Batik Fashion Fair, Gerakan Melawan Fast Fashion

Reporter

Ludhy Cahyana

Editor

Ludhy Cahyana

Kamis, 21 November 2019 11:00 WIB

Perajin menjemur kain batik di industri batik rumahan di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu 19 Juni 2019. Menurut salah seorang perajin, permintaan seragam batik sekolah untuk tahun ajaran baru meningkat sebesar sekitar 25 persen daripada hari biasa, dengan harga jual kain batik berkisar Rp25.000 per meter. ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra

TEMPO.CO, Jakarta - Perhelatan Batik Fashion Fair 2019 menginjak tahun keempat. Debindo Mitra Tama bekerja sama dengan asosiasi-asosiasi di bidang fashion, bakal menampilkan tema besar suistanable fashion. Pameran batik di pengujung tahun itu digelar di Grand City Surabaya, 27 November-1 Desember. Pameran ini tak hanya menampilkan batik, namun juga kain tenun, aksesoris, dan berbagai pernak-pernik fashion.

“Industri fashion nasional harus memulai suistanable fashion, karena kita dituduh negara-negara lain sebagai penyumbang sampah tekstil terbesar. Padahal merekalah yang mengirim sampah tekstil kemari dengan harga murah, lalu kita semua dengan senang hati membelinya,” ujar Dibya Hody dari Indonesian Fashion Chamber (IFC).

Hal tersebut dikemukakan Dibya dalam konferensi pers Batik Fashion Fair 2019, di Hotel Kepi, Surabaya, Rabu (20/11). Dibya menyoroti, tekstil Indonesia sebenarnya telah ramah lingkungan sejak dulu kala. Bahkan nenek moyang mengajari, bagaimana kain tenun dan batik dibuat dari bahan-bahan alami, yang larut dan diserap alam saat dibuang.

Nenek Panggau memintal benang untuk bahan kain tenun ikat Toraja di Tongkonan Tobaran, Saddan, Toraja Utara, Sulawesi Selatan, 2 Januari 2018. Nenek Panggau yang telah berusia 90 tahun, merupakan satu-satunya generasi kedua pemintal benang di desa Saddan yang masih tersisa sebagai pengrajin tenun ikat khas Toraja. Foto: Iqbal lubis

“Saat ini batik printing, baju murah, dan plastik membanjiri industri tekstil. Harus ada penyadaran terhadap para pelaku,” ujarnya. Sejatinya, Kementerian Perdagangan telah melarang impor pakaian bekas melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015 tentang Larangan Impor Pakaian Bekas. Selain merusak industri dalam negeri, pakaian bekas terbuat dari polyester (polister), serat kain yang dibuat dari minyak bumi, yang juga menjadi bahan baku plastik.

Advertising
Advertising

Dibya mengingatkan, yang berbahaya dari plastik adalah debunya. Bila terhirup atau dibuang di sungai dan dimakan ikan, lalu dikonsumsi manusia, artinya ada jejak plastic dalam tubuh, “Butuh waktu 200 tahun untuk bisa terurai. Maka tak aneh sekarang penyakit seperti kanker sangat banyak ditemukan,” papar Dibya.

Ia mengingatkan sudah saatnya industri fashion tampil dengan fashion yang berkelanjutan dan sebisa mungkin zero waste alias tanpa sampah. Sisa-sisa tekstil pun bisa dimanfaatkan.

Senada dengan Dibya, Siska Sumartono dari Perkumpulan Pengusaha Bordir Jawa Timur (Persadir) mengemukakan, bahwa gaya hidup fast fashion dengan membeli tekstil murah membuat industri tekstil berprilaku tak ramah lingkungan, “Sesuatu yang murah, selalu ada yang dikorbankan. Anda membeli baju Rp70.000 tentu bahannya dari polister. Baju murah tentu cepat lari dan cepat pula rusak, yang akhirnya dibuang,” ujar Siska.

Prilaku konsumen yang terus menerus membeli baju murah, tentu menguntungkan pabrik yang juga terus berproduksi karena laris. Bisa dibayangkan kuantitas limbahnya.

Ia mencontohkan, batik printing yang bahannya dari polister bila dibandingkan dengan batik cap atau batik tulis, “Jelas lebih ramah lingkungan,” ujarnya. Siska mengatakan, konsumen bisa memulai gerakan ramah lingkungan dengan memodifikasi kembali baju-baju di lemari mereka. “Baju yang tak dipakai lagi bisa dimodifikasi agar tampil trendi lagi,” paparnya.

Dwi (35 tahun, kanan) mengukur lempengan tembaga yang akan dipotong dan dirakit menjadi stempel tembaga untuk batik di Kampung Jongke, Kecamatan Laweyan, Solo, Jawa Tengah, Senin (18/3). Para pengrajin mengakui permasalahan utama adalah semakin berkurangnya minat generasi muda meneruskan kerajinan berbahan tembaga yang rumit namun dibayar minim ini. TEMPO/Suryo Wibowo

Pada Batik Fashion Fair 2019, Persadir berencana mengadakan talkshow dan workshop memodifikasi pakaian lama, agar tampil baru lagi, “Limbah kain tenun dan batik, bisa dimanfaatkan untuk membuat aksesoris,” imbunya lagi.

Dengan demikian suistanable fashion tak hanya dilakukan dalam skala industri, tetapi juga skala individu. Sampah tekstil sama mengkhawatirkannya dengan sampah plastik, sehingga suistanable fashion sangat penting.

Meraup Segala Segmen

Suistanable fashion tak selalu mahal,” ujar Direktur Debindo Mediatama Budiono. Ia meyakinkan hal tersebut akan ada dalam Batik Fashion Fair. Batik dan kain tenun yang mahal berharga jutaan akan tampil dalam perhelatan itu, namun Budi juga mengingatkan batik tulis dan cap dengan harga seratusan ribu juga tampil.

Dengan demikian masyarakat bisa memilih produk tekstil, dari sisi harga, kualitas, hingga model. Dengan demikian, citra batik mahal bisa terbantahkan. Selama ini ada anggapan batik tulis itu mahal.

Siska Sumartono (ketiga dari kiri) menunjukkan pakaian yang dimodifikasi dari baju lama, agar tambil modis. Persadir akan hadir memberi workshop dan takshow mengenai suitanable fashion dalam Batik Fashion Fair yang digelar Debindo Mediatama, 27 November-1 Desember di Grand City Surabaya. TEMPO/Ludhy Cahyana

“Jadi citra pameran batik di Grand City tak sepenuhnya benar. Dengan menggunakan batik cap dan tulis, serta produk tenun, warga bisa berpartisipasi dalam gerakan suistanable fashion,” ujar Budi.

Sebagai penyelenggara, Debindo Mitratama, juga memiliki tanggung jawab mendukung gerakan fashion yang berkelanjutan. Dengan memberi ruang kepada asosiasi, dalam mensosialisasikan produk tekstil atau fashion yang ramah lingkungan.

Berita terkait

Angkat Tenun Bima, Festival Rimpu Mantika jadi Daya Tarik Turis Mancanegara

6 hari lalu

Angkat Tenun Bima, Festival Rimpu Mantika jadi Daya Tarik Turis Mancanegara

Festival Rimpu Mantika tidak hanya pawai semata, selain tradisi busana, juga disuguhkan kekayaan keindahan budaya Bima dan ekonomi kreatif.

Baca Selengkapnya

Pawai Rimpu Mantika di Bima Diikuti Puluhan Ribu Peserta, Ada Fashion Show

6 hari lalu

Pawai Rimpu Mantika di Bima Diikuti Puluhan Ribu Peserta, Ada Fashion Show

Pawai rimpu merupakan acara puncak dari Festival Rimpu Mantika Kota Bima 2024.

Baca Selengkapnya

Mengenal Kain Tenun Bima, Ada Tembe Mee yang Dipercaya Bisa untuk Pengobatan Penyakit Kulit

6 hari lalu

Mengenal Kain Tenun Bima, Ada Tembe Mee yang Dipercaya Bisa untuk Pengobatan Penyakit Kulit

Kain tenun Bima yang sudah ada sejak sebelum Islam masuk ke Bima ini memiliki ciri khas, misalnya warna hitam pada tenun Donggo.

Baca Selengkapnya

Tanggapan Walhi Jatim Terhadap Banjir di Kota Surabaya Sepanjang 2024

7 hari lalu

Tanggapan Walhi Jatim Terhadap Banjir di Kota Surabaya Sepanjang 2024

Pada 2024, Kota Surabaya menjadi salah satu wilayah di Jawa Timur yang merasakan langsung dampak banjir. Walhi Jatim beri tanggapan.

Baca Selengkapnya

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

10 hari lalu

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, mendukung rencana pagelaran fashion show oleh Dian Natalia Assamady bertajuk "Keindahan Karya Kain. Tenun dan Batik Ku Indonesia".

Baca Selengkapnya

Buka Rakernis di Surabaya, Kadiv Humas Polri: Kepercayaan Masyarakat adalah Harga Mati

11 hari lalu

Buka Rakernis di Surabaya, Kadiv Humas Polri: Kepercayaan Masyarakat adalah Harga Mati

Kadiv Humas Polri Irjen Sandi Nugroho mengatakan, ke depan bakal banyak tantangan yang akan dihadapi polisi dan masyarakat.

Baca Selengkapnya

Rekomendasi Hotel Bintang 5 di Surabaya

11 hari lalu

Rekomendasi Hotel Bintang 5 di Surabaya

Surabaya sering kali menjadi tujuan utama bagi para wisatawan. Dalam mencari tempat menginap yang sempurna, hotel bintang 5 bisa menjadi pilihan yang tepat untuk mendapatkan pengalaman menginap yang nyaman dan mewah.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

11 hari lalu

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenakan kain batik pada hari terakhirnya di Washington DC, Amerika Serikat, 21 April kemarin.

Baca Selengkapnya

Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

15 hari lalu

Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

Kota Lama Semarang hingga Taman Lele, Semarang tak pernah kehabisan destinasi wisata.

Baca Selengkapnya

Risma Memberikan Kuliah Umum di Universitat Hamburg Jerman

15 hari lalu

Risma Memberikan Kuliah Umum di Universitat Hamburg Jerman

Menteri Sosial, Tri Rismaharini, mendapat sambutan hangat saat memberikan kuliah umum di Asien-Afrika Institut, Universitt Hamburg, Jerman.

Baca Selengkapnya