Identifikasi Celah Pencurian Data Pribadi Wisatawan di Masa Pandemi Covid-19

Reporter

Tempo.co

Editor

Rini Kustiani

Kamis, 7 Januari 2021 15:35 WIB

Ilustrasi aplikasi pada ponsel pintar atau smartphone (Pixabay)

TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi Covid-19 telah mengubah banyak kebiasaan masyarakat, termasuk saat berwisata. Memesan tiket perjalanan lewat daring, membayar lewat akun virtual, tiba di tempat tujuan harus mengisi aplikasi kesehatan, pesan kamar hotel online, dan sebagian besar aktivitas yang dilakukan melalui telepon seluler.

Director Global Research and Analysis Team Eropa Kaspersky, Marco Preuss mengidentifikasi sejumlah potensi kebocoran data wisatawan saat melakukan perjalanan di masa pandemi Covid-19. "Meningkatkan keamanan data pribadi menjadi kebutuhan dan perlindungan di dunia fisik dan digital saat keluar dari rumah," kata Preuss dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Kamis 7 Januari 2021.

Salah satu tindakan pencegahan atau pengamanan data diri yang paling mendasar, menurut dia, adalah menyadari risiko dan berhati-hati dengan setiap perilaku yang berpotensi menunjukkan atau mengelaborasi data diri. "Selama pandemi Covid-19 terjadi, keamanan data pribadi menjadi penting bahkan lebih daripada sebelumnya," ucapnya.

Berikut sejumlah celah yang berpotensi menimbulkan kebocoran data pribadi, baik disebabkan oleh pihak yang iseng, peretas yang mencari titik lemah, atau keteledoran sendiri:

  • Aplikasi kesehatan
    Sejumlah negara atau daerah mewajibkan wisatawan untuk mengunduh aplikasi tertentu dan mengisi data pribadi di sana. Ada kalanya data yang harus disertakan terbilang sensitif dan pada beberapa kondisi mewajibkan wisatawan agar menyetujui aktivasi fitur pelacakan.

    Sebelum pandemi Covid-19, tentu wisatawan tak perlu terlalu detail menyampaikan siapa dirinya dan identitasnya kepada pihak lain. Apalagi sampai melacak keberadaannya. Namun di masa pandemi Covid-19 ini, pelacakan termasuk salah satu ketentuan apabila ditemukan kasus Covid-19 di daerah tertentu dan kebetulan berkaitan dengan wisatawan tersebut.

    "Pelacakan lokasi fisik yang tak terhindarkan menimbulkan ancaman bagi privasi, yang hingga kini belum terpecahkan," kata Preuss. Faktanya, pelaku kejahatan siber mungkin dapat mengakses data tersebut dan menggunakannya untuk serangan lebih lanjut, mulai dari phishing, spam, hingga malware seperti ransomware.

    Ilustrasi perempuan menggunakan telepon seluler di tempat umum. Unsplash.com/Daria Nepriakhina

  • Keteledoran sendiri
    Saat hendak mencetak tiket boarding pesawat atau check-in hotel, wisatawan mungkin tak menyadari kalau mereka menggunakan perangkat lain, seperti stand komputer tablet, yang digunakan oleh banyak orang. Mereka langsung saja mengakses email misalkan, karena menyimpan bukti pembelian tiket di situ, lewat perangkat lain yang dapat digunakan siapa saja.

    Terlebih dalam kondisi terburu-buru, bisa jadi wisatawan lupa keluar atau log-out dari akunnya. Kondisi ini membuka potensi risiko penyalahgunaan data wisatawan tadi oleh pelaku kejahatan siber. Mereka dapat mengirimkan email spam atau phishing ke kontak dan jejaring sosial wisatawan tersebut.

  • Fakir Wifi
    Bagi para fakir Wifi sebaiknya lebih berhati-hati dalam mengakses koneksi internet di mana pun berada. Di bandara, hotel, restoran, taman, dan semua tempat yang menyediakan akses Internet secara cuma-cuma atau berbayar tentu memiliki derajat keamanan yang berbeda. Lain halnya saat berada di rumah, ketika semua perangkat langsung terhubung dengan koneksi Wifi, kita tetap merasa aman karena itu adalah ranah privat.

  • Kendali lewat telepon seluler
    Kini tersedia akomodasi penginapan yang memungkinkan tamu untuk mengendalikan semua layanan di kamar lewat telepon seluler tamu itu sendiri. Demi menciptakan suasana 'layaknya di rumah sendiri', maka telepon seluler tamu akan terhubung dengan televisi pintar, pengendali suhu kamar, sampai asistensi lewat suara.

    Di balik kenyamanan dan kepraktisan itu, tamu harus menyadari kalau dia sama sekali tidak memiliki kendali atas semua perangkat Internet of Things yang dapat dioperasikan lewat ponselnya. Artinya, masih ada celah kerentanan jika data pada telepon seluler tamu justru terbuka untuk pihak lain.

  • Layanan resmi atau palsu
    Pandemi Covid-19 membuat banyak layanan publik, terutama penjualan dan reservasi tiket, beralih dari offline menjadi online. Bahkan sebelum pandemi Covid-19 terjadi, sulit untuk memastikan apakah konsumen benar-benar berbicara dengan petugas yang sah di dunia digital.

    Pelaku kejahatan siber umumnya menyalahgunakan situasi tersebut dengan berpura-pura menjadi petugas layanan publik dan mencoba mengakses data pribadi melalui pertanyaan-pertanyaan sensitif. Orang mungkin akan percaya karena berada dalam kondisi darurat dan terpaksa karena tak tahu harus melapor ke mana lagi.

Advertising
Advertising

Berita terkait

17 Bandara Internasional Turun Status karena Sepi Kunjungan Wisman, Ini Kata Kemenhub

2 jam lalu

17 Bandara Internasional Turun Status karena Sepi Kunjungan Wisman, Ini Kata Kemenhub

Lesunya aktivitas kunjungan wisman ke 17 bandara internasional membuat Kemenhub menurunkan status penggunaan bandara menjadi bandara domestik.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

1 hari lalu

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

BPS mencatat hanya 169 wisatawan mancanegara yang menggunakan 17 Bandara yang kini turun status menjadi Bandara domestik.

Baca Selengkapnya

4 Tips Hindari Jadi Korban Penipuan Transaksi Digital

1 hari lalu

4 Tips Hindari Jadi Korban Penipuan Transaksi Digital

Berikut empat tips agar terhindar dari modus penipuan transaksi digital. Contohnya pinjaman online dan transaksi digital lain.

Baca Selengkapnya

Iuran Wisata untuk Siapa

4 hari lalu

Iuran Wisata untuk Siapa

Rencana pemerintah memungut iuran wisata lewat tiket pesawat ditolak sejumlah kalangan. Apa masalahnya?

Baca Selengkapnya

Pemandangan ke Gunung Fuji Ditutup Pembatas Tinggi, Jengkel Turis Nakal

4 hari lalu

Pemandangan ke Gunung Fuji Ditutup Pembatas Tinggi, Jengkel Turis Nakal

Jepang memasang tembok pembatas yang menghalangi turis berfoto dengan latar belakang Gunung Fuji.

Baca Selengkapnya

Gempa Garut, Wisatawan Panik Pantai Selatan Jabar Sempat Sepi

5 hari lalu

Gempa Garut, Wisatawan Panik Pantai Selatan Jabar Sempat Sepi

Dinas Pariwisata Kabupaten Pangandaran mengatakan pantai Pangandaran pasca terjadinya gempa Garut dalam situasi aman.

Baca Selengkapnya

Alasan Jepang Bangun Penghalang di Tempat Foto Gunung Fuji

5 hari lalu

Alasan Jepang Bangun Penghalang di Tempat Foto Gunung Fuji

Foto Gunung Fuji yang berdiri megah di delakang toko Lawson itu menarik bagi wisatawan asing

Baca Selengkapnya

Hong Kong Meluncurkan Tiket Bus Khusus untuk Wisatawan

6 hari lalu

Hong Kong Meluncurkan Tiket Bus Khusus untuk Wisatawan

Mulai Sabtu, 27 Juli 2024, salah satu operator bus di Hong Kong menerapkan tiket satu hari tanpa batas untuk wisatawan

Baca Selengkapnya

Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat: Tidak Semua Penumpang Wisatawan

8 hari lalu

Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat: Tidak Semua Penumpang Wisatawan

Anggota Komisi V DPR RI Sigit Sosiantomo menolak rencana iuran pariwisata di tiket pesawat.

Baca Selengkapnya

Sandiaga Uno Optimistis BNI Java Jazz Tingkatkan Kunjungan Wisatawan

9 hari lalu

Sandiaga Uno Optimistis BNI Java Jazz Tingkatkan Kunjungan Wisatawan

Sandiaga Uno yakin BNI Java Jazz akan meningkatkan kunjungan wisatawan.

Baca Selengkapnya