Kelompok penari dari kontingen Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta, saat menunjukan tarian mereka di ajang Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) ke-27. Seluruh peserta menggunakan kostum terbaik mereka saat menghibur ribuan penonton. Yogyakarta, 19 Agustus 2015. TEMPO/Pius Erlangga
TEMPO.CO, Jakarta - Warga Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa dinihari menggelar ritual pembukaan kain kafan pembungkus guci yang dinamai Cupu Kiai Panjolo, yang selama ini dipercaya bisa menjadi sarana peramalan peristiwa-peristiwa penting.
Ribuan warga, sejak Senin malam, sudah mengunjungi rumah ahli waris Cupu Panjala, Dwijo Sumarto, di Padukuhan Mendak, Girisekar, Panggang.
Warga, yang datang dari berbagai wilayah, menyaksikan pembukaan lapisan demi lapisan kain kafan yang membungkus Cupu Panjolo, yang terdiri atas tiga guci dengan nama Semar Kinandu, Palang Kinantang, dan Kenthiwiri.
Dwijo Sumarto mengatakan puluhan pertanda pada kain-kain kafan pembungkus Cupu Panjala telah ditemukan dan puluhan pertanda, pola-pola yang terbentuk pada kafan, sudah dibacakan. "Pertanda itu tergantung masing-masing warga yang mengartikan," ucapnya.
Ia menambahkan awalnya ada lima guci yang disimpan. Namun dua diantaranya, yang bernama Bagor dan Klobot, hilang.
Upacara pembukaan kain kafan pembungkus cupu dimulai Senin, 12 Oktober 2015 pukul 23.00 WIB dengan kenduri 54 ayam ingkung dari warga yang bersyukur keinginannya terkabul.
Pukul 00.15 WIB, kenduri kedua digelar. Pengunjung diwajibkan makan setiap piring nasi gurih dengan lauk peyek dan serundeng, serta apam.