Apa Hebatnya Bebek Sinjay Sampai Disuguhkan ke Jokowi
Editor
Yudono Yanuar Akhmadi
Senin, 9 November 2015 20:10 WIB
TEMPO.CO, Bangkalan - Presiden Joko Widodo dalam kunjungan ke Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, Selasa, 10 November 2015, bakal disuguhi makan siang khas masakan Madura, bebek sinjay.
"Tapi belum dipastikan, apakah presiden akan makan di restorannya atau makan di lokasi acara," kata seorang anggota Kodim 0829 Bangkalan kepada Tempo, Senin, 9 November 2015.
Bebek sinjay merupakan panganan khas Bangkalan. Tidak hanya khas, hidangan ini juga fenomenal. Setiap hari, warung makan Bebek Sinjay yang terletak di Jalan Raya Tanjung, Kecamatan Burneh, selalu disesaki tak kurang dari 1.000 pembeli. Mayoritas berasal dari luar Kota Bangkalan.
Jokowi yang ke Bangkalan dalam rangka lauching KM Camara Nusantara 1 di Desa Ujung Piring bakal bisa menikmati kremesnya bebek goreng beserta sambal mangganya.
Warung ini didirikan Zainal Arifin, 36 tahun, pada 2001. Banyaknya peminat membuat warung dengan kapasitas 500 kursi itu, selalu penuh sejak buka pukul 07.00 sampai tutup pukul 17.00.
Makan di warung Bebek Sinjay berbeda dengan di warung atau rumah makan lain. Jika di restoran lain, pembeli bisa langsung memilih kursi kemudian memesan makanan dan membayar. Di sini, setiap pembeli harus membayar lebih dulu.
Itu pun tidak mudah. Untuk membayar, biasanya harus antre dulu minimal enam meter, seperti antrean membeli tiket konser musik. Inilah antrean pertama di warung Bebek Sinjay.
Setelah bayar dan mendapat kupon, antrean jilid kedua menanti. Penuhnya pengunjung membuat pembeli tidak mudah mendapatkan kursi. Setelah dapat kursi pun, pembeli harus bersabar karena harus antre mendapatkan pesanan. Jika dihitung-hitung, setiap pengunjung warung Bebek Sinjay harus menunggu minimal 1,5 jam untuk seporsi bebek sinjay.
“Sebel juga antre lama, tapi ditungguin saja, penasaran rasanya bebek sinjay, sangat terkenal di Surabaya,” kata seorang pengunjung asal Surabaya.
Zainal, sang pemilik bebek sinjay pun mengaku heran meski banyak komplain karena antre lama. “Tapi mereka kembali lagi ke sini, Alhamdulilah,” katanya sembari tertawa kecil ketika diwawancara Tempo, November 2012.
Selanjutnya: laris karena pakai dukun?
<!--more-->
Isu-isu tak sedap pun muncul, gosip memakai dukun dan penglaris menjadi pembicaraan umum di kalangan masyarakat Bangkalan. Apalagi, komposisi hidangan dalam seporsi nasi bebek sinjay tidak terlalu istimewa, bahkan kurang lebih sama dengan hidangan bebek di warung lain, yaitu nasi, sepotong bebek goreng kremes, daun kemangi, dan sambal mangga. "Saya juga dengar isu itu, tapi itu tidak benar," kata Zainal.
Menurut lelaki berbadan gempal ini, kunci suksesnya adalah menjaga kualitas hidangan, seperti tidak menggunakan bebek berbobot di atas 1,4 kilogram. "Harga bebek di bawah dua kilo juga murah," katanya.
Ketika ditanya resep, Zainal enggan membeberkan. Bahkan saking takutnya resep bebek sinjay bocor, Zainal tidak memperkerjakan orang luar. Sebanyak 25 pegawai seluruhnya masih punya ikatan keluarga. "Dulu pernah pekerjakan orang luar, maunya masuk dapur terus," katanya.
Dibuka mulai 2001, awalnya warung bebek sinjay hanya sebuah warung kecil pinggir jalan. Menu bebek merupakan hidangan sejak awal warung berdiri karena Zainal dulunya beternak bebek. "Sebagai petani banyakan nganggur, jadi saat tidak menanam, iseng buka warung," kata Zainal.
Niat iseng berubah serius. Ramainya pembeli membuat Zainal dan keluaga besar memperluas warung dua tahun kemudian. Rupanya, warung yang baru tidak cukup menampung pembeli. Pada 2008 diperluas lagi hingga menelan lahan setengah hektare, lengkap dengan lokasi parkir yang luas. "Kalau weekend masih tidak cukup juga," kata Zainal.
Nama “Sinjay” sendiri awalnya merupakan nama bengkel yang dikelola keluarga Zainal. Tahun 1998, nama “Sinjay” populer di dunia radio masyarakat. Saat itu, Zainal memakai nama samaran “Sinjay”. "Setelah warung ramai, saya kasih nama ‘Sinjay’, nama ini memang bawa hoki," kata Zainal.
MUSTHOFA BISRI