Melihat Ritual Langka Tari Sanghyang Dedari dari Balik Museum

Reporter

Ludhy Cahyana

Editor

Ludhy Cahyana

Rabu, 13 November 2019 08:00 WIB

Patung bocah perempuan yang memperagakan gerakan Tari Sanghyang Dedari berada di tengah Museum Sanghyang Dedari Giri Amertha. TEMPO/Ludhy Cahyana

TEMPO.CO, Karangasem - Tari Sanghyang Dedari, bukanlah pertunjukan yang bisa disaksikan sewaktu-waktu. Tarian ini hanya diadakan setahun sekali, dengan ritual yang sangat panjang. Bahkan, menyaksikannya tak bisa semua orang.

Saat tarian ini dipentaskan pada malam hari, enam hingga tujuh penari tampil -- biasanya salah satunya gagal -- melanjutkan penampilannya. Mereka dalam keadaan dirasuki roh Sanghyang Dedari.

Para penampil itu adalah bocah-bocah perempuan yang belum akil balig atau belum menstruasi. Mereka menjadi bidadari untuk wahana merasuknya Sang Hyang Dedari. Mereka yang dalam keadaan trans itu, lalu menarikan tarian yang menirukan gerakan padi di sawah.

Tarian yang lebih kepada ritual pemujaan terhadap bumi ini memang langka. Dulu, pada abad ke-8, tarian ini dilaksanakan di setiap desa di Bali. Lalu punah, karena memerlukan komunitas pemain gamelan yang khusus, para penari yang khusus pula, dan tembang yang hanya diajarkan lewat penuturan.

Akibatnya, ketika penuturan itu salah, maka yang terjadi tembang atau mantra pemanggil Sang Hyang Dedari pun turut keliru dan ritual pun gagal, “Untuk merekonstruksi, saya harus mewawancarai banyak kepala desa adat dan melihat manuskripnya di Leiden, Belanda, dalam bahasa latin. Lalu menyusunya menjadi bahasa Bali Kuno atau Sansekerta,” ujar Saraswati Putri peneliti Tari Sanghyang Dedari.

Advertising
Advertising

Ritual saat soft launching Museum Shangyang Dedari Giri Amertha. Dok. FIB UI

Rekonstruksi dari titik nol atau menyambung mosaik yang tercerai berai, memang membutuhkan keuletan dan keteguhan hati. Untuk melestarikan tarian ini, dibangunlah Museum Sanghyang Dedari Giri Amertha yang menghabiskan biaya Rp441 juta, atas bantuan Universitas Indonesia dan swadaya masyarakat. Pada 12 November, Museum Sanghyang Dedari Giri Amertha dipublikasikan secara resmi melalui soft launching.

Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) yang terdiri atas Dosen Filsafat FIB UI Saraswati Putri dan Dosen Arkeologi Ali Akbar, berkolaborasi dengan Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI (DRPM UI) serta Masyarakat Adat Geriana Kauh meresmikan museum tersebut pada Selasa (12/11) di Desa Adat Geriana Kauh, Karangasem, Bali. Peresmian dihadiri oleh Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumantri, Kasubdit Riset RPM UI Dede Djuhana, Dekan FIB UI Adrianus L.G Woworuntu, serta Ketua Desa Adat Nyoman Subratha.

Museum berbasis komunitas, dengan luas bangunan berkisar 100 meter persegi ini berdiri di tengah Desa Adat Geriana Kauh yang asri, hijau dan sarat akan budaya. Desa setempat dikenal sebagai desa dengan sawah padi organik yang menawan. Dengan pemandangan Gunung Agung yang gagah.

Tari Sanghyang Dedari tak bisa dilihat setiap waktu ataupun dipublikasikan dengan mudah. Museum ini memberi gambaran yang jelas mengenai tarian langka itu. TEMPO/Ludhy Cahyana

Museum tersebut menjadi pusat dokumentasi Tari Sang Hyang Dedari baik itu foto, tulisan, maupun tayangan audio visual serta lontar berisi nyanyian Tari Sang Hyang Dedari. Pendirian Museum telah dimulai pada 30 Oktober 2016 dan fisik museum telah tuntas diselesaikan pada akhir November 2018. Pengerjaan Museum sempat terhenti akibat diterpa bencana meletusnya Gunung Agung pada September 2017. Namun, bangunan tetap berdiri kokoh dan penataan interior serta diorama yang menampilkan Tarian Sang Hyang Dedari dan kebudayaan lainnya tetap dilanjutkan.

Tari Sang Hyang Dedari merupakan tarian sakral yang telah ditetapkan oleh Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO) sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia. Saat ini, Desa Adat Geriana Kauh menjadi satu-satunya Desa di Bali yang secara konsisten menjalankan praktik ritual menyambut panen “Tari Sanghyang Dedari”.

Saraswati dan tim telah terjun langsung ke Desa Adat tersebut sejak tahun 2016, untuk memahami, berafeksi dan berinteraksi dengan masyarakat setempat. Saraswati menambahkan, “Kami melihat bahwa masyarakat Desa Adat Geriana Kauh menyadari akan pentingnya melestarikan warisan budaya leluhur mereka. Untuk itu, kami menggagas pendirian museum ini sehingga dapat menopang keberadaan Tari Sang Hyang Dedari. Usai peluncuran, Museum yang kami dirikan ini akan kami serahkan kepada masyarakat,” ujar Saras.

Dengan demikian bangunan tersebut menjadi milik komunitas yang nantinya akan dijalankan untuk kepentingan warga desa. FIB UI mengarahkan warga adat setempat untuk dapat mempertahankan tradisi mereka sehingga ke depannya diharapkan Desa Adat Geriana Kauh dapat menjadi pusat ekowisata desa.

Pakaian yang digunakan penari Sanghyang Dedari. TEMPO/Ludhy Cahyana

Tidak sebatas membangun dan mengisi Museum, Tim Pengmas FIB UI juga turut meningkatkan kapasitas masyarakat, dengan memberikan edukasi pengelolaan museum sehingga masyarakat setempat dapat menjalankan operasional muesum secara swadaya dan profesional.

Selain itu, Tim Pengmas juga membagikan ilmu mitigasi bencana. Pengetahuan ini menjadi sangat krusial mengingat Desa Adat Geriana Kauh berlokasi di kawasan rawan bencana, khususnya dari ancaman lahar serta awan panas letusan api Gunung Agung. Diharapkan, aksi nyata Tim Pengmas FIB UI di dalam membangun kapasitas dan kemandirian kelompok dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. LUDHY CAHYANA

Berita terkait

Mengenal Blayag, Ketupat ala Bali dengan 15 Lauk

57 hari lalu

Mengenal Blayag, Ketupat ala Bali dengan 15 Lauk

Selain untuk dikonsumsi sehari-hari, blayag yang mirip ketupat ini sering digunakan pada upacara adat.

Baca Selengkapnya

11 Tari Bali yang Populer Beserta Makna dan Sejarahnya

18 November 2023

11 Tari Bali yang Populer Beserta Makna dan Sejarahnya

Tari Bali dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu tari wali, tari bebali, dan tari balih-balihan.

Baca Selengkapnya

Gelombang Tinggi Laut Geber Selat Badung Bali Mulai Besok hingga 1 Oktober

28 September 2023

Gelombang Tinggi Laut Geber Selat Badung Bali Mulai Besok hingga 1 Oktober

Masyarakat umum, nelayan dan pelaku wisata bahari waspadai potensi gelombang tinggi.

Baca Selengkapnya

Riwayat Berdirinya Museum Lontar Sebagai Wisata Edukasi di Karangasem, Bali

10 Juli 2023

Riwayat Berdirinya Museum Lontar Sebagai Wisata Edukasi di Karangasem, Bali

Museum Pustaka Lontar Dukuh Penaban di Karangasem, Bali, cocok untuk wisata edukasi. Simak riwayat berdirinya museum sederhana ini.

Baca Selengkapnya

Petir Menyambar Rumah di Karangasem Bali, Satu Ternak Mati

5 April 2023

Petir Menyambar Rumah di Karangasem Bali, Satu Ternak Mati

Terdapat potensi kejadian petir yang tinggi di atas daerah Karangasem di bagian timur Pulau Bali saat kejadian.

Baca Selengkapnya

Lebih dari 807 Kali, Gempa Terasa Menggoyang Sepanjang Tahun Ini

30 Desember 2022

Lebih dari 807 Kali, Gempa Terasa Menggoyang Sepanjang Tahun Ini

Jumlah gempa yang bisa dirasakan itu tak sampai 10 persen dari total kejadian gempa di Indonesia sepanjang 2022. Sebagian dari zona sesar tak dikenal

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno Berita Kemarin: Gempa Bali, Gempa Cianjur, WhatsApp

16 Desember 2022

Top 3 Tekno Berita Kemarin: Gempa Bali, Gempa Cianjur, WhatsApp

Top 3 Tekno Berita Kemarin, Kamis 15 Desember 2022, didominasi artikel gempa terkini yang bisa dirasakan dan update susulan dari Bali dan Cianjur.

Baca Selengkapnya

BMKG: Sudah 417 Gempa Susulan di Cianjur , 86 di Bali

15 Desember 2022

BMKG: Sudah 417 Gempa Susulan di Cianjur , 86 di Bali

BMKG mencatat gempa bumi susulan masih terus terjadi di 2 titik yaitu Cianjur, Jawa Barat dan Karangasem, Bali.

Baca Selengkapnya

Gempa Terkini dari Bali: 62 Kali Susulan, 34 Rumah Rusak

14 Desember 2022

Gempa Terkini dari Bali: 62 Kali Susulan, 34 Rumah Rusak

Gempa-gempa masih terjadi dari Karangasem, Bali, pascagempa Magnitudo 5,2 yang terjadi pada Selasa sore, 13 Desember 2022.

Baca Selengkapnya

Info Gempa Terkini BMKG: Susulan dari Karangasem, juga Cianjur

14 Desember 2022

Info Gempa Terkini BMKG: Susulan dari Karangasem, juga Cianjur

BMKG mencatat gempa terkini yang getarannya bisa dirasakan terjadi dari Karangasem, Bali, juga dari Cianjur, Jawa Barat.

Baca Selengkapnya