Usai Covid-19, Begini Cara Menikmati Konser Musik

Reporter

Terjemahan

Editor

Ludhy Cahyana

Kamis, 16 April 2020 20:56 WIB

Andrea Bocelli menggelar konser tanpa penonton di Milan, pada Minggu Paskah, 12 April 2020. Foto: @andreabocelliofficial

TEMPO.CO, Jakarta - Pada hari Minggu Paskah, 12 April 2020, penyanyi opera Italia Andrea Bocelli berdiri sendirian, di luar Duomo Di Milano di Italia. Ia menyanyikan Amazing Grace -- yang biasanya dinyanyikan dalam sebuah konser musik dengan ribuan penonton. Alih-alih, alun-alun itu kosong.

Saat ia bernyanyi, gambar-gambar jalanan kosong di seluruh dunia dijadikan latar penampilannya. Bocelli menyampaikan pesan harapan kepada Italia dan seluruh dunia di era isolasi diri dan virus corona. Konser sunyi itu adalah akhir ikon industri konser, yang biasanya ditonton jutaan orang saat ditayangkan langsung di YouTube.

Itu menunjukkan dukungan yang kuat, ketika musik tidak dapat didengar secara langsung. Secara global, industri konser musik diprediksi bernilai US$31 miliar (Rp485,9 triliun) pada tahun 2022, menurut pandangan riset Price Waterhouse Cooper (PwC).

Tetapi pada Maret 2020, bisnis konser musik runtuh hampir semalam. Dengan konser-konser terhenti secara global, tidak ada industri musik hidup sama sekali seperti yang kita bicarakan. Tak hanya promotor besar seperti Live Nation atau Glastonbury Music Festival yang terdampak, namun juga pemain kecil.

Pada era industri yang independen, menurut Aljazeera, promotor yang lebih kecil dengan model bisnis yang bergantung pada penjualan tiket di depan untuk menutupi biaya di muka, memiliki hutang. Dengan venue yang ditutup, pendapatan mereka menguap.

Advertising
Advertising

Tetapi sementara seluruh industri konser musik menunggu untuk kembali normal, para musisi memilih bermusik di media sosial untuk menghibur orang.

Pertunjukan live Instagram dan Facebook telah menjadi hal biasa. Artis terkenal di dunia seperti U2 telah menjadi tuan rumah pertemuan virtual. Efeknya terhadap artis adalah memaksa mereka untuk mengubah cara mereka berpikir tentang menyajikan musik dan bisnis menjualnya.

Musisi drum dan bas yang berbasis di Amsterdam, Lenzman, sekaligus pemilik label rekaman mengatakan, ia memecah bisnisnya, sebagai musisi dan menjual musik. Dan fakta bahwa begitu banyak musisi kehilangan mata pencaharian mereka.

"Ini yang menarik," katanya. "Saya pikir banyak orang khawatir karena alasan yang berbeda. Apakah akan menjual? Apakah etis untuk mencoba dan menjual sesuatu saat ini? Tetapi di mata saya ini tentang kelangsungan hidup bagi para seniman seperti halnya orang lain. Selain itu, musik membuat orang senang, dan saya pikir itu adalah sesuatu yang bisa kita semua lakukan sekarang."

Dan itu tampaknya menjadi kekuatan yang mendorong bagi banyak orang pada industri musik dan hiburan global saat ini. Walhasil dalam isolasi, hiburan di rumah mengalami lonjakan.

Majalah musik Amerika, Billboard dan agensi pemeringkat Nielsen melacak dampak virus corona terhadap industri hiburan. Angka-angka berbicara sendiri: 24 persen responden mengatakan mereka telah menambahkan layanan berlangganan hiburan baru, dan streaming video musik berada pada titik tertinggi sepanjang masa - naik 13 persen.

Semua mengatakan, laporan itu menunjukkan bahwa dalam dua minggu terakhir bulan Maret konsumsi audio, video dan berita telah melonjak secara besar-besaran.

"Kami mengkonsumsi lebih banyak hiburan sekarang daripada sebelumnya. Tapi apakah semuanya akan kembali normal dan apakah kita akan menari bersama lagi?," kata seorang responden.

Salah satu pakar yang dikutip media Amerika Serikat, Zeke Emanuel, seorang profesional perawatan kesehatan di University of Pennsylvania, mengatakan belum saatnya warga dunia bebas keluar rumah.

Kenyataan itu terlihat suram untuk industri konser musik, karena sementara manusia mengkonsumsi lebih banyak hiburan daripada sebelumnya, efek jangka panjang pada bisnis konser musik tidak diketahui.

Grup band Metallica saat tampil dalam konser untuk Valor di National Mall, Washington, 11 November 2014. Acara hari veteran yang diselengarakan oleh HBO, Starbucks dan Chase dibuka untuk umum. AP/Carolyn Kaster

Berapa banyak promotor, artis, dan anak-anak industri anak perusahaan yang akan selamat dari kehilangan pendapatan? Berapa banyak yang akan bangkit kembali? Seperti biasa, mereka yang beroperasi sebagai orang independenlah yang paling menderita.

Tetapi satu hal yang ditunjukkan oleh industri kreatif berulang kali adalah bahwa seni selalu menemukan jalannya kepada penonton. Mungkin kita semua tinggal di rumah dan mengalami musik live seperti yang ditunjukkan Andrea Bocelli kepada kita: Sendiri, tetapi terhubung secara digital. Untuk saat ini, itulah jalan keluarnya.

Berita terkait

Blink-182 Batal Tampil di Meksiko, Mark Hoppus Sakit

25 hari lalu

Blink-182 Batal Tampil di Meksiko, Mark Hoppus Sakit

Blink-182 membatalkan pertunjukan di Meksiko

Baca Selengkapnya

Arab Saudi Gelar Perayaan Meriah Saat Idul Fitri, Pesta Kembang Api hingga Konser Musik

30 hari lalu

Arab Saudi Gelar Perayaan Meriah Saat Idul Fitri, Pesta Kembang Api hingga Konser Musik

Arab Saudi menggelar pesta kembang api meriah hingga konser musik dan drama dalam menyambut Idul Fitri tahun ini.

Baca Selengkapnya

Dampak Ekonomi Konser Taylor Swift dan Coldplay di Singapura Disebut Tembus Rp 11 Triliun

48 hari lalu

Dampak Ekonomi Konser Taylor Swift dan Coldplay di Singapura Disebut Tembus Rp 11 Triliun

LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) meneliti dampak ekonomi dari konser Taylor Swift dan Coldplay di Singapura.

Baca Selengkapnya

Sandiaga soal Dampak Ekonomi Konser Dunia Digelar di RI: Bukan Mustahil Mencapai Rp 1 Triliun

51 hari lalu

Sandiaga soal Dampak Ekonomi Konser Dunia Digelar di RI: Bukan Mustahil Mencapai Rp 1 Triliun

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno yakin Indonesia bisa memperoleh keuntungan seperti Singapura saat menggelar konser kelas dunia.

Baca Selengkapnya

Profil Promotor Musik Adrie Subono, Java Musikindo Akan Comeback?

53 hari lalu

Profil Promotor Musik Adrie Subono, Java Musikindo Akan Comeback?

Adrie Subono adalah promotor musik yang berpengalaman menghadirkan konser penyanyi dalam dan luar negeri. Ia juga merupakan keponakan dari B.J. Habibie.

Baca Selengkapnya

4 Tahun Pandemi Covid-19, TPU di Jakarta sempat Kehabisan Tempat Penguburan Korban Virus Corona

53 hari lalu

4 Tahun Pandemi Covid-19, TPU di Jakarta sempat Kehabisan Tempat Penguburan Korban Virus Corona

Di Jakarta, setidaknya ada dua TPU yang jadi tempat permakaman korban saat pandemi Covid-19, yakni TPU Tegal Alur dan Pondok Ranggon.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Hari-hari Menegangkan 4 Tahun Lalu Saat Mula Wabah Pandemi Covid-19

54 hari lalu

Kilas Balik Hari-hari Menegangkan 4 Tahun Lalu Saat Mula Wabah Pandemi Covid-19

WHO tetapkan 11 Maret 2020 sebagai hari pertama pandemi global akibat wabah Covid-19. Kini, 4 tahun berlalu, masihkan patuhi protokol kesehatan?

Baca Selengkapnya

Luhut Akan Bikin Konser Tandingan Taylor Swift di RI: Kita Harus Berani Bersaing, Kalau Singapura Bisa Untung..

58 hari lalu

Luhut Akan Bikin Konser Tandingan Taylor Swift di RI: Kita Harus Berani Bersaing, Kalau Singapura Bisa Untung..

Luhut yakin Indonesia juga bisa menggelar konser musik eksklusif kelas megah dan tak kalah dengan Singapura yang menggelar konser Taylor Swift.

Baca Selengkapnya

Pria Ini Sudah Disuntik Vaksin Covid-19 217 Kali, Apa Dampaknya?

59 hari lalu

Pria Ini Sudah Disuntik Vaksin Covid-19 217 Kali, Apa Dampaknya?

Seorang pria di Jerman mendapat suntikan Vaksin Covid-19 sebanyak 217 kali dalam waktu 29 bulan.

Baca Selengkapnya

Apa Itu Visa Musisi Konser yang Digunakan Ed Sheeran untuk Masuk ke Indonesia?

4 Maret 2024

Apa Itu Visa Musisi Konser yang Digunakan Ed Sheeran untuk Masuk ke Indonesia?

Indonesia telah meluncurkan visa musisi konser yang ditujukan untuk musisi dunia, termasuk Ed Sheeran. Lalu, apa itu visa musisi konser?

Baca Selengkapnya