Myanmar Mengambil Langkah Lockdown, Festival Thingyan Terimbas

Reporter

Antara

Editor

Ludhy Cahyana

Rabu, 8 April 2020 22:58 WIB

Festival Thingyan akan berlangsung 13-16 April, namun terancam batal karena Myanmar memberlakukan lockdown. Foto: @hero3872

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Myanmar akhirnya memutuskan akan menerapkan kebijakan karantina wilayah atau lockdown pada 10 hingga 19 April. Keputusan itu diambil, sebagai upaya mencegah penyebaran virus corona atau Covid-19.

Hal tersebut disampaikan pejabat Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Yangon, Rabu, 8 April 2020, "Pemilihan durasi tersebut adalah karena liburan Thingyan terjadwal selama tanggal yang dimaksud," kata Pelaksana Fungsi Penerangan dan Sosial Budaya KBRI Yangon, Sylvia Masri, kepada ANTARA.

Festival Thingyan disebut juga sebagai peringatan Tahun Baru Myanmar yang dirayakan selama empat hari, mulai 13 sampai 16 April setiap tahun. Festival budaya ini diwarnai dengan tradisi saling menyiram air, jalan dan tempat umum yang biasanya dipenuhi oleh masyarakat.

"Perintah lockdown pada masa liburan Thingyan dikeluarkan demi memastikan tidak ada masyarakat yang berkumpul agar dapat memperkecil risiko penyebaran Covid-19," imbuh Sylvia.

Dia juga menjelaskan bahwa sekolah di Myanmar ditutup hingga akhir April, tempat-tempat umum ikut ditutup atau dibatasi jam operasionalnya, dan "arahan itu secara umum dipatuhi oleh masyarakat."

Advertising
Advertising

Sementara di Mandalay, salah satu kota terbesar di Myanmar, kebijakan karantina wilayah telah diberlakukan mulai Selasa, 7 April hingga waktu yang ditentukan kemudian.

Myanmar melaporkan dua kasus infeksi virus corona pertama pada 23 Maret. Dua pasien adalah warga negara Myanmar yang masing-masing baru kembali dari Amerika Serikat dan Inggris. Hingga 7 April, terkonfirmasi sebanyak 22 kasus dengan tiga kematian.

Pemerintah negara itu mulai mengambil sejumlah langkah pencegahan lebih lanjut, di antaranya pada 25 Maret mengharuskan warga negaranya yang kembali dari perjalanan luar negeri untuk menjalani karantina di fasilitas kesehatan yang ditentukan.

Kemudian per 31 Maret hingga 14 April, penerbangan komersial internasional dari dan menuju Myanmar dihentikan, untuk mencegah kasus Covid-19 impor yang penularannya terjadi di luar negeri.

Selain itu, pada 2 April lalu, tiga kelompok etnis bersenjata di Myanmar juga berkontribusi dalam penanggulangan wabah Covid-19. Merekabersepakat untuk melakukan gencatan senjata selama satu bulan.

"Ketiga kelompok itu adalah Ta'ang National Liberation Army (TNLA), Myanmar Democratic Alliance Army serta Arakan Army (AA), yang baru-baru ini dinyatakan oleh pemerintah sebagai organisasi teroris," kata Sylvia.

Berita terkait

Kasus Covid-19 Meningkat, Sandiaga Uno tak Larang Wisatawan Singapura Masuk Indonesia

17 jam lalu

Kasus Covid-19 Meningkat, Sandiaga Uno tak Larang Wisatawan Singapura Masuk Indonesia

Sandiaga Uno menegaskan, tidak ada larangan warga Singapura untuk berwisata ke tanah air meskipun terjadi lonjakan covid-19 di negeri jiran tersebut

Baca Selengkapnya

Lonjakan Covid-19 di Singapura Dinilai Tidak Berdampak ke Indonesia, Imbas Capaian Vaksinasi

19 jam lalu

Lonjakan Covid-19 di Singapura Dinilai Tidak Berdampak ke Indonesia, Imbas Capaian Vaksinasi

Di saat fase pandemi telah berakhir, bukan berarti masyarakat terbebas dari terinfeksi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Covid-19 Melonjak di Singapura, Epidemiolog Ungkap Risiko Long Covid tapi Tidak Separah Varian Delta

20 jam lalu

Covid-19 Melonjak di Singapura, Epidemiolog Ungkap Risiko Long Covid tapi Tidak Separah Varian Delta

Epidemiolog Dicky Budiman mengatakan potensi chaos (kekacauan) bisa saja terjadi saat lonjakan kasus infeksi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Pakar: Mutasi Virus Makin Menular tapi Tidak Mematikan

1 hari lalu

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Pakar: Mutasi Virus Makin Menular tapi Tidak Mematikan

Pemerintah Singapura mengatakan perkiraan jumlah kasus Covid-19 meningkat hampir dua kali lipat pada Mei ini, sementara virus makin menular.

Baca Selengkapnya

Pemberontak Myanmar Rebut Wilayah Rakhine yang Dihuni Etnis Rohingya

1 hari lalu

Pemberontak Myanmar Rebut Wilayah Rakhine yang Dihuni Etnis Rohingya

Pemberontak Arakan Army menguasai wilayah Rakhine yang banyak dihuni warga Rohingya di Myanmar. Mereka membantah menargetkan Rohingya.

Baca Selengkapnya

Dharma Pongrekun Maju di Pilkada DKI Jalur Independen, Pernah Disorot Soal Covid-19 sebagai Rekayasa

2 hari lalu

Dharma Pongrekun Maju di Pilkada DKI Jalur Independen, Pernah Disorot Soal Covid-19 sebagai Rekayasa

Pernyataan Dharma Pongrekun pernah kontroversi saat pandemi Covid-19 karena menurutnya hasil konspirasi dan rekayasa. Kini, ia maju Pilkada DKI.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Tengah Waspada FLiRT Subvarian Covid-19 Baru

2 hari lalu

Amerika Serikat Tengah Waspada FLiRT Subvarian Covid-19 Baru

Data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, subvarian Covid-19 dari SARS-CoV-2 disebut FLiRT kini menjadi varian dominan di AS.

Baca Selengkapnya

Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

2 hari lalu

Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

Pemerintah telah merevisi kebijakan impor menjadi Peraturan Menteri Perdagangan atau Permendag Nomor 8 Tahun 2024. Wamendag sebut alasannya.

Baca Selengkapnya

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

2 hari lalu

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

OJK mengungkap prediksi kredit bermasalah perbankan.

Baca Selengkapnya

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

5 hari lalu

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

Berasal dari kalangan biasa, Lawrence Wong mampu melesat ke puncak pimpinan negara paling maju di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya