Harum Kuah Semangkuk Katong Laksa di Sudut Singapura
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Ludhy Cahyana
Senin, 22 Juli 2019 15:35 WIB
TEMPO.CO, Singapura - Semangkuk katong laksa mendarat di meja pengunjung di Restoran Katong Laksa 328. Kuah rempah-rempah Melayu dipadu bebumbuan oriental seketika menyeruak bersamaan dengan kepulan asapnya yang membumbung.
“Awas masih panas. Nikmati dulu harumnya,” kata Anthony, pemandu wisata bersertifikat di negeri singa, pada Jumat (19/7), kala menemani TEMPO berjalan-jalan di sekitar kawasan Katong dalam trip bersama Agoda.
Wangi katong laksa memang unik. Sebab, ada dua komplemen yang dominan: santan dan bawang putih. Dua-duanya menawarkan rasa gurih yang kuat, sekaligus menjadi penanda berpadunya dua budaya masakan jadi satu: Melayu dan Cina.
Ya, katong laksa adalah menu khas peranakan di Singapura. Konon, sejarah peranakan bermula ketika imigran Cina menikah dengan penduduk lokal beretnik Melayu. Dari pertemuan dua kultur berbeda, muncullah akulturasi, termasuk pada semangkuk makanan.
Dalam semangkuk katong laksa, ada tiga pengisi utama yang wajib ada. Di antaranya bihun, tempura ikan atau fish cake, dan udang segar. Makanan ini menjadi menu harian, bukan menu istimewa yang hanya hadir pada upacara-upacara tertentu.
Tempo mencoba menjajal katong laksa yang diracik Restoran 382. Konon, inilah yang teramai se-antero kawasan peranakan Katong. Anthony mengajarkan, cara menikmati laksa setelah menghirup wanginya adalah menyeruput kuahnya pelan-pelan.
Ketika kuah itu bertemu lidah, rasa dari santan dan bawang putih menghasilkan gurih yang berlipat ganda. Rempah lainnya seperti kunyit hanya hadir untuk menyeimbangkan rasa. Sementara, bihun, udang, dan tempura rasanya tak ada apa-apanya bila tidak disantap berbarengan kuah. Memang, kunci kelezatan laksa ada pada kuahnya.
Porsi semangkok laksa ukuran reguler tak umum bagi porsi orang Indonesia. Pengunjung yang tak terbiasa dengan ukuran makanan di Singapura yang serba jumbo lebih baik memesan versi kecil. Restoran menyediakannya dengan harga setengah kali lebih murah.
Sementara itu, satu mangkuk katong laksa di Restoran 382 yang berlokasi di Coast Road nomor 51 itu dihargai $S 7,5 atau Rp 75 ribu bila dikonversi. Cukup mahal untuk ukuran menu mi kuah, tapi sebanding dengan rasa yang ditawarkan.
Restoran 382 kerap disambangi tokoh-tokoh penting, seperti pejabat hingga artis. Seluruh tamu yang dianggap memiliki ‘nama besar’ diabadikan oleh pemiliknya dalam bentuk potret. Lalu, pemilik menempatkan foto-foto itu di dinding restoran. Dari seluruh foto pengunjung istimewa, salah satu aktor senior yang tampak terkenal bagi orang Asia adalah Patrick Tse.