Yogyakarta Padat Wisatawan, Lihat Kontras antara Bus dengan Kendaraan Pribadi
Reporter
Pribadi Wicaksono (Kontributor)
Editor
Rini Kustiani
Jumat, 30 Oktober 2020 07:38 WIB
TEMPO.CO, Yogyakarta - Jalanan di Kota Yogyakarta padat kendaraan wisatawan dari luar daerah seiring libur cuti bersama pada pekan ini. Pantauan Tempo, memasuki hari kedua libur yakni Kamis, 29 Oktober 2020, sejumlah kantong parkir, khususnya di sekitar kawasan Malioboro yang biasanya penuh dan meluber antrean bus-bus besar wisatawan masih lengang.
Khususnya pada pagi hingga siang hari, bus yang ada bisa dihitung jari. Baru menjelang malam, segelintir bus dari luar Yogyakarta berdatangan. Sepinya kantong parkir bus itu antara lain di Tempat Khusus Parkir Senopati, Tempat Khusus Parkir Ngabean, juga Tempat Khusus Parkir Abu Bakar Ali.
Di Tempat Khusus Parkir Senopati, sekitar 30 sampai 40 unit bus berdatangan pada Kamis petang. Masih menyisakan banyak ruang kosong karena tempat ini mampu menampung seratusan bus. Sedangkan di Tempat Parkir Abu Bakar Ali hanya ada sekitar sepuluh bus yang parkir. Padahal di saat yang sama, dari siang sampai malam, kawasan Malioboro berjubel kendaraan pribadi dan wisatawan yang menyusuri jalur pedestrian.
Ketua Forum Pekerja Parkir Kota Yogyakarta, Ignatius Hanarno mengatakan kunjungan wisatawan rombongan yang menggunakan bus masih relatif sepi. Dia membantah jika sepinya kunjungan dari rombongan wisata lantaran ketatnya protokol kesehatan yang diberlakukan Pemerintah Kota Yogyakarta.
Misalkan syarat untuk bisa masuk ke Yogyakarta, pihak bus pariwisata harus melengkapi sopir atau pimpinan rombongan dengan surat keterangan sehat, minimal rapid test. Hanarno tak menampik sebagian sopir bus memang mengeluhkan syarat tersebut. "Jadi, bukan rombongan wisata yang naik bus dilarang masuk sehingga menyebabkan kondisinya sepi. Tapi protokol kesehatan memang harus dijalankan semua demi menjaga keselamatan dan kenyamanan," ujar dia.
Wakil Wali Kota Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi menuturkan ketika pandemi masih memunculkan penambahan kasus Covid-19 secara signifikan, protokol kesehatan jadi kewajiban semua pihak di manapun dan kapan pun berada. Entah masa libur atau tidak.
Jika ingin perekonomian Yogyakarta segera bangkit, menurut dia, maka protokol kesehatan juga harus dijalankan dengan tertib. Apabila kasus Covid-19 meledak saat momentum liburan ini, Heroe melanjutkan, yang akan rugi juga para pelaku wisata karena pemerintah otomatis menutup akses dan berakibat menurunnya pengunjung.
"Jadi, jangan pernah mengatakan (kunjungan wisatawan dengan bus) sepi karena harus menjalankan protokol kesehatan," ujar Heroe yang juga Ketua Harian Gugus Tugas Penanganan Covid-19 itu. Heroe menuturkan tertib protokol kesehatan tak hanya di rumah, di kantor, atau saat belanja, tapi juga saat makan atau piknik ke destinasi wisata.
Situasi lengangnya keluar masuk bus juga tampak di Terminal Induk Giwangan Kota Yogyakarta. Bus antar kota antar propinsi (AKAP) tak banyak berlalu lalang di hari kedua libur yang sempat diprediksi sebagai masa puncak kedatangan wisatawan itu.
Petugas Pengelola Administrasi Perkantoran Satuan Pelayanan Terminal Giwangan Yogyakarta, Aji Fajar menuturkan sebelum pagebluk, rata-rata jumlah penumpang sekitar 7000 orang dalam sehari. Namun setelah pandemi Covid-19 datang, kini jumlah penumpang paling banyak 3.000 orang dalam sehari.
Untuk bus yang masuk keluar juga mengalami penurunan sebelum dan sesudah pandemi Covid-19. Dari rata rata 1.200-1.400 bus per hari, menjadi maksimal hanya 700 bus dalam sehari yang masuk keluar. Terminal Giwangan belum mengoperasikan layanan ruang tunggu penumpang untuk mengantisipasi penularan Covid-19. Jika hendak berpergian, calon penumpang dapat langsung naik bus yang akan membawa ke tempat tujuan.