Gempa Malang dan Cerita Kewaspadaan Warga Pesisir Pantai Lenggoksono

Minggu, 11 April 2021 16:53 WIB

Sejumlah warga bergotong royong menyelamatkan barang-barang mereka usai gempa di Desa Majang Tengah, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, Jawa Timur, 11 April 2021. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang Bambang Istiawan mengatakan mayoritas bangunan yang rusak berupa rumah tinggal. Foto: Aris Novia Hidayat

TEMPO.CO, Malang - Sudah dua jam Joni Adilan Sahab melatih tiga tamunya berselancar di perairan Pantai Lenggoksono, Desa Purwodadi, Kecamatan Lenggoksono, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu, 10 April 2021.

Sekitar pukul 12.30, Joni membawa ketiga tamu dan Tempo balik ke pondoknya yang jadi kantor Joni Surf Camp di Pantai Wediawu. Pondok semi terbuka ini berlokasi 80 meter dari bibir pantai. Pantai Wediawu dan Pantai Lenggoksono bersebelahan di Desa Purwodadi dan sama-sama di wilayah pesisir selatan dan hanya dipisahkan perbukitan.

Sejam berlalu dan mendekati pukul 14.00. Joni memberi tiga kelapa muda untuk ketiga tamu. Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Purwodadi ini pun membuatkan segelas kopi untuk Tempo. Baru dua kali menyesap, gempa pertama datang. Lima orang yang berada di pondok langsung berlari keluar. Joni sempat menyerukan semua orang di pondoknya agar jangan semburat berlarian dan meminta mereka tetap tenang.

Tak sampai semenit, tepat pukul 14.00 WIB, gempa kedua bermagnitudo 6,7 datang mengguncang pondok dan isinya. Tempo dan Joni ikut meninggalkan pondok dengan berjalan cepat. Hanya ada dua keping genting yang jatuh.

Semua warga desa keluar rumah dan berdiri di jalan desa. Beberapa warga mengamati kondisi laut. “Kalau airnya surut, itu tanda akan datang tsunami. Untung airnya cuma bergolak biasa sehingga kami tidak harus naik ke bukit,” kata Kasiadi, 66 tahun, seorang nelayan di Lenggoksono yang berasal dari Kabupaten Jember.

Advertising
Advertising

Joni menimpali bahwa semua warga yang mendiami daratan Pantai Lenggoksono dan Pantai Wediawu sudah terbiasa mengalami gempa. Sejak gempa dan tsunami melantak Aceh, mereka jadi tahu ciri utama kemunculan tsunami, yaitu surutnya air laut.

Karena itu, menurut Joni, warga Purwodadi punya kewaspadaan tinggi. Mereka sangat siap melakukan evakuasi mandiri jika terjadi gempa besar yang menimbulkam tsunami. Kesiapan ini didukung oleh topografi maupun kontur tanah yang berbukit. Topografi Pantai Wediawu dan Pantai Lenggoksono berceruk dan diapit perbukitan.

“Kalau di pantai terbuka tanpa bukit pelindung, mungkin laju tsunami cepat menghantam daratan dan merusak bangunan. Kalau di sini, mungkin gelombangnya sudah melemah karena terhalang cerukan pantai. Kalau pun ada tsunami, kami bisa cepat mengamankan diri ke perbukitan terdekat,” ujar Joni, pemuda yang pernah tinggal di Bali itu.

Menurut Joni, warga desa tetap bersikap dan beraktivitas santai pasca-gempa tapi tetap waspada. Sebagai bentuk kewaspadaan, semua warga Pantai Wediawu dan Pantai Lenggoksono tidur di luar rumah saat malam. Istilahnya ngemper alias tidur di emperan rumah. Ada beberapa warga pria yang melekan berjaga sampai pagi untuk mengantisipasi kemunculan gempa susulan.

Bahkan, ada warga yang mengamankan barang-barang rumah tangga di dataran bukit yang terbuka. Mayoritas warga pun mematuhi petunjuk jalur evakuasi yang dipasang Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang.

Rambu-rambu evakuasi banyak dipasang di permukiman dan pantai Wediawu dan Lenggoksono. Hampir semua kawasan pantai selatan Malang, terutama dan khususnya yang jadi objek wisata maupun banyak dihuni penduduk, sudah dipasangi petunjuk jalur evakuasi saat terjadi gelombang pasang besar, gempa maupun tsunami.

Selain rambu tersebut, di banyak pantai wisata dipasangi larangan mandi-mandi di perairan laut karena gelombang laut selatan terkenal besar dan ganas. Sudah banyak wisatawan yang terseret hingga tenggelam dan ditemukan meninggal.

Namun, sejauh dan seingat Joni sejak pulang dari Bali, BPBD maupun organisasi perangkat daerah (OPD) teknis terkait belum pernah mengadakan penyuluhan dan pelatihan tentang mitigasi kebencanaan.

“Pemasangan rambu-rambu keselamatan, seperti rambu evakuasi, itu sangat bagus dan patut diacungi jempol, tapi lebih mantap lagi jika disertai penyuluhan dan pelatihan tentang mitigasi bencana biar kami semua bisa lebih kenal bahaya gempa dan tsunami, serta bersiap sedini mungkin untuk menyelamatkan diri,” ujar Joni.

Kepala BPBD Kabupaten Malang Bambang Istiawan mengatakan pemasangan rambu-rambu itu dimulai secara bertahap sejak September 2019. Tujuannya untuk memudahkan penanganan korban bencana alam di Kabupaten Malang.

Rambu-rambu dipasang di lokasi-lokasi rawan bencana alam, terutama di titik rawan bencana tanah longsor dan pantai yang rawan terhantam tsunami. BPBD Malang sangat berharap rambu-rambu yang dipasang memudahkan warga untuk mencari titik aman sewaktu-waktu terjadi bencana alam. Sedangkan penyuluhan maupun pelatihan mitigasi bencana bisa diagendakan setelah penanganan pasca-gempa magnitudo 6,7 Sabtu kemarin tuntas.

Baca juga: Tak Seperti Namanya, Kota Malang Begitu Indah Punya Segudang Destinasi Wisata

Berita terkait

Gempa Magnitudo 5,4 di Kepulauan Seribu, Dampak Pergerakan Intraslab Lempeng Indo-Australia

4 jam lalu

Gempa Magnitudo 5,4 di Kepulauan Seribu, Dampak Pergerakan Intraslab Lempeng Indo-Australia

TEMPO, Jakarta- Pada Rabu 15 Mei 2024 pukul 16.42.56 WIB wilayah Kepulauan Seribu, diguncang gempa tektonik. Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo M5,4

Baca Selengkapnya

Gempa di Laut Guncang Kepulauan Seribu, Guncangan Skala III-IV Terasa hingga Tangerang

6 jam lalu

Gempa di Laut Guncang Kepulauan Seribu, Guncangan Skala III-IV Terasa hingga Tangerang

Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas dalam lempeng Indo-Australia.

Baca Selengkapnya

Pantai Prassa, Kimolos Dinobatkan sebagai Pantai Terjernih di Dunia

6 jam lalu

Pantai Prassa, Kimolos Dinobatkan sebagai Pantai Terjernih di Dunia

Pantai Prassa, Kimolos, Yunani, air terjernih di dunia menyimpan pesona tak tertandingi

Baca Selengkapnya

Apa Penyebab Banjir Bandang dan Longsor di Sumatera Barat?

8 jam lalu

Apa Penyebab Banjir Bandang dan Longsor di Sumatera Barat?

BMKG menyebut hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat merupakan pemicu banjir bandang, banjir lahar hujan, dan longsor di Sumbar.

Baca Selengkapnya

Gempa Magnitudo 5,5 Guncang Mataram dan Sekitarnya, Warga Berhamburan Keluar Rumah

1 hari lalu

Gempa Magnitudo 5,5 Guncang Mataram dan Sekitarnya, Warga Berhamburan Keluar Rumah

Gempa berkekuatan 5,5 Magnitudo selama kurang dari 10 detik menggoyang wilayah Mataram, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat

Baca Selengkapnya

8 Hal Menarik di Cannes Prancis selain Festival Film

1 hari lalu

8 Hal Menarik di Cannes Prancis selain Festival Film

Dari pantai, tempat belanja, hingga kuliner, ketahui hal lain yang menarik di Cannes selain festival film tahunan.

Baca Selengkapnya

Alasan Korban Bencana Alam Tidak Ditanggung oleh BPJS. Bagaimana Aturannya?

1 hari lalu

Alasan Korban Bencana Alam Tidak Ditanggung oleh BPJS. Bagaimana Aturannya?

BPJS Kesehatan memang memiliki aturan tertentu terkait penanganan korban bencana alam. Ini alasannya.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno: Lonjakan UKT di UGM, Gempa di Bolaang Mongondow, dan Peringatan Dini Gelombang Laut

1 hari lalu

Top 3 Tekno: Lonjakan UKT di UGM, Gempa di Bolaang Mongondow, dan Peringatan Dini Gelombang Laut

Kekhawatiran BEM Keluarga Mahasiswa UGM mengenai lonjakan UKT menjadi artikel terpopuler Top 3 Tekno Berita Terkini, Selasa, 14 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Gempa Tektonik M5,1 di Laut Flores, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

2 hari lalu

Gempa Tektonik M5,1 di Laut Flores, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya deformasi batuan dalam slab Lempeng Indo-Australia.

Baca Selengkapnya

BMKG Deteksi Gempa Magnitudo 5,8 di Bolaang Mongondow, Hasil Pergerakan Lempeng Laut Sulawesi

2 hari lalu

BMKG Deteksi Gempa Magnitudo 5,8 di Bolaang Mongondow, Hasil Pergerakan Lempeng Laut Sulawesi

Gempa M5,8 mengguncang Pantai Utara Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, pada Senin pagi, 13 Mei 2024. Tidak ada potensi tsunami.

Baca Selengkapnya