Pesta Warna-Warni di Danau Yuncheng, Dulunya Memicu Perang
Reporter
Non Koresponden
Editor
Ludhy Cahyana
Jumat, 29 November 2019 14:23 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Danau Yuncheng menjadi keajaiban warna warni alam sebagaimana halnya Danau Kelimutu di Kabupaten Ende, Pulau flores, Nusa Tenggara Timur. Lanskap Danau Yucheng memiliki warna merah darah, hijau mengkilap, dan nila.
Namun di musim dingin, pertemuan garam dan hawa dingin menciptakan dinamika lain: warna-warni itu disepuh putih es, membentuk pahatan kristal garam.
Seperti dari dunia dongeng, pahatan-pahatan itu menciptakan bentuk-bentuk unik. Danau Garam Yuncheng di Tiongkok Utara itu memiliki kandungan natrium sulfat terbesar ketiga di dunia. Ia berfungsi sebagai salah satu sumber garam paling penting di Tiongkok.
Terletak di Provinsi Shanxi, Cina Utara, danau ini telah menyediakan garam bagi penduduk setempat selama ribuan tahun. Sejarawan menemukan bukti penambangan garam pertama di Danau Yuncheng dimulai setidaknya 4.000 tahun yang lalu. Bahkan manusia telah tinggal di sekitar danau sebelum mereka mengenal kegunaan garam.
Danau itu menyumbang seperempat dari total produksi garam Cina dari abad ketujuh hingga ke-10. Garam pula yang membuat Kota Yuncheng sebagai pusat administrasi yang penting. Kesejahteraan dari garam itu juga mendorong serangkaian perang untuk menguasai danau dan bisnis pengangkutan garamnya yang menggiurkan.
Kelekatan penduduk dengan garam itu berwujud penyembahan kepada para dewa yang terhubung dengan garam. Kuil pun dibangun untuk memuja mereka.
Mengingat peran penting garam dalam pengembangan masakan Cina — pengasapan dengan garam menjadi metode pengawetan makanan yang umum. Sisa-sisa makanan yang memfosil ditemukan pula dalam makam-makam bersejarah di sekitar Danau Yuncheng.
Tapialasan utama wisatawan datang ke danau itu, bukan karena kesejarahannya. Mereka terpesona dengan genangan air yang dijuluki "Laut Mati Cina."
Di musim panas, danau itu terlihat seperti sekotak permata yang ditumpahkan dari langit. Hal ini disebabkan oleh mekarnya alga Dunaliella Salina -- spesies unik yang tahan garam yang menciptakan warna biru dan hijau di air bergaram. Ia bisa mengubah warna merah cerah dalam salinitas tinggi dan panas. Alga sejenis itupula yang diduga menyebabkan Danau Retba di Senegal, berwarna merah.
Dari atas, warna-warna ini menutupi lanskap seperti selimut bercahaya, dibagi oleh garis abu-abu aspal kecil dari punggung garam dan jalan raya. Dunaliella Salina juga digunakan sebagai pewarna dalam industri-kosmetik.
Pada musim dingin, warna-warna itu tertahan oleh warna putih es. Garam dan es membentuk struktur kristal di permukaan danau. Struktur seperti karang itu sebenarnya mirabilite, juga disebut garam glauber, sejenis natrium sulfit yang tumbuh tebal, seperti kristal kuarsa dalam suhu di bawah minus lima derajat Celcius.
Setiap musim panas dan musim dingin, pengunjung, termotivasi untuk datang karena kecintaannya terhadap fotografi dan alam yang instagenik. Tidak seperti Laut Mati di wilayah Timur Tengah, yang dipenuhi dengan klorida yang tak memungkinkan adanya kehidupan.
Sebaliknya danau garam Yuncheng berbasis sulfat, yang memungkinkan menjaga ekosistem. Burung-burung terutama flamingo kerap didapati di danau itu.