Pelesir dan Belanja Sayur Organik di Yogyakarta  

Reporter

Editor

Sunu Dyantoro

Senin, 5 Januari 2015 22:44 WIB

Sayur organik produksi Bantul, Yogyakarta.(TEMPO/Shinta Maharani)

TEMPO.CO, Yogyakarta - Jamu tradisional kunyit asam mengisi botol air mineral di sudut warung berdinding bambu. Hidangan sayur urap berisi parutan kelapa dan daun pepaya menemani segarnya jamu itu. Tak hanya makanan matang, aneka sayur dan buah ada di sana, di antaranya buncis, tomat, selada, dan pepaya. Produk umbi-umbian dan beras organik juga dijual. (Baca: Kuliner Sehat Berbahan Pangan Lokal 'Ndeso' )

Ini adalah produk yang dijual komunitas produsen dan pedagang pangan lokal dan organik di kawasan Milas Vegetarian Resto, Jl Prawirotaman 4. Komunitas itu bernama Pasar Organik Jogja atau Pojog. Selain di Milas Vegetarian Resto, mereka juga rutin membuat pasar organik di sejumlah tempat. “Ini gerakan mempertemukan produk organik dengan masyarakat,” kata anggota komunitas, Imam Hidayat, Senin, 5 Januari 2015. (Baca:Balik ke Beras Lokal, Sehat dan Berdaulat)

Menurut dia, produk organik yang dijual pedagang ada yang langsung didatangkan dari kawasan pertanian organik. Misalnya, dari pertanian organik di Pakem, Sleman. Lewat komunitas ini, mereka ingin mengenalkan produk pertanian organik yang sehat dikonsumsi masyarakat. Selain itu, mereka ikut mempromosikan makanan berbahan pangan lokal yang tumbuh di lingkungan sekitar masyarakat.

Imam mengatakan pasar organik yang ada di Milas Vegetarian Resto itu tak lepas dari kesediaan restoran untuk menyediakan tempat di sana. Pasar organik di area parkir resto ini berlangsung setiap hari Rabu dan Sabtu pukul 10.00-13.00. Hampir semua produk yang dijual merupakan produk Sahani, produsen atau toko yang menjual produk pertanian organik dari sejumlah kelompok petani. (Baca: Cerita Keraton Yogya Kecoh Belanda Lewat Kuliner)

Menurut dia, produk organik tak hanya bicara pangan yang sehat, melainkan juga bicara menjaga kelestarian lingkungan. Dia mencontohkan penggunaan pupuk organik yang menjaga kerusakan tanah. Ia berharap gerakan mengkonsumsi produk pertanian organik dan pangan lokal ini mendapat dukungan dari masyarakat. “Ini bicara menghargai petani, menyajikan produk berkualitas yang sehat untuk konsumen, dan menjaga lingkungan,” kata dia.

Lisa Virgiano, pemerhati makanan tradisional Indonesia menyambut baik gerakan komunitas di Yogyakarta untuk memasarkan produk pertanian organik dan pangan lokal. Menurut dia, komunitas di Yogyakarta tumbuh dinamis untuk mengkampanyekan produk pangan sehat. “Kuliner sehat di Yogyakarta berkembang dengan baik. Komunitas organik pun hidup,” kata dia.

Gerakan itu, kata Lisa, penting supaya masyarakat juga bisa mengenal pangan lokal dan produk organik dengan baik. Kegiatan itu juga perlu supaya masyarakat juga mengenal proses distribusi produk pertanian maupun pangan berbahan produk pertanian lokal. Dia mencontohkan, misalnya makanan tradisional berbahan singkong, yakni tiwul. Masyarakat perlu mengenal dari mana bahan makanan itu diproduksi, bagaimana dijual, dan pengolahannya.

SHINTA MAHARANI

Baca berita lainnya:
Bos Air Asia: Headline Media Malaysia Ngawur
Ribut Rute AirAsia, Menteri Jonan di Atas Angin?

Jonan Bekukan Rute AirAsia, Ada Tiga Keanehan

Adian Napitupulu: Wiranto Danai 'Di Balik 98'?

Berita terkait

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

2 hari lalu

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

Koalisi Pegiat HAM dan Anti Korupsi melaporkan Pj Wali Kota Yogyakarta Singgih Rahardjo ke Gubernur DIY, Mendagri, KPK dan Ombudsman

Baca Selengkapnya

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

10 hari lalu

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

Para perempuan di Yogyakarta memperingati Hari Kartini dengan lomba lari dan jalan kaki, serta membuat pameran lukisan.

Baca Selengkapnya

Cerita dari Kampung Arab Kini

10 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

13 hari lalu

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

14 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

25 hari lalu

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

Dua alat peraga baru di Taman Pintar Yogyakarta di antaranya multimedia berupa Videobooth 360 derajat dan Peraga Manual Pump.

Baca Selengkapnya

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

29 hari lalu

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

Dalam foto yang beredar, terdapat tambahan karcis tidak resmi untuk penitipan helm yang membuat tarif parkir di Yogyakarta membengkak.

Baca Selengkapnya

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

49 hari lalu

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

50 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

54 hari lalu

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram

Baca Selengkapnya