Suku Baduy Minta Dicoret dari Daftar Destinasi Wisata Indonesia

Reporter

Tempo.co

Editor

Rini Kustiani

Kamis, 23 Juli 2020 17:17 WIB

Warga Baduy Dalam beraktivitas di Desa Kanekes, Lebak, Banten, Selasa, 7 Juli 2020. Lembaga Adat Baduy mengirim surat permohonan kepada Presiden Joko Widodo untuk menutup atau menghapus wilayah Baduy, Lebak, Banten dari lokasi tujuan wisata. ANTARA/Muhammad Bagus Khoirunas

TEMPO.CO, Jakarta - Suku Baduy meminta Presiden Joko Widodo mencoret Baduy dari daftar destinasi wisata Indonesia. Surat tertanggal 6 Juli 2020, itu disampaikan oleh Lembaga Masyarakat Adat Baduy yang diwakili oleh tiga jaro (sebutan untuk ketua atau pemimpin), yakni Jaro Saidi, Jaro Aja, dan Jaro Madali.

Surat tersebut ditembuskan pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Tertera juga tembusan ke Kementerian Pertahanan, Kementerian Sekretariat Negara, Gubernur Banten, dan Bupati Lebak.

Pada surat tersebut juga tertera ketiga jaro Lembaga Masyarakat Adat Baduy menyerahkan mandat surat berjudul 'Permohonan Perlindungan Pelestarian Tatanan Nilai Adat Baduy' kepada empat orang. Mereka adalah Heru Nugroho, pegiat Internet yang akrab dengan warga Baduy Dalam dan Baduy Luar; Henri Nurcahyo, pegiat seni budaya dan penulis buku; Anton Nugroho, pegiat sosial dan lingkungan hidup; serta Fajar Yugaswara, pelaku seni.

"Sejatinya masyarakat Baduy tidak keberatan kepada siapapun yang ingin berkunjung ke wilayahnya dalam rangka menjalin persaudaraan," tulis surat itu. "Tapi keterbukaan bagi setiap orang yang berkunjung ke wilayah adat Baduy saat ini, melalui kampanye wisata yang digaungkan, mengakibatnya derasnya kunjungan wisatawan yang berdatangan ke wilayah Baduy."

Wisatawan yang datang umumnya memiliki perbedaan yang signifikan terhadap nilai-nilai sosio-kultural, sehingga cenderung memberikan pengaruh yang kuat terhadap masyarakat Baduy. Perkembangan modernisasi juga membuat tokoh adat kian berat dalam menanamkan nilai-nilai sosio-kultural yang diterapkan oleh generasi pendahulu kepada generasi muda Baduy.

Advertising
Advertising

Jaro Aja dari perwakilan Lembaga Adat Masyarakat Baduy memberikan cap jempol dalam surat yang ditujukan kepada Presiden Joko Widodo. Masyarakat Baduy meminta pemerintah mencoret wilayah adat mereka dari destinasi wisata Indonesia. Foto: Istimewa

Pada akhirnya, meningkatnya kunjungan wisatawan ke wilayah Baduy menimbulkan dampak negatif berupa pelanggaran-pelanggaran terhadap tatanan adat yang dilakukan oleh wisatawan dan jaringannya. Masyarakat Baduy merasa terusik dengan kehadiran wisatawan.

"Agar Bapak Presiden Joko Widodo berkenan membuat dan menetapkan sebuah kebijakan supaya wilayah adat Baduy tidak lagi dicantumkan sebagai lokasi objek wisata," demikian tertulis dalam surat itu. "Kami memohon agar pemerintah bisa menghapus wilayah adat Baduy dari peta objek wisata Indonesia."

Mengetahui hal itu, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Hari Santosa Sungkari mengatakan telah berkunjung ke Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kebupaten Lebak, Banten, pada Sabtu, 18 Juli 2020. Dia datang untuk menanggapi permintaan masyarakat Baduy terkait masalah pariwisata.

Hari Santosa menganggap perlu pembatasan jumlah kunjungan wisatawan ke perkampungan masyarakat adat Baduy di Desa Kanekes. "Artinya kita semua menjaga agar wisatawan tidak bejibun yang datang," katanya. Kementerian Pariwisata, menurut Hari Santosa, menampung aspirasi permohonan masyarakat Baduy tadi.

Pemerintah akan mempertimbangkan rencana pembuatan aplikasi sebagai pusat informasi dan sarana pendaftaran wisatawan yang ingin datang ke kawasan adat Baduy. "Siapa yang datang, kapan datang, kalau sudah melebihi (batas pengunjung) akan ada pemberitahuan," ujarnya. Fungsi aplikasi tersebut, menurut dia, untuk memastikan kawasan Baduy tetap terjaga.

Uday Suhada yang mewakili warga Baduy mengatakan, masyarakat adat menganggap tidak tepat penyebutan Wisata Budaya Baduy. Yang sesuai adalah Saba Budaya Baduy seperti tertuang dalam Peraturan Desa Kanekes Nomor 1 Tahun 2007 tentang Saba Budaya dan Perlindungan Masyarakat Adat Tatar Kanekes (Baduy). "Saba ini bermakna silaturahmi, saling menghargai dan menghormati antar-adat istiadat masing-masing," kata Uday.

RINI KUSTIANI | BRAM SETIAWAN

Berita terkait

17 Bandara Internasional Turun Status karena Sepi Kunjungan Wisman, Ini Kata Kemenhub

29 menit lalu

17 Bandara Internasional Turun Status karena Sepi Kunjungan Wisman, Ini Kata Kemenhub

Lesunya aktivitas kunjungan wisman ke 17 bandara internasional membuat Kemenhub menurunkan status penggunaan bandara menjadi bandara domestik.

Baca Selengkapnya

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

4 jam lalu

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

Afganistan yang terletak di Asia Selatan dan Asia Tengah menawarkan banyak hal untuk dijelajahi, misalnya situs bersejarah dan budaya.

Baca Selengkapnya

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

4 jam lalu

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

Dalam beberapa tahun terakhir, pariwisata Afganistan meningkat. Turis asing paling banyak berasal dari Cina.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

1 hari lalu

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

BPS mencatat hanya 169 wisatawan mancanegara yang menggunakan 17 Bandara yang kini turun status menjadi Bandara domestik.

Baca Selengkapnya

Bandara Adi Soemarmo Solo Turun Status dari Bandara Internasional Jadi Bandara Domestik, Ini Profilnya

1 hari lalu

Bandara Adi Soemarmo Solo Turun Status dari Bandara Internasional Jadi Bandara Domestik, Ini Profilnya

Kemenhub tetapkan Bandara Adi Soemarmo turun status dari bandara internasional menjadi bandara domestik. Ini kekhawatiran Sandiaga Uno,

Baca Selengkapnya

Bandara Adi Soemarmo Turun Status, Sandiaga Uno: Ada Kekhawatiran Pariwisata Solo Turun

3 hari lalu

Bandara Adi Soemarmo Turun Status, Sandiaga Uno: Ada Kekhawatiran Pariwisata Solo Turun

Bandara Adi Soemarmo turun status dari internasional ke domestik. Bagaimana nasib pariwisata di Solo? Ini tanggapan Sandiaga Uno.

Baca Selengkapnya

Iuran Wisata untuk Siapa

4 hari lalu

Iuran Wisata untuk Siapa

Rencana pemerintah memungut iuran wisata lewat tiket pesawat ditolak sejumlah kalangan. Apa masalahnya?

Baca Selengkapnya

Pemandangan ke Gunung Fuji Ditutup Pembatas Tinggi, Jengkel Turis Nakal

4 hari lalu

Pemandangan ke Gunung Fuji Ditutup Pembatas Tinggi, Jengkel Turis Nakal

Jepang memasang tembok pembatas yang menghalangi turis berfoto dengan latar belakang Gunung Fuji.

Baca Selengkapnya

Gempa Garut, Wisatawan Panik Pantai Selatan Jabar Sempat Sepi

5 hari lalu

Gempa Garut, Wisatawan Panik Pantai Selatan Jabar Sempat Sepi

Dinas Pariwisata Kabupaten Pangandaran mengatakan pantai Pangandaran pasca terjadinya gempa Garut dalam situasi aman.

Baca Selengkapnya

Alasan Jepang Bangun Penghalang di Tempat Foto Gunung Fuji

5 hari lalu

Alasan Jepang Bangun Penghalang di Tempat Foto Gunung Fuji

Foto Gunung Fuji yang berdiri megah di delakang toko Lawson itu menarik bagi wisatawan asing

Baca Selengkapnya