Jalanan Gaya Jepang di Cina Ini Mendadak Populer, tapi Kini Ditutup

Reporter

Terjemahan

Selasa, 20 Oktober 2020 11:06 WIB

Ichiban Street di Cina yang mendadak populer. Twitter.com

TEMPO.CO, Jakarta - Jalan perbelanjaan populer bertema Jepang di provinsi Guangdong, Cina yang ditutup sejak awal liburan Golden Week, mengecewakan wisatawan. Penutupan itu juga menimbulkan spekulasi mengenai urusan hak cipta dan patriotisme.

Jalan sepanjang 100 meter di kota Foshan yang disebut Ichiban Street dengan cepat menjadi populer di kalangan anak muda Cina yang tidak dapat bepergian ke luar negeri karena pembatasan perjalanan akibat Covid-19. Tapi jalan tersebut sekarang telah ditutup dengan pita darurat dan barikade untuk mencegah pengunjung masuk.

Dua papan nama besar yang dipajang dengan kata Ichibangai - istilah yang digunakan untuk menggambarkan jalan perbelanjaan besar di Jepang - telah ditutup dengan kain abu-abu. Pengunjung sekarang disambut dengan tanda yang mengatakan jalan ditutup sementara untuk renovasi dan kantor persewaannya juga telah ditutup.

Saat berkunjung baru-baru ini, beberapa penjaga terlihat berpatroli di jalan, menghentikan pengunjung yang mencoba mengambil foto atau video dengan kamera profesional seperti dikutip dari South China Morning Post. "Kami tidak tahu kapan jalan akan dibuka untuk umum, dan jalan perlu diperbaiki dan diganti namanya tanpa 'Ichibangai'," kata salah satu penjaga.

Jalanan tersebut menjadi hit karena anak-anak muda dari kota-kota terdekat seperti Guangzhou, Zhongshan dan Zhuhai datang untuk melihat lentera dan tanda neon yang ditulis dalam bahasa Jepang. Ornamen-ornamen itu merujuk pada karakter anime Jepang seperti Astro Boy, Inuyasha dan Sailor Moon yang populer di Cina.

Advertising
Advertising

Ichiban Street di Cina yang mendadak populer. Twitter.com

Luo Aiping, pengacara Kantor Hukum Guangdong Lianyue, mengatakan tidak mengherankan melihat pihak berwenang setempat memiliki kepentingan pada jalan itu. “Pemerintah daerah sekarang semakin memerhatikan perlindungan hak kekayaan intelektual dan pengadilan lokal semakin cenderung mendukung pencipta untuk memulihkan kerugian mereka karena pelanggaran hak cipta,” kata dia.

“Boleh saja mengembangkan pusat perbelanjaan atau jalan dengan gaya jalanan Jepang, tetapi (pengembang) harus sangat berhati-hati untuk tidak meniru desain dari merek terkenal," kata Aiping lagi.

Tanda-tanda yang mengacu pada karakter anime Jepang seperti Astro Boy termasuk di antara yang dihapus. "Beberapa mengatakan itu karena masalah hak cipta, beberapa mengatakan itu tidak mempromosikan patriotisme," kata seorang pemilik toko, mengacu pada Hari Nasional pada 1 Oktober. "Saya tidak tahu, tapi saya hanya khawatir otoritas lokal akan menghapus semua elemen gaya Jepang".

Pemilik toko yang enggan disebutkan namanya mengatakan, lokasi yang dulunya sepi itu dimeriahkan oleh gambar-gambar neon dan anime. “Saya berharap operator jalan dapat membayar hak cipta yang diperlukan dan menjaga jalan tetap bertema Jepang. Jika tidak, semua investasi kami (di toko) akan sia-sia," ujarnya.

SCMP

Berita terkait

Kento Momota Ingin Tetap Berkecimpung di Dunia Bulu Tangkis setelah Pensiun, Apa Saja yang Akan Dilakukannya?

3 jam lalu

Kento Momota Ingin Tetap Berkecimpung di Dunia Bulu Tangkis setelah Pensiun, Apa Saja yang Akan Dilakukannya?

Piala Thomas 2024 menjadi turnamen keenam yang diikutinya sepanjang karier Kento Momota sejak debut di ajang ini 2014.

Baca Selengkapnya

Diduga Dibuang di Jalanan Shibuya, Album SEVENTEEN Duduki Puncak Tangga Lagu Jepang

4 jam lalu

Diduga Dibuang di Jalanan Shibuya, Album SEVENTEEN Duduki Puncak Tangga Lagu Jepang

Album SEVENTEEN menduduki peringkat pertama tanggal album utama di Jepang, tapi baru-baru ini viral video album itu dibuang

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

17 jam lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

18 jam lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

Sensasi Menyantap Daging Yakiniku dalam Jyubako

21 jam lalu

Sensasi Menyantap Daging Yakiniku dalam Jyubako

Yakiniku yang disajikan dalam Jyubako atau bento box memberikan kesan menarik dengan makanan yang bervariasi, kaya nutrisi, dan terkontrol porsinya.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

23 jam lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

1 hari lalu

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?

Baca Selengkapnya

68 Tahun Lalu Penemuan Penyakit Minamata di Jepang Pertama Kali

1 hari lalu

68 Tahun Lalu Penemuan Penyakit Minamata di Jepang Pertama Kali

Hari ini, 68 tahun lalu, Jepang menemukan penyakit epidemi yang disebut Minamata. Apa penyebabnya?

Baca Selengkapnya

Hunter x Hunter Diadaptasi Menjadi Game Bergenre Pertarungan

1 hari lalu

Hunter x Hunter Diadaptasi Menjadi Game Bergenre Pertarungan

Hunter x Hunter Nen Impacgame pertarungan yang diadaptasi dari manga dan anime karya Yoshihiro Togashi

Baca Selengkapnya

Kasus Terbaru Peretasan Game Pokemon, Jual Monster 4 Bulan Raup Jutaan Yen

1 hari lalu

Kasus Terbaru Peretasan Game Pokemon, Jual Monster 4 Bulan Raup Jutaan Yen

Faktanya, ini bukan kasus pertama karena peretasan data dalam game-game Pokemon merajalela di antara pemain curang.

Baca Selengkapnya