Sampah di Gunung Everest Bakal Jadi Karya Seni dan Kembali ke Wisatawan
Reporter
Antara
Editor
Rini Kustiani
Senin, 25 Januari 2021 11:31 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok peduli lingkungan mendapati sampah berserakan di sepanjang jalur pendakian Gunung Everest.
Pendiri pusat informasi pengunjung dan fasilitas pemanfaatan sampah, Sagarmatha Next Center, Tommy Gustafsson mengatakan, seniman dan masyarakat akan terlibat dalam proyek daur ulang sampah di Gunung Everest. "Kami akan mengolah sampah-sampah itu menjadi barang kerajinan dan hiasan yang akan dinikmati dan kembali ke wisatawan," kata Gustafsson.
Baca juga:
Cina dan Nepal Akhirnya Sepakati Ketinggian Gunung Everest
Jenis sampah yang berserakan di sepanjang jalur pendakian Gunung Everest antara lain botol oksigen bekas, tenda yang robek, tali, kaleng bekas makanan dan minuman, dan plastik. Para pendaki dan trekker tidak membawa sampah-sampah itu turun dan membuangnya ke tempat sampah di kaki Gunung Everest.
"Kami ingin menunjukkan bagaimana kita semua dapat mengubah limbah padat menjadi karya seni yang berharga, menciptakan lapangan pekerjaan, dan memberikan pemasukan bagi masyarakat," kata Gustafsson seperti dikutip dari Reuters. "Kami berharap bisa mengubah persepsi masyarakat tentang sampah dan bersama-sama mendaur ulang sampah."
Tommy Gustafsson akan membangun galeri seni dari sampah-sampah para pendaki Gunung Everest tadi di Syangboche. Tempat yang terletak di ketinggian 3.780 meter dari atas permukaan laut ini merupakan jalur utama menuju basecamp Gunung Everest.
Berbagai jenis sampah hasil daur ulang akan menjadi hiasan dan suvenir. Dia berharap produk dan karya seni yang dipamerkan dapat meningkatkan kesadaran lingkungan. Selama ini, menurut dia, sampah yang terkumpul di sepanjang jalur pendakian ditimbun atau dibakar sehingga memicu pencemaran udara, air, dan tanah.
Phinjo Sherpa dari kelompok Eco Himal yang terlibat dalam proyek pembersihan Gunung Everest mengatakan, anggota kelompoknya dan pendaki yang dipandu wajib membawa minimal satu kilogram sampah saat turun dari Gunung Everest. "Proses pembersihan akan lebih efektif jika melibatkan wisatawan," katanya. Sepanjang 2019, sekitar 60 ribu pendaki dan pemandu berkunjung ke Gunung Everest.