TEMPO.CO, Wangi-wangi - Organisasi Kebudayaan PBB, UNESCO, meresmikan Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara sebagai Cagar Biosfer Bumi (CBB). Peresmian itu ditandai dengan penyerahan sertifikat CBB oleh Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan ke Bupati Wakatobi, Hugua, Selasa malam, 14 Mei 2013.
Kata Menteri Zulkifli Hasan, kelestarian alam Wakatobi haruslah dijaga dan dipertahankan. Apalagi setelah mendapatkan pengakuan internasional. "Wakatobi berada di pusat segitiga karang dunia dan mempunyai keberagaman spesies kelautan tertinggi di dunia," kata Zulkifli.
Pada saat ini, Wakatobi memiliki sekitar 750 spesies karang dan 942 spesies ikan. Selain itu, ada juga kawasan karang pantai atau coral reef seluas 118.000 hektare serta karang atol sepanjang 48 kilometer. Bernama Kaledupa Atol, karang atol ini adalah yang terbesar di dunia.
"Keragaman hayati yang tinggi ini telah menjadikan Wakatobi sebagai kawasan Cagar Biosfer Bumi, sekaligus Taman Laut Nasional dan daerah tujuan wisata dunia," ujarnya.
Menurut Bupati Wakatobi, Hugua, jumlah jenis terumbu karang di seluruh dunia sekitar 850 jenis. Dari angka itu, 750 jenis ada di bawah Laut Wakatobi. "Dibandingkan dengan terumbu karang di Laut Karibia dan Laut Merah, Wakatobi jauh lebih tinggi keragaman terumbu karangnya," kata Hugua. "Laut Karibia hanya memiliki 50 jenis terumbu karang, dan 300 jenis di Laut Merah."
Pengusulan Cagar Biosfer Bumi Wakatobi dimulai pada 2010. Selanjutnya, melalui Coordinating Council MAB Program, Wakatobi ditetapkan sebagai Cagar Biosfer Bumi dan masuk World Network Biosphere Reserve, pada 11 Juli 2012. Hingga kini, Indonesia memiliki delapan Cagar Biosfer Bumi.
ROSNIAWANTY FIKRY
Topik Terhangat:
PKS Vs KPK| E-KTP |Vitalia Sesha |Ahmad Fathanah |Perbudakan Buruh
Berita terkait
4 Desember 2023 Hari Apa? Ini Informasinya
4 Desember 2023
Tanggal 4 Desember 2023 hari apa? Hari besar yang diperingati berkaitan tentang perlindungan satwa liar dan TNI AD, ini penjelasan selengkapnya.
Baca SelengkapnyaHari Konservasi Alam, Belantara Ajak Generasi Muda Kampanye Pelestarian Keanekaragaman Hayati
11 Agustus 2023
Inovasi bioteknologi untuk mendukung pelestarian keanekaragaman hayati sudah sangat diperlukan.
Baca SelengkapnyaPeran Besar Perempuan Dalam Konservasi Alam yang Perlu Disadari
23 Desember 2022
Perempuan ternyata punya peran besar dalam konservasi dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Simak alasannya.
Baca SelengkapnyaWisata Alam ke Pulau Curiak, Belajar tentang Bekantan dan Tanam Buah Rambai
1 Juni 2022
Tim SBI dan ULM didukung pemerintah daerah serta sektor lainnya berkomitmen mengembangkan wisata alam minat khusus Pulau Curiak.
Baca SelengkapnyaIkon Wisata Great Barrier Reef Australia Terancam Pemutihan Terumbu Karang
30 Maret 2022
Kehidupan terumbu karang sepanjang 500 kilometer di Great Barrier Reef tersebut mulai kehilangan warna.
Baca SelengkapnyaTaman Nasional Bromo Tengger Semeru Resmikan Pembukaan Orchidarium Ranu Darungan
26 Maret 2022
Orchidarium Ranu Darungan dibuka untuk umum sebagai destinasi wisata minat khusus, seperti penelitian anggrek dan flora lain serta pemantauan burung.
Baca SelengkapnyaNTT Jadi Tuan Rumah Hari Konservasi Alam Nasional pada Agustus 2021
12 Februari 2021
Hari Konservasi Alam Nasional digelar di Taman Wisata Alam Laut Teluk Kupang dan Pantai Lasiana di Kota Kupang, NTT.
Baca SelengkapnyaPolisi Buru Komunitas Pecinta Satwa Dalam Kasus Penjualan Hewan Langka di Bekasi
28 Januari 2021
Tersangka kasus penjualan hewan langka YI mengaku mendapatkan orangutan dari temannya di komunitas pecinta satwa di media sosial.
Baca SelengkapnyaTerancamnya Pulau Siberut, Galapagos Asia
13 Oktober 2020
Pulau Siberut yang ada di Kepulauan Mentawai terancam karena eksploitasi hutan.
Baca SelengkapnyaWildlife Photography, ini Tips Pentingnya
2 Juli 2020
Gusti Wicaksono, wildlife photographer muda berbagi tips memotret hidupan alam liar. Gusti membicarakannya di acara Obrolan Online Tempo Institute.
Baca Selengkapnya