Ramalan Cina Kuno Ciam Si, Ritual Rutin Menjelang Imlek

Senin, 5 Februari 2018 13:38 WIB

Pengunjung sedang melakukan ciam si di Vihara Dharma Bhakti atau Kim Tek Le, Glodok, Jakarta, Minggu, 4 Februari 2018. Tempo/Francisca Christy Rosana

TEMPO.CO, Jakarta - Bunyi bilah-bilah bambu saling berbenturan memenuhi salah satu ruangan di sayap kiri Vihara Dharma Bhakti atau Kim Tek Le, Glodok, Jakarta, Minggu, 4 Februari 2018. Seorang laki-laki berusia 50-an tampak mengocok puluhan bambu itu dengan medium gelas kayu di depan patung Dewi Kwan Im.

"Dia sedang melakukan ciam si," kata Gunawan Djajaputra, pengurus Vihara Dharma Bhakti, saat ditemui, Minggu siang.

Ciam si adalah ritual membaca nasib atau meramal menurut tradisi Cina kuno. Kegiatan ini rutin dilakukan warga Tionghoa menjelang Imlek. Tujuannya adalah memprediksi keuntungan di tahun yang akan datang.

Klotak...! Sebilah bambu terpelanting ke lantai. Begitulah cara mainnya. "Gelas kayu harus dikocok-kocok sampai bambu keluar satu," kata Gunawan. Selagi mengocok, si peminta ramalan disarankan berdialog dalam hati dengan Dewi Kwan Im. "Berdialog untuk meminta ramalan apa pun, bisa jodoh atau bisnis," ucapnya.

Sebilah bambu tersebut ternyata bernomor. Pria paruh baya yang melakukan ciam si ini lantas mengingat-ingat betul nomor yang tertera di salah satu ujung permukaannya.

Langkah selanjutnya, ia mengambil dua potong kayu berbentuk oval bernama siao poe. Sia poe punya dua rupa permukaan, seperti dua sisi mata uang. Keberadaannya dipakai untuk mengkonfirmasi kesesuaian nomor dengan ramalan nasib si pengocok gelas.

"Sia poe harus dikocok dengan kedua tangan, lalu dilempar oleh peminta ramalan," kata Gunawan.

Nomor tersebut dianggap benar dan sesuai kalau posisi jatuhnya kedua sisi sia poe berlainan. "Yang satu harus tengkurap, yang satu harus telentang," ujar Gunawan. Kalau dua-duanya berada pada posisi yang sama, sia poe harus dilempar ulang. "Maksimal tiga kali.”

Posisi jatuhnya sia poe untuk meramal nasib si pria berumur 50-an itu ternyata sudah benar. Ia lalu mengambil kertas di rak salah satu sudut ruangan sesuai dengan nomor bambu yang didapatnya.

Pada kertas itu tertera tulisan berhuruf Mandarin. Namun ada terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Kalimat pada kertas itu dianggap sebagai hasil ramalan. "Kalau kurang jelas dengan maksud kalimatnya, bisa ditanyakan kepada petugas," kata Gunawan.

Ramalan ciam si tak cuma dilakukan warga Tionghoa. Sadia Canantya, 22 tahun, wisatawan yang berkunjung ke wihara, turut menjajal. Ia mengaku penasaran dengan hasil ramalannya.

"Saya dapat nomor 36," katanya. Pada kertas itu tertulis demikian: “hoki seperti lautan, umur seperti gunung. Anda jangan mengeluhkan kesukaran. Dalam nasib, selalu ketemu peruntungan. Dengan sendirinya mendapatkan bantuan dari orang budiman”.

Meski tak tahu betul maksudnya, Sadia menganggap ramalan itu berarti baik. "Yang bagus dijadikan semangat, yang jelek ya enggak usah dipercaya," kata perempuan yang bekerja di salah satu perusahaan farmasi di Jakarta itu.

Tradisi ciam si, yang selalu menjadi penanda pergantian tahun penanggalan Cina, memang acap ramai diburu orang-orang. Sebab, kegiatan ini boleh dilakukan siapa pun, tak terbatas umat wihara atau warga Tionghoa. "Siapa pun boleh coba. Wisatawan silakan datang," ucap Gunawan.

Berita terkait

Cap Go Meh, Singkawang Gelar Pawai Lampion Besok

27 Februari 2018

Cap Go Meh, Singkawang Gelar Pawai Lampion Besok

Panitia Imlek dan Cap Go Meh Singkawang akan menggelar pawai lampion yang dipusatkan di Kota Singkawang, Rabu malam, 28 Februari 2018.

Baca Selengkapnya

Gaet Turis Tiongkok, Bali Gelar Imlek Sincia With Love

26 Februari 2018

Gaet Turis Tiongkok, Bali Gelar Imlek Sincia With Love

Kegiatan Imlek ini merupakan salah satu bentuk upaya ITDC untuk meningkatkan angka kunjungan wisatawan asal Tiongkok ke Pulau Bali.

Baca Selengkapnya

Cap Go Meh di Palembang, Ada Akses Pejalan Kaki ke Pulau Kemaro

26 Februari 2018

Cap Go Meh di Palembang, Ada Akses Pejalan Kaki ke Pulau Kemaro

Jembatan ini disediakan untuk perayaan Imlek dan Cap Go Meh pada Maret 2018.

Baca Selengkapnya

Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta Hadirkan Taman Lampion

24 Februari 2018

Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta Hadirkan Taman Lampion

Imlek Light Festival yang menampilkan berbagai bentuk lampion akan menjadi daya tarik baru penyelenggaraan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Imlek 2018, Seniman Bali dan Tiongkok Bawakan Kesenian Janger

23 Februari 2018

Imlek 2018, Seniman Bali dan Tiongkok Bawakan Kesenian Janger

Sejumlah seniman dari Pulau Bali dan perwakilan Provinsi Yunan, Tiongkok, membawakan kesenian kolaborasi dalam perayaan Tahun Baru Imlek 2018.

Baca Selengkapnya

Umat Konghucu Manado Bersiap Sambut Cap Go Meh

20 Februari 2018

Umat Konghucu Manado Bersiap Sambut Cap Go Meh

Usai tahun baru Imlek, umat Konghucu Manado menyiapkan diri menyambut perayaan Cap Go Meh.

Baca Selengkapnya

912 Tatung Terdaftar Ikuti Cap Go Meh di Singkawang

20 Februari 2018

912 Tatung Terdaftar Ikuti Cap Go Meh di Singkawang

Tatung adalah dukun Tionghoa yang kerasukan roh leluhur atau biasa juga disebut lauya. Mereka akan beratraksi saat pesta budaya Cap Go Meh.

Baca Selengkapnya

Libur Imlek 2018, Angkasa Pura II Layani 1,9 Juta Penumpang

20 Februari 2018

Libur Imlek 2018, Angkasa Pura II Layani 1,9 Juta Penumpang

PT Angkasa Pura II Persero mencatat pada libur Imlek 2018 telah melayani 1,9 juta penumpang di semua bandara yang dikelola.

Baca Selengkapnya

Vihara di Bogor Sajikan Menu Vegetarian saat Imlek dan Cap Go Meh

19 Februari 2018

Vihara di Bogor Sajikan Menu Vegetarian saat Imlek dan Cap Go Meh

Vihara Dhanagun, Kota Bogor, Jawa Barat akan menyuguhkan hidangan vegetarian saat perayaan Cap Go Meh.

Baca Selengkapnya

Singkawang Siapkan Cap Go Meh dengan Banyak Pemecahan Rekor

19 Februari 2018

Singkawang Siapkan Cap Go Meh dengan Banyak Pemecahan Rekor

Santo Yosep Singkawang Group kembali memecahkan rekor MURI dengaan pembuatan naga terbanyak pada perayaan Imlek dan Cap Go Meh 2018.

Baca Selengkapnya