Tiga Kota di Dunia yang Paling Ramah untuk Pejalan Kaki

Reporter

Terjemahan

Senin, 19 Oktober 2020 10:06 WIB

Orang-orang berjalan di tepi sungai Seine setelah Prancis mulai secara bertahap mengakhiri lockdown nasional di Paris, Prancis, Ahad, 17 Mei 2020. Total korban jiwa akibat epidemi tersebut di Prancis bertambah menjadi 28.108 orang berdasarkan data kemarin. REUTERS/Gonzalo Fuentes

TEMPO.CO, Jakarta - Para ahli merekomendasikan agar para perencana kota dan otoritas lokal harus meningkatkan akses bagi pejalan kaki di kota-kota untuk mengatasi kesehatan yang buruk dan ketidaksetaraan sosial setelah pandemi Covid-19.

Kota Paris, Bogota dan Hong Kong adalah kota yang termasuk ramah bagi para pejalan kaki di dunia menurut sebuah studi baru terhadap hampir 1.000 kota oleh lembaga nirlaba Institut Kebijakan Transportasi dan Pembangunan (ITDP) yang berbasis di New York.

Ibu kota Perancis, Paris unggul karena kota ini memiliki 85 persen kompleks perumahan yang terletak 1.000 meter dari sekolah dan klinik sehingga memudahkan orang untuk memilih berjalan kaki. Bogota di Kolombia juga memiliki masyarakat yang umumnya tinggal 100 meter dari taman atau tempat nongkrong. Sedangkan 85 persen wilayah di Hong Kong terbebas dari kendaraan sehingga memudajkan pejalan kaki.

Meningkatkan kebiasaan berjalan kaki sangat penting sekarang, karena masalah keselamatan telah menyebabkan penurunan tajam dalam penggunaan transportasi umum serta menimbulkan risiko lebih besar bagi penduduk yang rentan, kata Heather Thompson, kepala eksekutif ITDP.
"Covid-19 telah secara dramatis mengungkap ketidaksetaraan kami di setiap tingkat, termasuk pilihan untuk bepergian. Mereka yang memiliki skala pendapatan lebih tinggi cenderung memiliki akses ke lingkungan yang dapat dilalui dengan berjalan kaki dan transportasi, sementara mereka yang lebih rendah tidak memiliki keduanya," kata Thompson seperti dikutip dari Japan Today.

Thompson pun menyebut bahwa sangat penting untuk mengubah keseimbangan ruang di kota-kota dari mobil dengan berjalan kaki. "Banyak hal yang dapat kita peroleh - dari udara yang lebih bersih ke kesehatan yang lebih baik ke ekonomi lokal yang lebih kuat dan ikatan yang lebih dalam di dalam masyarakat," kata dia.

Advertising
Advertising

Selama pembatasan untuk menahan penularan Covid-18, penduduk di kota-kota di seluruh dunia turun ke jalan dan berolahraga di jalan yang ditutup untuk lalu lintas. Namun, karena pembatasan mereda, lalu lintas kembali meningkat. Semakin banyak mobil di jalan memperburuk kualitas udara, meningkatkan emisi beracun dan menimbulkan risiko lebih besar bagi pejalan kaki, menurut ITDP.

Studi ITDP memberi peringkat kota berdasarkan ukuran seperti kepadatan blok perkotaan, kedekatan penduduk dengan ruang terbuka bebas mobil dan akses mereka ke layanan perawatan kesehatan dan pendidikan. Kota-kota di Amerika Serikat mendapat skor rendah dalam hal kemampuan berjalan

"Kota yang ramah untuk pejalan kaki tidak terjadi secara kebetulan," kata D Taylor Reich, rekan peneliti di ITDP dan penulis utama laporan tersebut. "Para pembuat kebijakan pertama-tama harus memahami masalah yang disebabkan oleh perencanaan yang berorientasi pada mobil. Kemudian mereka dapat mengambil langkah-langkah spesifik: dari perencanaan pembangunan yang padat, berskala manusia, dan serba guna hingga melengkapi jalan dengan bangku, trotoar lebar, dan naungan."

ITDP menemukan bahwa lingkungan yang ramah untuk jalan kaki dikaitkan dengan kesehatan yang lebih baik bagi penduduk dan lebih sedikit korban jiwa di jalan raya. Ini juga meningkatkan bisnis lokal, mengurangi ketidaksetaraan sosial dan meningkatkan ketahanan terhadap dampak perubahan iklim dan guncangan ekonomi.

JAPAN TODAY

Berita terkait

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

7 hari lalu

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

Pada Sabtu pagi pukul 07.02 WIB Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 122 atau masuk dalam kategori tidak sehat.

Baca Selengkapnya

Prediksi Cuaca BMKG: Jakarta Hanya Cerah di Pagi Hari, Siap-siap Hujan Petir

16 hari lalu

Prediksi Cuaca BMKG: Jakarta Hanya Cerah di Pagi Hari, Siap-siap Hujan Petir

Jakarta diprediksi hujan sejak siang, Jumat. 19 April 2024. BMKG memprediksi hujan petir turun di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kelima Dunia Pagi Ini

17 hari lalu

Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kelima Dunia Pagi Ini

Berdasarkan pantauan pada pukul 05.35 WIB, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 151.

Baca Selengkapnya

Manfaat Baik Jalan Cepat 11 Menit Setiap Hari, Kurangi Stres Hingga Kontrol Tekanan Darah

45 hari lalu

Manfaat Baik Jalan Cepat 11 Menit Setiap Hari, Kurangi Stres Hingga Kontrol Tekanan Darah

Sebuah studi dari British Journal of Sports Medicine menyebutkan satu dari sepuluh kematian dini dapat dicegah dengan jalan cepat selama 11 menit.

Baca Selengkapnya

Indonesia Negara Paling Berpolusi di Asia Tenggara pada 2023 Versi IQAir , Bagaimana Kualitas Udara di Jakarta?

45 hari lalu

Indonesia Negara Paling Berpolusi di Asia Tenggara pada 2023 Versi IQAir , Bagaimana Kualitas Udara di Jakarta?

Laporan tahunan IQAir menunjukkan rapor merah kualitas udara di Indonesia, khususnya di Jakarta dan sekitarnya. Polusi udara meningkat pada 2023.

Baca Selengkapnya

Studi: Hanya Tujuh Negara Penuhi Standar Kualitas Udara WHO, Indonesia Belum

45 hari lalu

Studi: Hanya Tujuh Negara Penuhi Standar Kualitas Udara WHO, Indonesia Belum

Laporan IQAir memaparkan hanya tujuh negara yang kualitas udaranya memenuhi standar WHO.

Baca Selengkapnya

BMKG Perkirakan Langit Jakarta Masih Cerah Hari Ini, Suhu Berkisar 23-32 Derajat Celcius

46 hari lalu

BMKG Perkirakan Langit Jakarta Masih Cerah Hari Ini, Suhu Berkisar 23-32 Derajat Celcius

Langit Jakarta diperkirakan masih cerah pada hari ini Rabu, 20 Maret 2024. Hujan diperkirakan baru turun di sebagian kecil wilayahpada dinihari esok.

Baca Selengkapnya

Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

50 hari lalu

Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

Startup BiruLangit dari unit inkubasi Bandung Technopark Telkom University mengembangkan alat pemantau udara Low-Cost Sensors (LCS)

Baca Selengkapnya

Kualitas Udara Jakarta Masuk Urutan 10 Terburuk di Dunia pada Awal Libur Panjang Nyepi

54 hari lalu

Kualitas Udara Jakarta Masuk Urutan 10 Terburuk di Dunia pada Awal Libur Panjang Nyepi

Udara Jakarta memburuk menjelang libur panjang akhir pekan. Merujuk data IQAir, kualitas udara Jakarta terburuk ke-10 dari kota besar di dunia.

Baca Selengkapnya

Kualitas Udara Buruk Berkolerasi dengan Peningkatan Kasus Bunuh Diri

2 Maret 2024

Kualitas Udara Buruk Berkolerasi dengan Peningkatan Kasus Bunuh Diri

Nenek-nenek berpotensi melakukan bunuh lebih besar saat menghadapi kualitas udara yang memburuk.

Baca Selengkapnya