso yang juga Ketua Asosiasi Pengusaha Gili Trawangan.

Acok Zani Baso ingin mengulang adanya donasi untuk menambah spot rumpon buatan yang berupa penenggelaman alat transportasi lainnya. ''Jika mungkin badan pesawat yang menganggur di Juanda disumbangkan ke sini,'' ujarnya, Sabtu, 5 Juni 2021.

Haji Malik dari Gili Eco Trust menyebutkan penenggelaman kapal bisa berdampak sangat bagus untuk menghasilkan karang dan menjadi lokasi ikan.

Ada rencana di Gili Matra dan Gili Balu di Sumbawa direhabilitasi dan kelola terumbu Karang oleh Climate Change Trust Fund (ICCTF) bersama Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Mereka akan melaksanakan Coral Reef Rehabilitation Management Program – Coral Triangle Initiative (COREMAP-CTI) atau dikenal dengan Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang yang fokus pada manajemen pengelolaan.

Sebagai daerah segitiga Amazon of The Sea, manajemen pengelolaan kawasan konservasi perairan (KKP) di NTB, terutama pelestarian terumbu karang membutuhkan peningkatan efektivitas pengelolaan. "NTB termasuk KKP Lesser Sunda. Pilot project-nya ada di Nusa Penida, Bali dan Gili Matra dan Gili Balu di NTB," kata Direktur Kelautan dan Perikanan Bappenas Sri Yanti di Hotel Katamaran, Malimbu, Jumat, 4 Juni 2021.

Sri Yanti mengakui telah banyak program serupa dari berbagai pihak untuk dukungan konservasi. Namun dukungan COREMAP-CTI Asian Development Bank untuk Gili Matra sebesar US$ 1,282 juta dan Gili Balu sebesar US$ 985.352 sampai Desember 2022 akan fokus dalam hal manajemen pengelolaan konservasi.

Proyek ini telah dimulai pada 4 Maret 2020 dan akan berakhir pada 31 Desember 2022. Targetnya untuk mencapai 80 persen Kategori Biru di Taman Wisata Perairan (TWP) Gili Matra dan mencapai 100 persen Kategori Hijau di Taman Pulau Kecil (TPK) Gili Balu.

Sekretaris Utama Bappenas Himawan Haryoga mengatakan beragam upaya konservasi perlu dilakukan apalagi mengingat Indonesia dikenal sebagai negara megabiodiversitas kedua terbesar di dunia. Indonesia memiliki 25 persen spesies dunia, 3.429 jenis ikan hidup di air laut dan 39 persen jenis ikan karang. Sebagian dari jenis ikan tersebut 120 jenis tercatat sebagai ikan endemik. Terumbu karang Indonesia juga meliputi 14 persen terumbu karang dunia.

Sebagai upaya perlindungan biodiversitas tersebut, diperlukan daerah perlindungan laut yang terkelola dengan baik guna menjamin keberlanjutannya. "Ini menjadikan Gili Matra dan Gili Balu sebagai salah satu percontohan konservasi terumbu karang," ujarnya.

Baca juga: Perairan Pulau Abang, Kaya Terumbu Karang dan Cocok bagi Penyelam Pemula

Berita terkait

Pemburu Liar Tembak Mati 6 Badak Jawa, Terancam Hukuman Penjara 5 Tahun dan Denda Rp 100 Juta

4 hari lalu

Pemburu Liar Tembak Mati 6 Badak Jawa, Terancam Hukuman Penjara 5 Tahun dan Denda Rp 100 Juta

Direskrimum Polda Banten mengungkap tindak pidana perburuan badak bercula satu atau badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon. Apa ancaman hukumannya?

Baca Selengkapnya

Badak Jawa Semakin Terancam Punah, Terbaru Kematian 6 Badak Bercula Satu di Ujung Kulon

4 hari lalu

Badak Jawa Semakin Terancam Punah, Terbaru Kematian 6 Badak Bercula Satu di Ujung Kulon

Sebanyak enam badak Jawa atau badak bercula satu mati ditangan pemburu liar di Ujung Kulon. Berikut profil dan konservasi badak Jawa.

Baca Selengkapnya

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

7 hari lalu

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

Sekitar 140 paus pilot yang terdampar di perairan dangkal negara bagian Australia Barat. Apakah jenis paus pilot itu?

Baca Selengkapnya

DPR Dorong Sanksi Akumulatif Bagi Kejahatan Lingkungan di RUU Konservasi

11 hari lalu

DPR Dorong Sanksi Akumulatif Bagi Kejahatan Lingkungan di RUU Konservasi

UU No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yang telah berusia 34 tahun menjadi alasan dilakukan revisi.

Baca Selengkapnya

Begini Pengaturan Soal Zoonosis dan Masyarakat Adat dalam RUU KSDAHE

15 hari lalu

Begini Pengaturan Soal Zoonosis dan Masyarakat Adat dalam RUU KSDAHE

Sejumlah aspek dalam RUU KSDAHE dianggap masih memerlukan penguatan dan penyelarasan.

Baca Selengkapnya

Ditarget Rampung Tahun Ini, Begini RUU KSDAHE Beri Ruang Dukungan untuk Konservasi Internasional

16 hari lalu

Ditarget Rampung Tahun Ini, Begini RUU KSDAHE Beri Ruang Dukungan untuk Konservasi Internasional

Rancangan Undang-undang tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya atau RUU KSDAHE ditarget segera disahkan pada tahun ini.

Baca Selengkapnya

Kembalikan Kejayaan Biodiversitas di IKN, Guru Besar Konservasi UI Usul Pembuatan Koridor Ekologi

32 hari lalu

Kembalikan Kejayaan Biodiversitas di IKN, Guru Besar Konservasi UI Usul Pembuatan Koridor Ekologi

Dengan konsep kota hutan, ada peluang untuk mengembalikan kejayaan biodiversitas di kawasan IKN.

Baca Selengkapnya

KKP Perkuat OECM untuk Perluasan Kawasan Konservasi

33 hari lalu

KKP Perkuat OECM untuk Perluasan Kawasan Konservasi

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut (Ditjen PKRL) terus mendorong tercapainya target 30 persen perluasan kawasan konservasi di tahun 2045.

Baca Selengkapnya

KKP Kembangkan Program Adopsi Karang

43 hari lalu

KKP Kembangkan Program Adopsi Karang

Sebagai upaya pelestarian ekosistem terumbu karang yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengembangkan program Adopsi Karang.

Baca Selengkapnya

Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

47 hari lalu

Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

Cukup banyak kerusakan yang telah terjadi di Laut Cina Selatan, di antaranya 4 ribu terumbu karang rusak.

Baca Selengkapnya