Gara-Gara Ponsel, Jualan Wisata Seni Batu Badui Kian Mudah

Senin, 11 November 2019 21:22 WIB

Gurun Wadi Rum di selatan Amman, Yirdania, situs warisan budaya UNESCO yang menyimpan seni pahatan batu. Jeremy Horner/Lightrocket/Getty Images

TEMPO.CO, Jakarta - Film epik macam Star Wars dan The Mars berterima kasih kepada Gurun Wadi Rum. Semesta gurun ini membuat gambaran galaksi mendekati kenyataan. Tanahnya yang memerah sangat mirip dengan Planet Mars. Sementara perbukitan dan tebingnya seperti visual planet di galaksi antah berantah.

Namun pesona sesungguhnya gurun itu, tak sebatas lanskap yang indah. Di sela-sela bebatuan yang tersembunyi tersimpan pahatan dari masa ribuan tahun silam. Gurun yang dijuluki Lembah Bulan atau Valley of The Moon, itu harus mempertahankan seni ukir batu cadasnya dari erosi akibat cuaca ekstrem, vandalism, penjarahan, dan bahkan wisatawan.

Repotnya, belum ada upaya besar untuk mendokumentasikan seni ini dengan benar. Dengan begitu artefak-artefak yang kaya sejarah ini perlahan-lahan memudar dan hilang dari memori rakyat Yordania.

Namun kini kolaborasi antara non-government organization dan warga Suku Badui mulai membuahkan hasil. Saat para pemuda Badui itu menjelajahi Wadi Rum dan menemukan seni pahat batu, mereka akan segera memotretnya. Menandai lokasinya dengan bantuan Global Position System (GPS). Lalu menandainya dengan geotag. Dengan begitu semua happy. Penemu senang, peneliti mendapat pasokan baru, dan wisatawan gembira.

Ahli geografi dari Arizona State University, Kaelin Groom, menjelaskan bahwa beberapa seni cadas di Wadi Rum berusia hingga 5.000 tahun. Dok. USAID

Advertising
Advertising

Aplikasi untuk menjaja objek wisata ini memang sangat membantu. Terutama, orang-orang Badui memiliki alat untuk membuat atlas digital dari kisah leluhur mereka, memberdayakan mereka untuk mencegah warisan budaya mereka menghilang ke ditelan pasir.

Ahli geografi dari Arizona State University, Kaelin Groom, menjelaskan bahwa beberapa seni cadas di Wadi Rum berusia hingga 5.000 tahun. Serta memuat uraian-uraian kaum Thamudik — istilah yang diberikan pada teks-teks di wilayah kuno yang kurang dipahami — ukiran-ukiran ini sering menggambarkan fauna yang tidak lagi hidup di Yordania, termasuk burung unta, singa, oryx, ibex, dan hyena.

Bahkan, guratan-guratan yang jadi objek wisata itu diceritakan dengan keliru oleh pemandu wisata dari Suku Badui. Mereka hanya bermodal dari cerita turun temurun yang menghibur. Groom mencatat bahwa pekerjaan arkeologis pernah dilakukan di daerah itu sebelumnya, namun tak mendapat sambutan yang baik dari penduduk setempat.

Pada tahun 2005, Niccole Cerveny , seorang profesor geografi di Mesa Community College di Arizona, selama studi penelitiannya di Gurun Wadi Rum, menciptakan Indeks Stabilitas Seni Batu (RASI). Aplikasi itu membantu masyarakat setempat untuk memahami apa yang perlu dilindungi.

Cara kerjanya begini: saat warga Suku Badui menemukan seni pahat cadas, ia membuat sketsa atau memotretnya. Kemudian mencatat koordinat GPS-nya. Lalu mulai mengisi seperti angka 0 untuk tidak ada kerusakan dan angka 3 bila ada kerusakan. Agar makin sahih penilaian tersebut, dibandingkan dengan orang lain yang menilai kualitas pahatan itu. Lalu computer menganalisisnya seberapa bagus atau rusak suatu pahatan.

RASI dapat digunakan oleh siapa saja dengan pelatihan dasar dan tanpa keahlian khusus yang diperlukan sebelumnya. "Itulah mengapa sangat efektif," kata Groom. Menurut Groom, inilah kegunaan ekowisata, yang melibatkan komunitas untuk melestarikan alam dan budaya.

Warga Badui sedang memperoleh pelatihan untuk memasukkan data pahatan batu ke dalam RASI. Foto: Kaelin Groom/Atlas Obscura

RASI datag pada saat yang tepat. Secara kebetulan, pada tahun 2015, orang-orang Badui mulai memiliki ponsel cerdas. Mereka mulanya menolak ponsel itu, dengan alasan ponsel Nokia mereka memiliki ketahanan baterai yang luar biasa. Namun, ponsel mampu membuat mereka mengakses media sosial, dan tentu saja membuat pekerjaan mereka menawarkan pariwisata menjadi lebih mudah. Apalagi ponsel juga memiliki GPS dan kamera, dengan begitu RASI bisa bekerja dengan baik tanpa menggunakan banyak alat.

Dengan aplikasi RASI, warga Badui bisa menunjukkan spot-spot terunik atauun terbaru bagi wisatawan. Mereka pun mampu menceritakan detailnya, dengan pemahaman arkeologis yang didapatkan dari para ahli purbakala. Inilah yang membuat Wadi Rum kian menarik, bukan hanya embel-embel lokasi syuting. Tapi jauh di gurun tebihm celah batu, terdapat peninggalan sejarah yang harus dilestarikan.

Berita terkait

1.500 Orang Badui Jalani Ritual Seba di Serang

2 hari lalu

1.500 Orang Badui Jalani Ritual Seba di Serang

Ritual Seba merupakan tradisi masyarakat adat Suku Badui, sebagai wujud rasa syukur atas hasil panen yang berlimpah.

Baca Selengkapnya

Tradisi Seba Badui Digelar 16-19 Mei 2024 di Rangkasbitung, Ditargetkan Didatangi 1,5 Juta Wisatawan

14 hari lalu

Tradisi Seba Badui Digelar 16-19 Mei 2024 di Rangkasbitung, Ditargetkan Didatangi 1,5 Juta Wisatawan

Seba Badui dilakukan dengan memberikan hasil pertanian ladang selama setahun kepada pemerintah daerah sebagai bentuk syukur.

Baca Selengkapnya

4 Lokasi Syuting Dune: Part Two yang Menarik Dikunjungi

7 Maret 2024

4 Lokasi Syuting Dune: Part Two yang Menarik Dikunjungi

Dune: Part Two, sekuel dinanti-nantikan, menampilkan aksi dan narasi fiksi ilmiah dengan 4 lokasi syuting di negara berbeda.

Baca Selengkapnya

Dua Warga Badui Digigit Ular Berbisa, Kondisinya Parah dan Dirujuk ke RSUD Banten

8 Februari 2024

Dua Warga Badui Digigit Ular Berbisa, Kondisinya Parah dan Dirujuk ke RSUD Banten

Dua warga Badui korban gigitan ular berbisa ini sudah sepekan dengan kondisi cukup parah. Bagian tangan menghitam dan membusuk.

Baca Selengkapnya

Berburu Durian di Perkampungan Badui Lebak sambil Menikmati Panorama Alam

21 November 2023

Berburu Durian di Perkampungan Badui Lebak sambil Menikmati Panorama Alam

Pada musim buah durian, hampir semua rumah di permukiman Badui berdagang buah tersebut. Diperkirakan musim durian berlangsung sampai Januari 2024.

Baca Selengkapnya

Badui Dalam Banyak Dikunjungi Pelajar selama Libur Sekolah

17 Juli 2023

Badui Dalam Banyak Dikunjungi Pelajar selama Libur Sekolah

Meski melelahkan, para pelajar itu dapat memuaskan rasa penasaran mereka terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat Badui Dalam.

Baca Selengkapnya

Sejumlah Warga Badui Menjadi Korban Gigitan Ular Berbisa

6 Februari 2023

Sejumlah Warga Badui Menjadi Korban Gigitan Ular Berbisa

Sahabat Relawan Indonesia mencatat jumlah warga Badui korban gigitan ular berbisa melonjak selama satu bulan terakhir.

Baca Selengkapnya

Perjuangan Dewi Mengajar Suku Badui, dari Diusir hingga Jalan Kaki Puluhan Kilometer

22 November 2022

Perjuangan Dewi Mengajar Suku Badui, dari Diusir hingga Jalan Kaki Puluhan Kilometer

Dewi, guru madrasah rela menempuh jarak puluhan kilometer untuk mengajar anak-anak suku Badui.

Baca Selengkapnya

Musim Panen Durian di Badui, Pedagang Bisa Raup Keuntungan hingga Rp5 Juta

21 September 2022

Musim Panen Durian di Badui, Pedagang Bisa Raup Keuntungan hingga Rp5 Juta

Pedagang durian setiap akhir pekan bisa meraup keuntungan antara Rp1 juta sampai Rp1, 5 juta, namun hari-hari biasanya Rp500 ribu.

Baca Selengkapnya

Sebulan, Sedikitnya 7 Warga Badui Meninggal Diduga Karena Campak

21 September 2022

Sebulan, Sedikitnya 7 Warga Badui Meninggal Diduga Karena Campak

Tracing kontak erat kasus positif campak belum mencapai seluruh kampung di Badui.

Baca Selengkapnya