Seorang model memperagakan baju batik bermotif khas Cina koleksi Danar Hadi dalam jumpa pers "Festival Batik Cina" di Solo, Jumat (5/2). Batik bermotif khas Cina yang bernuansa merah cukup diminati menjelang datangnya Imlek. ANTARA/Akbar Nugroho Guma
TEMPO.CO, Solo -- Sejumlah lampion warna merah menghias sekitar Museum Batik Danarhadi, Solo. Batik Cina menjadi salah satu daya tarik utama di museum milik pengusaha batik Santosa Doellah itu. Bahkan menempatkannya dalam satu ruangan khusus.
Batik itu dikembangkan oleh para pengusaha batik Tionghoa yang tinggal di Indonesia sejak sebelum 1910. Mereka rata-rata tinggal di daerah pesisir utara Jawa, mulai daerah Cirebon hingga di Jawa Timur. Kebanyakan menggunakan warna cerah, terutama warna merah. Sedangkan motifnya seputar aneka hewan yang ada dalam mitos Negeri Tiongkok, seperti naga, ular, singa hingga burung phoenix.
Asisten Manager Museum, Asti Suryo menjelaskan batik Cina berkembang dalam tiga zaman. Pada masa sebelum 1910, batik China masih cukup asli dan menggunakan bahan pewarna alam. Medium 1910-1945, batik China mulai mendapat mengaruh corak-corak khas Eropa.
Setelah masa kemerdekaan, batik Cina tidak lagi menggunakan pewarna alam dan beralih ke pewarna kimia. Selain prosesnya yang lebih mudah, para perajin sudah mulai kesulitan untuk mendapatkan bahan-bahan pewarna alam.
Perusahaan batik Danarhadi hingga saat ini juga masih memproduksi batik Cina. "Permintaan pasar pasti selalu ada," katanya. Permintaan akan meningkat tajam setiap menjelang Tahun Baru Imlek.
Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia
8 hari lalu
Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia
Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, mendukung rencana pagelaran fashion show oleh Dian Natalia Assamady bertajuk "Keindahan Karya Kain. Tenun dan Batik Ku Indonesia".
KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta
28 Februari 2024
KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta
Kedutaan Besar RI di Canberra menggelar promosi batik di Balai Kartini, Australia. Agenda tersebut dilaksanakan melalui Atase Perdagangan Canberra bersama Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia (APPMI).