Wisatawan asing mengunjungi tempat wisata kuburan bayi di pohon di kecamatan Kambira, Tanah Toraja, 3 Agustus 2014. Menurut ajaran aluk Todolo(animisme) bayi yang meninggal sebelum giginya tumbuh dianggap masih suci dan harus dikuburkan di atas pohon. TEMPO/Iqbal Lubis
TEMPO.CO, Makassar - Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mempertanyakan pengembangan pariwisata Toraja yang menurutnya sudah harus ada perbaikan, apalagi untuk mendukung peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara.
Menurut dia, pengembangan pariwisata di sana sudah harus diperbaiki, apalagi yang terkait dengan destinasi yang mempertontonkan wisata adat mereka, misalnya pemotongan kerbau yang menjadi hal menakutkan buat para wisatawan.
Dia menjelaskan, karena tidak adanya kreativitas dalam pengembangan wisata, akhirnya terjadi penurunan wisatawan mancanegara. "Sektor wisata di sana harus diperbaiki, jangan hanya mengandalkan kegiatan adat saja," ucap Tjahjo di sela acara Musyawarah Perencanaan Pembangunan Provinsi Sulawesi Selatan di Makassar, Kamis, 5 Maret 2015.
Tjahjo menambahkan, karena tidak ada inovasi dalam kepariwisataan, turis akhirnya hanya datang sekali saja. Seharusnya ada promosi terhadap wisata tersebut. Pariwisata, kata dia, merupakan salah satu sektor unggulan yang harus ditingkatkan.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulsel Jufri Rahman membantah adanya penurunan kunjungan wisatawan di Toraja. Sebab, data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel menunjukkan angka kunjungan wisatawan selalu meningkat setiap tahun.
"Saya tidak ingin komentar banyak mengenai apa yang diutarakan tadi karena ada yang memiliki kewenangan soal itu. Kami terus melakukan upaya untuk meningkat kunjungan wisatawan, terutama dalam perbaikan infrastruktur," ucapnya
Jufri menyatakan pihaknya selalu berharap wisatawan banyak yang masuk ke Sulsel, tapi tidak ada kebijakan yang mengarah pada perbaikan infrastruktur. “Seperti jalan ke Toraja ini kan kewenangan dari kementerian, seharusnya pusat berpihak pada pengembangan sektor wisata.”