Anak Suku Yanomami Amazon Positif Virus Corona, Salah Penambang?
Reporter
Bram Setiawan
Editor
Rini Kustiani
Jumat, 10 April 2020 10:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi virus corona baru atau COVID-19 membuat suku adat Yanomami di Amazon, Brasil, Amerika Selatan, khawatir.
Belum lama ini, The Guardian melaporkan seorang anak suku Yanomami berusia 15 tahun positif terinfeksi virus corona. Anak itu kini dirawat di unit perawatan intensif sebuah rumah sakit di Boa Vista, Roraima.
Pasien itu mengeluh nyeri dada, sesak napas, dan sakit tenggorokan. Dia masuk rumah sakit pada pekan lalu kemudian dinyatakan positif terinfeksi COVID-19 pada Selasa, 7 April 2020.
"Perlu kewaspadaan amat tinggi jika virus ini sudah masuk ke desa," kata Sofia Mendonça, dokter yang bekerja untuk masyarakat adat Yanomami kepada The Guardian. Musababnya, komunitas adat tersebut memiliki rekam jejak yang panjang terkait wabah penyakit, misalnya malaria dan campak.
Sofia Mendonça khawatir virus corona yang menginfeksi anak tersebut telah menular kepada orang tua, teman-teman, dan masyarakat adat Yanomami. "Berpotensi memicu kematian yang sangat besar," kata dia.
Suku Yanomami adalah salah satu komunitas adat yang tinggal di Hutan Amazon. Wilayah hutan hujan ini mencakup sembilan negara, yakni Brasil, Kolombia, Peru, Venezuela, Ekuador, Bolivia, Guyana, Suriname, dan Guyana Prancis.
Sebelumnya sejumlah ahli kesehatan masyarakat telah mengingatkan bahaya yang terjadi jika wabah corona sampai ke Hutan Amazon. Selain masih minim akses ke fasilitas kesehatan, keberadaan suku adat di hutan itu juga terancam oleh penambang.
Puluhan ribu penambang emas mulai berdatangan ke Hutan Amazon pada tahun 1980-an. Sempat menjadi perhatian dunia sehingga sejumlah aktivitas penambangan akhirnya ditutup, beberapa tahun belakangan kegiatan itu kembali menggeliat.
Musababnya, Presiden Brasil Jair Bolsonaro telah mengeluarkan izin pertambangan untuk komersil. Keputusan Bolsonaro itu mendapat banyak kecaman oleh aktivis lingkungan dan masyarakat adat setempat.
Ihwal kasus virus corona yang menginfeksi warga adat, para pimpinan suku Yanomami menduga penularan itu terkait dengan kedatangan para penambang. Menurut laporan Al Jazeera, jumlah populasi Suku Yanomami sekitar 27 ribu.
Suku Yanomami dikenal memiliki adat menindik serta melukis bagian wajah. Sebagian besar hidup terpencil dari dunia luar hingga pertengahan abad ke-20. Komunitas adat ini pernah dilanda wabah penyakit campak dan malaria pada 1970-an.
Komunitas adat yang tinggal di Hutan Amazon itu rentan terhadap penyakit dari luar wilayah mereka. "Berkali lipat harus hati-hati, komunitas adat memiliki sedikit kontak dengan dunia luar," kata Menteri Kesehatan Brasil, Luiz Henrique Mandetta.
THE GUARDIAN | AL JAZEERA