Kiat Pelaku Bisnis Pariwisata Thailand Berkelit dari Krisis

Reporter

Terjemahan

Editor

Ludhy Cahyana

Selasa, 30 Juni 2020 19:09 WIB

Hasil karya berupa kain tenun buatan warga yang dijual secara online oleh Local Alike. Foto: @localalike

TEMPO.CO, Jakarta - Local Alike merupakan konsultan perjalanan di Thailand. Saat mendapati wisata di negeri itu pada titik nadir, mereka mulai membantu warga mulai menjual produk dari desa melalui media sosial.

Bisnis yang menggantikan usaha di bidang pariwisata itu, menurut World Economy Forum, telah menghasilkan 2,6 juta baht (US$84.000) untuk penduduk setempat di 20 komunitas, yang menjual produk dari makanan ringan hingga beras.

"Itu melebihi harapan kami," kata Somsak Boonkam, pendiri dan kepala eksekutif Local Alike yang berbasis di Bangkok, yang mempromosikan pariwisata berkelanjutan di 200 desa.

"Mulai sekarang, kami ingin berfungsi sebagai platform e-commerce untuk komunitas," ujarnya.

Baca: Jurus Thailand Promosi Wisata di Masa New Normal Covid-19

Advertising
Advertising

Usaha seperti Local Alike terbilang penting di Thailand, pada saat negeri itu terpukul oleh virus corona, yang telah menginfeksi lebih dari 3.100 orang dan menewaskan lebih dari 50 orang sejak Januari 2020.

Meskipun sebagian besar bisnis diizinkan untuk dibuka kembali setelah kasus virus corona menurun, namun perbatasan negara itu masih ditutup, sehingga memengaruhi industri pariwisata.

Pariwisata adalah sektor utama bagi perekonomian Thailand, yang menyumbang 18 persen dari produk domestik bruto (PDB) negara itu tahun lalu.

Tetapi perusahaan sosial (social enterprises) telah beradaptasi melalui krisis, sekaligus juga menemukan solusi bagi masyarakat. Merespons permintaan yang tinggi untuk produk desa, Local Alike mendirikan perusahaan terpisah untuk menangani platform e-commerce, yang akan diperluas ke 155 komunitas tahun depan.

Local Alike kini fokus pada meningkatkan cara pengemasan dan desain, agar kian produk warga kian lari. Kehadiran mereka di Klong Toey membuahkan hasil.

Di distrik Klong Toey di Bangkok, Wilaiwan Bidinlae seorang warga melihat penghasilannya dari menjual makanan penutup Thailand turun setengah selama penutupan. Mereka kehilangan banyak pelanggan asing yang biasanya datang dalam tur kelompok yang diselenggarakan oleh Local Alike.

Turis berkunjung ke Suku Akha di Chiang Rai, Thailand. Mereka mengikuti program wisata yang dibuat oleh Local Alike. Foto: @localalike

Local Like membantu mengemas dan memasarkan jajanan lokal di akun media sosialnya, yang telah membantunya bertahan hidup selama krisis.

Klong Toey adalah daerah kumuh tertua dan terbesar di kota itu, tetapi Wilaiwan mengatakan kemitraannya dengan Local Alike telah membantu mengubah persepsi itu.

"Klong Toey telah digambarkan di media sebagai tempat dengan narkoba dan kegiatan ilegal, tetapi ketika turis datang, mereka melihat bahwa kami telah berkembang," katanya.

Bisnis Baru

Perusahaan sosial lainnya seperti jaringan masyarakat sipil SATARANA dan HiveSters, yang didirikan untuk melestarikan budaya yang hilang dan membantu komunitas lokal, juga menjadikan layanan pengiriman makanan online sebagai bagian dari rencana bisnis jangka panjang mereka.

"Virus corona telah mempengaruhi masyarakat yang berpenghasilan dari pariwisata," kata Achiraya Thamparipattra, kepala eksekutif di HiveSters, yang mengembalikan 70 persen pendapatan melalui wisata budaya.

"Dan bagi kami, mulai sekarang kami tidak bisa lagi beroperasi hanya sebagai perusahaan wisata. Mendirikan merek makanan (yang menggunakan produk dari masyarakat) akan menurunkan risiko di masa depan," ujarnya.

Wocation, sebuah agen tur yang mempromosikan kesehatan mental melalui lokakarya kerajinan dan konseling kelompok, juga memanfaatkan platform digital. Mereka menghelat lokakarya - yang mencakup kelas memasak dan keramik - melalui webinar.

Kit sulaman tradisional. Foto: @localalike

"Kerajinan digunakan oleh beberapa orang untuk menyembuhkan pikiran mereka, dan itu dapat dilakukan di rumah, yang juga mempromosikan jarak sosial," kata Pasiree Parichani, salah satu pendiri Wocation, sebuah perusahaan sosial yang berbasis di provinsi utara Chiang Mai.

Kit sulaman, misalnya, berisi kain tenun dan benang yang diwarnai secara alami buatan Chiang Mai, 20 persen penjualan diserap warga lokal.

Berita terkait

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

1 jam lalu

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

Direktur Utama InJourney Airports, Faik Fahmi mengatakan pemangkasan jumlah bandara internasional tidak bepengaruh signifikan ke ekonomi daerah.

Baca Selengkapnya

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

6 jam lalu

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

Afganistan yang terletak di Asia Selatan dan Asia Tengah menawarkan banyak hal untuk dijelajahi, misalnya situs bersejarah dan budaya.

Baca Selengkapnya

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

6 jam lalu

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

Dalam beberapa tahun terakhir, pariwisata Afganistan meningkat. Turis asing paling banyak berasal dari Cina.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

17 jam lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

1 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Bandara Adi Soemarmo Solo Turun Status dari Bandara Internasional Jadi Bandara Domestik, Ini Profilnya

1 hari lalu

Bandara Adi Soemarmo Solo Turun Status dari Bandara Internasional Jadi Bandara Domestik, Ini Profilnya

Kemenhub tetapkan Bandara Adi Soemarmo turun status dari bandara internasional menjadi bandara domestik. Ini kekhawatiran Sandiaga Uno,

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

2 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Bandara Adi Soemarmo Turun Status, Sandiaga Uno: Ada Kekhawatiran Pariwisata Solo Turun

3 hari lalu

Bandara Adi Soemarmo Turun Status, Sandiaga Uno: Ada Kekhawatiran Pariwisata Solo Turun

Bandara Adi Soemarmo turun status dari internasional ke domestik. Bagaimana nasib pariwisata di Solo? Ini tanggapan Sandiaga Uno.

Baca Selengkapnya

5 Negara Asia Tenggara Dilanda Gelombang Panas, Indonesia Diserang DBD

4 hari lalu

5 Negara Asia Tenggara Dilanda Gelombang Panas, Indonesia Diserang DBD

Negara-negara Asia Tenggara tengah berjuang melawan gelombang panas yang mematikan tahun ini.

Baca Selengkapnya

Iuran Wisata untuk Siapa

4 hari lalu

Iuran Wisata untuk Siapa

Rencana pemerintah memungut iuran wisata lewat tiket pesawat ditolak sejumlah kalangan. Apa masalahnya?

Baca Selengkapnya