Sekaten Tanpa Pasar Malam Lagi

Jumat, 4 Oktober 2019 09:15 WIB

Puluhan warga menyaksikan permainan Gamelan Jawa Kyai Gunturmadu oleh abdi dalem (punggawa kraton) di Pagongan sebelah Selatan Masjid Agung, Kraton Yogyakarta, Selasa (22/1). Gamelan merupakan rangkaian dari Upacara Sekaten atau peringatan Ulang Tahun Nabi Muhammad saw yang diadakan tiap tanggal 5 bulan Jawa yang jatuh 24 Januari 2013. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Yogyakarta - Tradisi Sekaten tahun ini bakal digelar tanpa diwarnai dengan perayaan pasar malam di Alun Alun Utara, seperti yang sering dilakukan tahun tahun sebelumnya.

Keraton Yogya ingin mengembalikan Sekaten seperti makna awalnya dan masyarakat bisa merasakan atmosfer sebenarnya kala tradisi berusia ratusan tahun itu digelar.

Divisi Kesenian dan Pertunjukan Keraton Yogyakarta, Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Kridhomardowo Kanjeng Pangeran Hario Notonegoro menyatakan pasar malam saat Sekaten sebenarnya bukan bagian dari Sekaten itu sendiri.

Permintaan meniadakan pasar malam saat Sekaten tahun itu sesuai pesan Raja Keraton Sri Sultan Hamengku Buwono X, "Dawuh Dalem (pesan Sultan HB X) ingin Sekaten kembali ke maknanya dan kondisi Alun Alun kembali baik. Pasar malam break dulu," ujar Notonegoro Kamis 3 Oktober 2019.

Sultan, ujar Notonegoro, berpesan agar perayaan pasar malam yang rutin digelar saat Sekaten juga tidak dilakukan setiap tahun. Namun ada jedanya. Misalnya dua tahun sekali.

Advertising
Advertising

Dari hasil evaluasi panjang pihak Keraton Yogyakarta, perayaan pasar malam yang intens digeber saat bareng Sekaten justru kerap mengaburkan makna utama tradisi itu.

Selain itu, pasar malam juga meninggalkan sejumlah dampak. Mulai rumput Alun Alun Utara yang rusak, sampah yang membuat Alun-Alun yang jadi wajah depan Keraton Yogyakarta tampak kumuh dan tak karu-karuan.

"Mungkin nanti pasar malam akan dibuat dua tahun sekali, sehingga kondisi alun-alun juga pulih. Tapi kalau kondisinya belum bagus, mungkin pasar malam sekaten tahun depan juga masih ditiadakan," ujarnya.

Notonegoro menuturkan, adanya pasar malam saat Sekaten sendiri di masa lalu hanya bentuk akal-akalan Belanda. Agar rakyat saat itu tak mendatangi Sekaten yang digelar di Masjid Kauman. Sebab saat Sekaten digelar itu, kerajaan menggunakan waktunya untuk melakukan syiar dan dakwah di mana kadang diselipkan semangat perjuangan melawan penjajah.

Hiburan dari Sekaten itu di masa lalu tak lain hanya bunyi gamelan pusaka Keraton Yogyakarta, yang dibawa ke Masjid Besar Kauman untuk dibunyikan selama tujuh hari berturut-turut. Gamelan yang dimainkan itu adalah Kiai Guntur Madu dan Kiai Nogo Wilogo yang ditempatkan di Pagongan Lor dan Pagongan Kidul Masjid Besar Kauman.

Aktivitas syiar dan dakwah saat Sekaten itu membuat Kompeni risih. Lantas berusaha menghalangi dengan menggelar pasar malam di Alun Alun yang dekat Masjid Agung sebagai tandingan agar rakyat beralih perhatiannya.

Pasar malam saat Sekaten itu sendiri dulu sempat divakumkan. Namun kurang lebih 30 tahun lalu kembali dizinkan sebagai wahana melengkapi perayaan Sekaten.

Wakil Ketua II Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara mengatakan sebenarnya penyelenggaraan pasar malam Sekaten menjadi ranah Pemerintah Kota Yogyakarta.

Keraton dalam hal ini hanya menyelenggarakan rangkaian Gerebek Sekaten dan juga Pameran Sekaten, "Soal pasar malam Sekaten itu ranah Pemerintah Kota Yogya. Namun memang tahun ini tidak digelar pasar malam itu," ujar Bendara.

Putri bungsu Sultan HB X yang juga menjabat sebagai Penghageng II Nityobudoyo Keraton Yogyakarta itu mengungkapkan perayaan Sekaten tahun ini difokuskan untuk mengembalikan semangat awal tradisi ini.

Sekaten digelar sebagai tradisi Keraton Yogyakarta, untuk memperingati Hari Maulid Nabi Muhammad SAW. Bendara tak menampik jika saat ini orang sudah mulai melupakan spirit awal dari perayaan Sekaten itu.

Masyarakat datang ke perayaan Sekaten hanya untuk menyambangi pasar malamnya yang penuh hiburan. Bukan untuk mengikuti tradisi Sekaten itu sendiri. Bahwa orang yang datang ke Sekaten mulai lupa jika tradisi itu sebenarnya bentuk syiar dan dakwah agama.

Suasana Pasar Malam Perayaan Sekaten (PMPS) di Alun-Alun Kraton Yogyakarta, Selasa (22/1). PMPS merupakan pesta rakyat dalam rangkaian Upacara Sekaten atau peringatan Ulang Tahun Nabi Muhammad saw yang diadakan tiap tanggal 5 bulan Jawa yang jatuh 24 Januari 2013. TEMPO/Subekti

"Saat ini banyak orang mulai lupa makna tradisi Sekaten itu sendiri, datang karena ingin ke pasar malam," ujarnya.

Dengan ditiadakannya pasar malam ini, sebagai gantinya Keraton menyiapkan Garebek Sekaten yang mengusung konsep kembali seperti awalnya. Di mana kegiatan akan dipusatkan di Masjid Agung.

Gerebek Sekaten akan dimulai dengan prosesi Miyos Gangsa, dilanjutkan dengan Hajad Dalem Garebeg Mulud dan diakhiri dengan Kondur Gangsa. Rangkaian acara akan dimulai pada 1-9 November 2019 mendatang

Bersamaan dengan pelaksanaan Hajad Dalem Sekaten ini, Keraton Yogya juga akan menggelar pameran budaya yang diselenggarakan di Kagungan Dalem Bangsal Pagelaran Keraton dan Kagungan Dalem Kompleks Sitihinggil.

PRIBADI WICAKSONO

Berita terkait

Mengenang Penyair Joko Pinurbo dan Karya-karyanya

11 jam lalu

Mengenang Penyair Joko Pinurbo dan Karya-karyanya

Penyair Joko Pinurboatau Jokpin identik dengan sajak yang berbalut humor dan satir, kumpulan sajak yang identik dengan dirinya berjudul Celana.

Baca Selengkapnya

Tutup Sampai Juni 2024, Benteng Vredeburg Yogya Direvitalisasi dan Bakal Ada Wisata Malam

1 hari lalu

Tutup Sampai Juni 2024, Benteng Vredeburg Yogya Direvitalisasi dan Bakal Ada Wisata Malam

Museum Benteng Vredeburg tak hanya dikenal sebagai pusat kajian sejarah perjuangan Indonesia tetapi juga destinasi ikonik di kota Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

8 Hotel Murah Dekat Stasiun Lempuyangan, Harga Mulai 100 Ribuan

3 hari lalu

8 Hotel Murah Dekat Stasiun Lempuyangan, Harga Mulai 100 Ribuan

Jika Anda melancong di Yogyakarta, Anda bisa memilih menginap di hotel dekat Stasiun Lempuyangan yang murah. Ini rekomendasinya.

Baca Selengkapnya

Alasan Sumpah Jabatan Presiden Indonesia Pertama Dilakukan di Keraton Yogyakarta

3 hari lalu

Alasan Sumpah Jabatan Presiden Indonesia Pertama Dilakukan di Keraton Yogyakarta

Di Indonesia sumpah jabatan presiden pertama kali dilaksanakan pada tahun 1949. Yogyakarta dipilih karena Jakarta tidak aman.

Baca Selengkapnya

Depo Sampah Tutup, Warga Yogyakarta Berebut Buang Sampah ke Bak Truk yang Melintas

4 hari lalu

Depo Sampah Tutup, Warga Yogyakarta Berebut Buang Sampah ke Bak Truk yang Melintas

Pascalibur Lebaran, sejumlah depo sampah di Kota Yogyakarta memang belum dibuka. Tumpukan sampah masih tampak menggunung.

Baca Selengkapnya

Massa Geruduk KPU Yogyakarta, Serukan Gerakan Oposisi Rakyat

4 hari lalu

Massa Geruduk KPU Yogyakarta, Serukan Gerakan Oposisi Rakyat

Massa menggelar aksi di depan kantor KPU Yogyakarta hari ini. Usman Hamid yang hadir di aksi itu menyinggung tentang nepotisme.

Baca Selengkapnya

Alexander Marwata Beberkan Nama-Nama Pegawai KPK yang Diperiksa Polda Metro Jaya

4 hari lalu

Alexander Marwata Beberkan Nama-Nama Pegawai KPK yang Diperiksa Polda Metro Jaya

Wakil Ketua KPK Alexander Marwata, membeberkan nama-nama pegawai lembaga antikorupsi itu yang telah diperiksa oleh Polda Metro Jaya.

Baca Selengkapnya

Promosikan Cenderamata, Pelaku Wisata Didorong Manfaatkan Layanan Indikasi Geografis

4 hari lalu

Promosikan Cenderamata, Pelaku Wisata Didorong Manfaatkan Layanan Indikasi Geografis

Ketika cenderamata lokal sudah tertandai dengan indikasi geografis, reputasinya akan terangkat karena produk itu sudah dinyatakan original.

Baca Selengkapnya

Aksi Demo Udara Berbagai Pesawat Warnai HUT ke-78 TNI AU di Yogyakarta

6 hari lalu

Aksi Demo Udara Berbagai Pesawat Warnai HUT ke-78 TNI AU di Yogyakarta

Yogyakarta dipilih sebagai tempat perhelatan HUT TNI AU karena merupakan cikal-bakal Angkatan Udara Indonesia.

Baca Selengkapnya

Nekat Susuri Jalur Jip Lava Tour, Mobil Wisatawan Terjebak di Sungai Lereng Merapi

6 hari lalu

Nekat Susuri Jalur Jip Lava Tour, Mobil Wisatawan Terjebak di Sungai Lereng Merapi

Sebuah mobil berjenis sport utility vehicle (SUV) milik wisatawan terjebak di jalur jip wisata Lava Tour sungai Kalikuning lereng Gunung Merapi, Sleman Yogyakarta pada Minggu 21 April 2024.

Baca Selengkapnya