TEMPO.CO, Padang - Dua tim yang mendayung sampan merah dan sampan hijau berpacu menjelang garis finis. Penonton yang memenuhi bantaran kanan kiri bantaran sungai Batang Arau Padang bersorak menyemangati tim yang dijagokan.
Akhirnya tim Seniman Air yang berkostum hijau menang mengalahkan tim Senter Laut yang berkostum merah setelah berhasil sampai ke garis finis dan memukul labu-labu sejenis bola dari keranjang yang digantung digaris finis yang dibalut kain merah dan kain hijau. Labu-labu hijau itu dipukul dengan pendayung oleh salah satu anggota tim hijau.
Labu-labu ini juga salah satu ciri khas lomba Selaju Sampan. Tim yang memukul labu-labu lebih dulu dinyatakan sebagai pemenang, dengan catatan posisi pemukul tetap harus duduk, tidak boleh berdiri.
“Zaman dulu bahkan ada yang terjungkal ke dalam air saat memukul labu-labu, dan tentu saja timnya jadi kalah meski sampai ke finis duluan, bahkan dukun juga ikut dikerahkan agar labu-labu itu tidak terlihat oleh tim lawan,” kata Johan Rajo Magek, pelatih tim Senter Laut mengenang.
Dulunya, ia adalah atlit Selaju Sampan dari dari kampungnya di Pasia Sabalah di Padang.
Festival tradisonal Selaju Sampan ini sudah lama tidak diadakan, sekitar 12 tahun lalu. Padahal acara Selaju Sampa ini dulunya adalah alek nagari atau perhelatan yang meriah antara kampung-kampung di Padang yang diperlombakan setiap tahun. Lomba perahu ini zaman dulu diadakan di muara-muara Kota Padang seperti di Muaro Padang (Batang Arau) dan muara Batang Kuranji. Belakangan diganti pemerintah dengan lomba dragon boat.
“Padahal dragon bat tu bukan budaya kita, yang asli itu Selaju Sampan,walau hadiahnya hanya sapid an kambing tapi kebanggaannya luar biasa, nanti sapi dan kambing ini akan diarak ke kampuung,” kata Johan Rajo Magek.
FEBRIANTI