Peringati Jumenengan, Keraton Yogya Pamerkan Busana Kebesaran

Minggu, 8 Maret 2020 20:16 WIB

Sultan Hamengkubuwono IX bersama pembesar Jepang di Istana Merdeka, Jakarta, 1942. Dok. Museum Hamengku Buwono IX Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat

TEMPO.CO, Yogyakarta -Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X genap jumenengan, atau bertahta selama 32 tahun menurut tarikh Jawa atau 31 tahun berdasar tarikh Masehi pada Maret 2020 ini.

Dalam peringatan itu, digelar pula pameran busana kebesaran bertajuk Abalakuswa: Hadibusana Keraton Yogyakarta di Bangsal Pagelaran Keraton Yogyakarta. Pameran akan berlangsung sejak 8 Maret hingga 4 April 2020.

Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu Ketua Panitia Tingalan Jumenengan Dalem menuturkan, peringatan ini menjadi tahun yang monumental bagi Keraton Yogyakarta, untuk kembali merefleksikan perjalanan 32 tahun dari sebuah kekuasaan yang mewarnai peradaban.

"Melalui busana, mozaik peradaban dari Keraton Yogyakarta juga dapat disusun dan dinarasikan kembali sebagai kekayaan intelektual budaya," ujar GKR Hayu, pada Sabtu 7 Maret 2020.

Abalakuswa berarti rangkaian busana kebesaran. Tajuk ini dipilih menjadi roh dari pameran yang erat dengan rekam jejak kekuasaan. Selain itu, busana juga menjadi ruang ekspresi politik bagi setiap periode kekuasaan. Bahkan para bangsawan menggunakan busana sebagai penentu identitas dan strata sosial.

Advertising
Advertising

Kondisi ini kerap ditemui di Dalem-dalem Pangeran pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VI hingga VIII yang memiliki kreativitas luas dalam mengembangkan motif batik. Di Keraton, motif batik sebagai tanda kebesaran seorang raja, seperti Parang Rusak Barong, cenderung baku dan bersifat stagnan. Sementara para pangeran memberi nuansa lain pada motif parang sehingga lahirlah varian motif parang yang beraneka ragam.

Dari kiri: GKR Condro Kirono, GKR Pembayun, dan GRAJ Nur Astuti Wijareni, mementaskan repertoar tari berjudul Bedaya Amurwabumi karya Sri Sultan Hamengkubuwono X di Dalem Yudhaningratan Yogyakarta, Senin, 4 Oktober 2010. Dok. TEMPO/Arif Wibowo

Dalam bidang seni pertunjukan, terdapat pula perubahan utamanya dalam pakaian tari. Pada saat menari dalam acara resmi, penari bedhaya mulanya berbusana dodot -- dengan bahu terbuka. Pada masa Sri Sultan Hamengkubuwono VII, busana dodot berubah menjadi rompi dengan hiasan jamang dan bulu kasuari.

Beragam sejarah dan peristiwa terekam dalam busana di Keraton Yogyakarta. Melalui pameran busana kali ini, para pengunjung diharapkan dapat melihat kembali sejarah panjang dari peradaban Keraton Yogyakarta, yang awalnya berdiri di atas wilayah bernama Pacetokan.

Di samping itu, harapannya masyarakat dapat menyelami identitas budaya khas Yogyakarta melalui rupa-rupa busana. Jam kunjung ke pameran akan dibuka setiap hari Senin-Minggu dengan waktu kunjungan Senin-Kamis: 09.00-16.00 serta Jumat, Sabtu, Minggu pada pukul 09.00-21.00 WIB.

Adapun tiket masuk ke venue pameran sebear Rp 5,000. Perhelatan pameran ini, juga akan diisi degan serangkaian workshop batik, berbusana Jawa, dan diskusi seputar tema terkait Busana dan Peradaban di Keraton Yogyakarta.

Selain itu, juga akan digelar pementasan Beksan Trunojoyo pada 25 Maret dan wayang Wong Purwo pda 4 April 2020. Kedua perhelatan ini, juga terbuka untuk masyarakat umum hanya dengan membeli tiket masuk ke venue pagelaran saja.

Sedangkan dalam sambutannya pada pembukaan Tingalan Dalem, Sabtu petang, 7 Maret 2020, di Keraton Yogyakarta, Sultan yang juga Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), mengungkap melalui pameran busana itu akan mengungkap matra busana tradisional Keraton Yogyakarta.

Tari Beksan Guntur Segara merupakan salah satu tari klasik Gaya Yogyakarta yang diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I. Berkisah tentang Panji, yang menggambarkan peperangan antara Raden Guntur Segara melawan Raden Jayasusena. TEMPO/Pribadi Wicaksono

"Pameran ini merekam jejak sejarah akulturasi peradaban dengan wastra Eropa, yang mewarnai life data-style kita," ujar Sultan. Menurut Sultan, banyak filosofi dan ajaran kehidupan yang terkandung dalam wastra Keraton yang memiliki denyut aktualitas.

Kini, ujar Sultan, Keraton sedang menata diri memasuki era digitalisasi. Demikian juga terhadap warisan busana serta naskah-naskahnya agar terbaca dan dikenal generasi milenial.

PRIBADI WICAKSONO

Berita terkait

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

11 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Mengantre dari Pagi Demi Bisa Salami Sultan HB X Saat Open House

13 hari lalu

Ribuan Warga Mengantre dari Pagi Demi Bisa Salami Sultan HB X Saat Open House

Ribuan warga tampak berbaris mengular untuk bertemu Sultan HB X untuk open house sejak pagi hingga jelang tengah hari, Selasa 16 April 2024

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

15 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

17 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.

Baca Selengkapnya

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

26 hari lalu

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.

Baca Selengkapnya

Kisah Pencak Silat Merpati Putih, Bela Diri Keluarga Keraton yang Dibuka ke Masyarakat Umum

27 hari lalu

Kisah Pencak Silat Merpati Putih, Bela Diri Keluarga Keraton yang Dibuka ke Masyarakat Umum

Sejumlah teknik dan jurus pencak silat awalnya eksklusif dan hanya dipelajari keluarga bangsawan. Namun telah berubah dan lebih inklusif.

Baca Selengkapnya

Tak Beri Wejangan Khusus soal Kemenangan Prabowo-Gibran, Sultan HB X: Semoga Sukses Jalankan Tugas

39 hari lalu

Tak Beri Wejangan Khusus soal Kemenangan Prabowo-Gibran, Sultan HB X: Semoga Sukses Jalankan Tugas

Gubernur DIY Sultan HB X turut memberi selamat kepada Prabowo-Gibran atas kemenangan pemilu presiden 2024.

Baca Selengkapnya

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

47 hari lalu

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

48 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

48 hari lalu

Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

Keraton Yogyakarta selama ini masih intens menggelar upacara adat untuk mempertahankan tradisi kebudayaan Jawa.

Baca Selengkapnya