Susur Pesisir Lombok Timur, dari Gili Pasir hingga Pantai Pink
Reporter
Tempo.co
Editor
Rita Nariswari
Minggu, 11 November 2018 10:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Dari sebuah dermaga kecil di Dusun Telong Elong, Desa Pringgasela Timur, Lombok Timur, perjalanan siang itu dimulai. Bukan dermaga yang umum dipilih kebanyakan. Namun, menurut supir yang mengantar, dermaga ini paling tepat. Ketimbang memilih dermaga di Labuan Pandan yang lebih jauh, ataupun lewat darat menuju Pantai Pink alias Pantai Tangsi.
Berbekal pisang goreng yang dibeli di dermaga pun, saya memulai perjalanan menyusuri pantai-pantai di Tanjung Luar ini. Diantar pemilik perahu Mak Heri, tujuan pertama dicapai dalam 15 menit. Pulau yang hanya berupa gundukan pasir, dikenal sebagai Gili Pasir.
Beberapa bintang laut dengan bindik-bintik merah terlihat di tepian. Sayang, tak lama langit mendung. Sempat hujan rintik, tapi tetap asyik menyusuri pantai berpasir halus yang lumayan panjang ini. Untuk hujan hanya sesaat, perjalanan pun dilanjutkan.
Mengalun di laut kali ini cukup panjang. Melewati tambak-tambak ikan dan juga tempat pembudidayaan mutiara, Mak Heri sempat menunjuk Pantai Pink 2 yang dari kejauhan terlihat pasirnya yang merah muda. Terlihat sepi, tapi perahu terus melaju hingga sekitar 30 menit tiba lah di Gili Petelu. Pulau kecil dengan tiga bukit karang dengan pantai berpasir putih yang mini. Terlihat satu keluarga tengah menikmati keindahan bawah lautnya. Perairannya yang jernih menggoda.<!--more-->
Meski tidak bisa terbilang istimewa, menjajal snorkeling di sini bisa menjadi pilihan. Bila tidak, cukup lah dengan menebar remah-remah roti, rombongan ikan pun menampakkan diri. Saat langit mulai tak terang lagi, perahu kembali dinaiki, di sisi kanan Gili Petelu sudah terlihat hamparan Pantai Pink, yang berada di Desa Sekaroh. Kini warna kemerahan di pasirnya terlihat lebih samar, bahkan lebih merah di Pantai Pink 2.
Ombak begitu tenang di tepi pantai yang sebelumnya bernama Pantai Tangsi itu. Berjajar beberapa perahu, terasa sepi. Hanya ada satu anak seusia anak taman kanak-kanak bermain di pantai dan orang tuanya menunggu di tepian. Kelompok turis bisa jadi sudah pulang karena senja sudah menjelang. Tinggal segerompol nelayan yang nongkrong di sebuah warung. Sejenak saya ingin menikmati pantai dalam keheningan, sebelumnya akhirnya ikut mendaki dan menikmati keindahan khas dari ketinggian khas Tanjung Ringgit.
Baca Juga:
Serunya, Mencari Surga di Lombok Timur
Gili Nanggu dan Gili Kedis di Lombok untuk Liburan Eksotis
Langit mulai menguning, dan memerah. Rekan saya beranjak dan kami pun kembali ke perahu. Saatnya untuk menikmati senja di tengah lautan. Lampu-lampu di tempat budidaya mutiara, dan bagan ikan yang terapung, menjadi penerang laju perahu. Tak ada satu pun yang berbicara. Sesekali Mak Heri menyapa rekannya yang menjaga bagan ikan. Hanya suara ombak terhantam perahui dan mesin perahu saling bersahutan. Kami kembali dalam hening, seakan tak rela meninggalkan langit yang jingga di Lombok Timur. Apalagi dermaga kecil di Dusun Telong Elong yang dituju tampak gelap gulita.